Harga Batu Bara Berpotensi Bullish, Bisa Terkerek ke Level Segini

HARGA batu bara diprediksi bullish pada pekan ini. Hal itu ditopang kondisi permintaan di negara China dan India, kondisi pasokan terutama di Indonesia dan Australia, perkembangan kebijakan energi bersih, dan situasi di pasar gas alam. Harganya pun bisa terkerek ke level segini.

Research and Development ICDX Girta Yoga mengatakan, data terbaru Biro Statistik Nasional menunjukkan pembangkit listrik termal di China naik 8,9% pada bulan September. Untuk permintaan dari China juga berpotensi menguat seiring dengan meningkatnya konsumsi listrik di China.

Selain itu, laporan terbaru IEA memproyeksikan konsumsi batu bara di India akan meningkat dipicu oleh peningkatan pembangkit listrik berbasis batu bara sebesar lebih dari 15% atau sekitar 60 gigawatt pada 2030. “India merupakan konsumen batu bara terbesar kedua dunia untuk pembangkit listrik setelah China,” tulis Yoga kepada Investor Daily, baru-baru ini.

Tidak hanya itu, lanjut Yoga, harga batu bara juga ditopang oleh gas yang diprediksi masih dalam tren bullish. Sentimen yang mempengaruhi adalah laporan yang menunjukkan stok gas naik sebesar 76 miliar kaki kubik untuk pekan yang berakhir 11 Oktober.

“Angka itu lebih rendah dari jumlah stok pada periode yang sama tahun lalu, yaitu sebesar 93 miliar kaki kubik, ataupun jumlah stok rata-rata selama lima tahun sebesar 89 miliar kaki kubik,” jelas Yoga.

Untuk itu, Yoga memprediksi harga batu bara akan bergerak menemui resistance di kisaran harga US$ 150 – 152 per ton. Apabila mendapat katalis negatif, maka harga berpotensi turun menuju support di kisaran harga US$ 145 – 143 per ton.

Lebih lanjut Yoga menjelaskan, pada pekan lalu harga batu bara bergerak melemah sebesar 2,19%. Sepanjang Oktober hingga penutupan pekan ketiga, harga batu bara terpantau naik sebesar 3,47%. “Dilihat secara year to date (ytd), harga batu bara terpantau mencatatkan penguatan sebesar 11,9%,” tutup Yoga. Editor: Indah Handayani

Sumber: investor.id, 21 Oktober 2024