Begini Strategi Ekspansi dan Investasi Harita Nickel (NCKL)

PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) alias Harita Nickel berambisi menjadi pemain besar di industri nikel dunia. Berbagai strategi ekspansi dan investasi pun dilakukan perseroan. Langkah besar yang dilakukan Harita Nickel sejalan dengan program hilirisasi pemerintah di sektor nikel.

Head of Investor Relations Harita Nickel, Lukito Gozali menegaskan bahwa per-usahaan selalu terbuka terhadap seluruh mitra strategis yang memiliki visi dan misi sejalan. Hal ini penting agar kolaborasi dapat berkontribusi dalam mendukung program industrialisasi pemerintah. Dalam upayanya untuk terus tumbuh dan memperluas pasar, Harita Nickel juga terbuka terhadap berbagai peluang akuisisi tambang nikel.

"Meskipun belum ada rincian spesifik mengenai nilai investasi, perusahaan akan mempertimbangkan faktor lokasi, luas, cadangan, dan sumber daya tambang dalam proses pengambilan keputusan," jelas Lukito kepada Investor Daily, baru-baru ini.

Hal itu merespons soal penggunaan dana rights issue sebanyak 18,92 miliar saham. Rumor yang beredar menyebutkan ada tiga perusahaan besar yang siap mengeksekusi rights issue tersebut, yakni Glencore, Itochu, dan anak usaha Astra International, United Tractors (UNTR).

Mengenai ekspor, emiten berkode saham NCKL tersebut menerapkan strategi adaptif dan proaktif untuk meningkatkan penetrasi pasar global dengan terus menjajaki peluang baru dan memposisikan diri sebagai pemain kunci dalam industri nikel global.

NCKL menyadari bahwa volatilitas harga nikel yang dipengaruhi oleh faktor geopolitik, kapasitas produksi, dan dinamika pasar kendaraan listrik (EV) serta kondisi ekonomi global, merupakan tantangan yang harus dihadapi dengan cermat.

Meski demikian, Gozali melihat kondisi ini sebagai peluang, terutama dengan beberapa pemain di pasar yang mulai menghentikan produksi karena kerugian. "Perusahaan mempersiapkan diri untuk rebound harga nikel pada 2024-2025, didukung oleh perkiraan pemulihan ekonomi global dan peningkatan permintaan dari industri baterai kendaraan listrik dan produksi stainless steel," ujar dia.

Target-Target dan Belanja Modal 

Tahun ini, NCKL telah mengalokasikan belanja modal sebesar Rp 1 triliun. Hingga kuartal I-2024, sekitar 20% dari anggaran tersebut telah direalisasikan untuk kegiatan pertambangan dan pengolahan nikel. Meski-pun harga nikel mengalami penurunan, perusahaan berhasil meningkatkan laba kotor menjadi Rp 1,62 triliun dari Rp 1,57 triliun tahun ke tahun dan laba usaha menjadi Rp 1,39 triliun dari Rp 1,36 triliun.

Keberhasilan itu juga didukung oleh efisiensi operasional yang menekan beban penjualan, umum, dan administrasi turun menjadi Rp 373,55 miliar.

"Soal target pendapatan dan laba 2024, hal itu akan sangat bergantung pada harga nikel dunia yang ditentukan oleh mekanisme pasar. Namun, perusahaan berkomitmen untuk tetap efisien dan menjadi produsen nikel dengan biaya terendah," jelas dia.

Tahun ini, NCKL menargetkan produksi feronikel sebesar 120 ribu ton kandungan nikel dan Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) di tahun 2024. 

Dua smelter RKEF, Megah Surya Pertiwi (MSP) dengan kapasitas terpasang 25 ribu ton dan Halmahera Jaya Feronikel (HJF) dengan kapasitas terpasang 95 ribu ton, menjadi tulang punggung produksi feronikel.

Untuk produk MHP, Halmahera Persada Lygend (HPL) memiliki kapasitas ter-pasang 55 ribu ton dan Obi Nickel Cobalt (ONC) dengan kapasitas terpasang 65 ribu ton.

“Produksi MHP Harita Nickel (NCKL) akan meningkat seiring dengan pengoperasian tiga jalur produksi MHP sepanjang 2024,” tutupnya. Editor: Indah Handayani


Sumber : Investor.id, 18 Juni 2024