5 Negara Pemilik Mineral Paling Krusial di Dunia, Kunci Masa Depan Energi dan Teknologi

Segelintir negara mendominasi pasokan mineral krusial dan pemurnian global, untuk menentukan siapa yang bakal memimpin transisi energi dan teknologi di masa depan. Beberapa mineral yang menggerakkan baterai, kendaraan listrik, dan teknologi hijau, di antaranya yakni lithium, kobalt, dan unsur tanah jarang (rare earth).

Mineral kritis seperti lithium, kobalt, dan unsur tanah jarang sangat penting untuk pembuatan baterai, mobil listrik, dan teknologi energi hijau. Namun hanya beberapa negara yang menguasai sebagian besar mineral ini.

Salah satu yang menjadi sorotan adalah mineral langka tanah jarang seiring kuatnya fundamental penawaran dan permintaan, saat dunia menuju era ekonomi baru, ketika fokus pada energi bersih dan kemajuan teknologi. Ada baiknya melihat negara mana saja yang memiliki cadangan terbesar untuk beberapa mineral paling krusial di muka bumi.

Ini Daftar Lima Negara Penguasa Mineral Krusial

  1. China

China merupakan pemimpin untuk urusan elemen tanah jarang, mereka menguasai lebih dari 60% pasokan global dan 90% pemurnian. China juga memproduksi sejumlah besar grafit, tungsten, vanadium, dan logam langka yang digunakan dalam industri elektronik dan pertahanan. Penguasaan strategisnya atas rantai pasokan dari tambang hingga pasar tidak tertandingi oleh negara lain.

China memiliki cadangan tanah jarang tertinggi sebesar 44 juta metrik ton (MT). Negara ini juga merupakan produsen tanah jarang terkemuka di dunia pada tahun 2024, usai menghasilkan 270.000 MT.

  1. Australia

Australia adalah produsen lithium terbesar di dunia dan sumber utama nikel serta logam tanah jarang. Australia memasok sebagian besar lithium untuk industri baterai global dan bekerja sama dengan AS (Amerika Serikat) serta sekutu lainnya untuk membangun pasokan yang terpercaya. Kebijakan yang stabil dan cadangan besar membuat negara ini menjadi pilar bagi teknologi bersih global.

Cadangan lithium Australia sebagian besar ditemukan di Australia Barat. Tidak seperti yang ditemukan di Chili dan Argentina, cadangan lithium Australia dalam bentuk endapan spodumene batuan keras.

Negara ini adalah rumah bagi tambang lithium Greenbushes, yang dioperasikan oleh Talison Lithium, sebuah usaha patungan yang dimiliki oleh produsen lithium Tianqi Lithium, penambang Australia IGO dan Albemarle.

  1. Kongo

Republik Demokratik Kongo memasok lebih dari 70% kobalt dunia, yang menjadi elemen penting dalam pembuatan baterai dan kendaraan listrik. Cadangan kobalt yang sangat besar di negara ini memengaruhi harga dan rantai pasokan di seluruh dunia, meskipun sumber keberlanjutan menjadi tantangan.

Pada sepanjang 2023, Kongo yang merupakan negara terbesar kedua di Benua Afrika itu memiliki produksi kobalt sebanyak 170.000 ton. Di Kongo, kobalt ditambang dan diolah dari pertambangan yang memang mengandung cadangan kobalt langsung terbesar di dunia.

Di tingkat global, harga kobalt dalam beberapa tahun terakhir justru kurang menarik di kisaran USD30.000/ton, jauh dari rekor tertingginya di titik USD80.000/ton pada 2022, menurut data Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi).

Penurunan harga yang signifikan tersebut dilatari oleh dua isu utama. Pertama, karena produksi kobalt yang masif dari Kongo. Kedua, terkait dengan tren substitusi penggunaan kobalt di baterai mobil listrik, sehingga menyebabkan kebutuhan kobalt menjadi menurun.

  1. Brasil

Brasil memiliki cadangan besar baik untuk tanah jarang maupun lithium, dan menempati peringkat kedua di dunia sebagai penguaran mineral tanah jarang. Kekayaan mineral Brasil masih belum dimanfaatkan dibandingkan dengan pesaing teratas, yang menunjukkan bahwa negara ini mungkin menjadi lebih sentral seiring peluncuran proyek-proyek baru.

Produksi lithium di Brasil telah lepas landas dalam beberapa tahun terakhir, melambungkannya ke dalam daftar negara-negara penghasil lithium teratas. Setelah mencapai output 400 MT atau kurang dari 2011 hingga 2018, produksi negara ini mencapai 2.400 MT pada tahun 2019.

Namun, produksi lithium Brazil telah berkurang dalam dua tahun terakhir akibat Covid-19. Pemerintah Brasil berencana untuk menginvestasikan lebih dari USD2,1 miliar pada tahun 2030 untuk memperluas produksi lithium negara itu dan kapasitasnya. Produksi baru diharapkan datang dari perusahaan seperti Sigma Resources dan AMG Critical Materials Norwegia.

  1. Rusia

Rusia menempati peringkat teratas untuk nikel, palladium, dan logam tanah jarang, dengan raksasa pertambangan yang didukung negara dan ekspor utama ke pasar Asia. Cadangan besar ini memastikan Rusia tetap menjadi pesaing global dalam mineral krusial untuk baterai dan teknologi, meskipun terdampak sanksi internasional. (akr)

Sumber:

– 04/11/2025

Temukan Informasi Terkini

Kantongi Izin, Amman Mineral (AMNT) Bersiap Pacu Ekspor Konsentrat Tembaga

baca selengkapnya

Juragan Nikel Ketiban Cuan, Singgung soal Dividen

baca selengkapnya

Harga Batu Bara Acuan Periode Pertama November 2025 Turun ke US$ 103,75 per Ton

baca selengkapnya

Bersama, Kita Majukan Industri Pertambangan!

Jadilah anggota IMA dan nikmati berbagai manfaat, mulai dari seminar, diskusi strategis, hingga kolaborasi industri.

Scroll to Top