Adu Cuan Emiten Tambang BRMS, MDKA Cs saat Harga Emas Pesta Rekor

Harga emas dunia secara year to date (Ytd) atau sejak awal tahun telah melompat 61,03% ke US$4.251,45 per troy ounce pada perdagangan Jumat, 17 Oktober 2025. Bahkan, dalam sepekan terakhir harga emas menyentuh all time high (ATH) di US$4.392 per troy ounce.

Kondisi ini menjadi angin segar bagi emiten emas untuk menadah berkah kala harga komoditas merekah, terutama emiten yang model bisnisnya di penambangan.

Riset yang dirilis Stockbit Sekuritas pada 15 Oktober 2025 memetakan ada 12 emiten emas yang kini melantai di bursa. Bila dikelompokkan, emiten-emiten tersebut terdiri dari dua model bisnis, yaitu pertambangan dan perdagangan/refinery. Kedua model bisnis ini memiliki profit driver-nya masing-masing.

Stockbit Sekuritas menilai, kenaikan harga emas yang signifikan sebesar 61% YtD akan turut mendorong minat investor terhadap emiten yang bergerak di industri emas.

“Secara umum, profitabilitas perusahaan pertambangan emas cenderung dipengaruhi oleh pergerakan harga emas, sementara profitabilitas perusahaan perdagangan emas lebih bergantung kepada volume penjualan karena keuntungannya berasal dari spread jual–beli,” tulis riset tersebut dikutip Minggu (19/10/2025).

Bila dipetakan, emiten yang memiliki model bisnis penambangan antara lain adalah PT Amman Mineral International Tbk. (AMMN), PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM), PT Bumi Resources Minerals Tbk. (BRMS), PT Merdeka Copper Gold Tbk. (MDKA), PT United Tractors Tbk. (UNTR), PT J Resources Asia Pasifik Tbk. (PSAB) dan PT Archi Indonesia Tbk. (ARCI).

BRMS, PSAB dan ARCI merupakan pure-play gold miners, alias bisnis utamanya merupakan produksi emas. Sedangkan UNTR, MDKA dan ANTM menjalankan bisnis emas sebagai salah satu dari keseluruhan segmen usaha. Sementara itu, AMMN menghasilkan emas bullion (refined gold) dari tambang tembaga.

Riset tersebut meramal, di antara pure–play gold miners yang telah beroperasi, BRMS berpotensi mencatatkan peningkatan produksi paling tinggi yakni meningkat 16% YoY pada 2026.

Proyeksi tertinggi itu disematkan ke BRMS di antara 3 pemain inti tambang emas tak lain karena emiten afiliasi Grup Bakrie dan Salim ini memiliki cadangan (reserves) dan sumber daya (resources) terbesar.

Total cadangan BRMS mencapai 4.622 kilo-ounce (kOz) dan sumber daya mencapai 10.592 kOz dari empat aset tambang emas yang dimiliki, di mana 1 berproduksi, 2 sedang pengembangan, dan 1 tambang dalam fase eksplorasi. Output maksimum emas yang dihasilkan BRMS mencapai 96.200-106.300 ounce per tahun.

Sementara itu, ARCI yang memiliki 1 aset tambang beroperasi menyimpan cadangan sebesar 3.884 kOz dan sumber daya mencapai 5.528 kOz. Output maksimum ARCI mencapai 154.300 ounce emas per tahun.

Sedangkan bagi PSAB, 4 aset tambangnya menyimpan cadangan sebesar 2.450 koZ dan sumber daya sebesar 5.809 kOz. Status tambang milik PSAB saat ini sebanyak 2 tambang berproduksi, 1 tambang dalam fase pengembangan, dan 1 aset telah memasuki fase pascatambang. Output maksimum PSAB mencapai 357.000-361.000 ounce emas per tahun.

Selanjutnya, untuk subkelas emiten tambang emas yang menjalankan produksi emas sebagai bagian dari keseluruhan bisnisnya, dipimpin oleh MDKA yang menyimpan cadangan emas sebesar 7.693 kOz dan sumber daya sebesar 33.423 kOz. MDKA memiliki dua tambang emas yang telah berproduksi dan satunya lagi dalam fase pengembangan. Output maksimum MDKA mencapai 542.200 ounce emas per tahun.

Sementara itu, ANTM tercatat memiliki cadangan emas sebesar 166 kOZ dan sumber daya emas mencapai 852 kOz dari 1 tambang beroperasi dan 1 tambang yang dalam fase eksplorasi. Output maksimum ANTM mencapai 35.000 ounce per tahun.

Sedangkan, UNTR memiliki total cadangan emas sebesar 4.169 kOz dan sumber daya sebesar 7.405 kOz. UNTR memiliki dua tambang yang masing-masing berproduksi. Output maksimum UNTR mencapai 294.000-310.000 ounce emas per tahun.

Terakhir untuk subkelas emiten penghasil emas dari hasil penambangan tembaga ada AMMN yang memiliki dua aset tambang yang masing-masing telah beroperasi dan pengembangan. Total cadangan emas yang dimiliki anak usaha PT Medco Energi Tbk. (MEDC) ini mencapai 32.762 kOz dan sumber daya sebesar 15.365 kOz.

Sebagai gambaran, sumber daya mencerminkan total endapan emas yang diperkirakan ada berdasarkan hasil eksplorasi. Sedangkan, cadangan berarti kandungan emas yang sudah terbukti secara ekonomi dan teknis dapat ditambang dan menguntungkan.

Adapun jika mengacu pada kontribusi bisnis emas berdasarkan laporan keuangan sepanjang 2024, pendapatan BRMS dan PSAB 100% dihasilkan dari penambangan emas, ARCI sebesar 73% dari penambangan dan 27% dari perdagangan, MDKA pendapatannya 12% bersumber dari penambangan emas sedangkan 88% dari segmen non-emas.

Sementara itu, UNTR sebesar 7% pendapatannya dari segmen penambangan emas dan 93% dari bisnis non-emas, ANTM sebesar 2% pendapatannya bersumber dari penambangan emas, 82% dari perdagangan dan 16% dari segmen non-emas. Sedangkan, pendapatan AMMN sebesar 55% bersumber dari penambangan emas dan 45% dari segmen non-emas.

Kinerja & Proyeksi

Bumi Resources Minerals sepanjang semester I/2025 menorehkan pertumbuhan penjualan 97,27% YoY dari US$61,26 juta menjadi US$120 juta. Lonjakan ini didorong oleh produksi emas yang naik 46% YoY menjadi 38.993 ounce, ditambah harga jual emas yang meningkat 38% YoY menjadi US$3.045. Kinerja top line yang solid membuat laba bersih perseroan melonjak 136,05% YoY menjadi US$22,26 juta.

Analis Panin Sekuritas, Andhika Audrey mengatakan reli harga emas global mendorong average selling price (ASP) emas perseroan melambung signifikan. Seiring dengan harga emas yang melanjutkan reli kencang, sekuritas memproyeksi pendapatan BRMS sepanjang 2025 ini akan tumbuh 67,28% YoY dari US$162 juta menjadi US$271 juta. Sejalan dengan proyeksi itu, laba bersih perseroan diramal melesat hampir dua kali lipat dari US$24 juta menjadi US$44 juta.

“BRMS menjadi salah satu penerima manfaat utama [dari reli harga emas] melalui kombinasi strategi dan aset berkualitas yang didorong momentum gold rush time, ekspansi tambang bawah tanah dengan kadar emas tinggi hingga 4,5 gram per ton, potensi pelipatgandaan produksi emas, serta prospek pengembangan proyek tembaga Gorontalo Minerals yang menyerupai karakteristik tambang kelas dunia seperti Batu Hijau (AMMN) dan Grasberg (Freeport),” ujar Andhika dalam risetnya.

Sementara itu, United Tractors sepanjang semester I/2025 membukukan pertumbuhan pendapatan bersih 6% YoY menjadi sebesar Rp68,5 triliun. Meski begitu, laba bersih perseroan susut 15% YoY menjadi Rp8,1 triliun disebabkan oleh kinerja negatif segmen kontraktor penambangan yang susut lebih dari 7% YoY menjadi Rp26,1 triliun.

Dari empat segmen yang jadi sumber pendapatan, pertambangan emas dan mineral lainnya menorehkan pertumbuhan terbesar, lebih dari 60% menjadi Rp7 triliun dalam enam bulan pertama 2025. Kinerja apik ini didorong oleh peningkatan penjualan dan harga rata-rata emas, sejalan dengan reli harga emas global.

Usaha pertambangan emas UNTR dioperasikan oleh PT Agincourt Resources (PTAR) dan PT Sumbawa Jutaraya (SJR), yang mencatatkan total penjualan setara emas sebesar 125.000 ounce, 14% lebih tinggi dari periode yang sama tahun lalu.

Riset yang dirilis J.P Morgan pada 16 September 2025 memproyeksi segmen tambang emas UNTR kian berkontribusi besar pada masa depan. UNTR menandatangani Conditional Sale & Purchase Agreement untuk mengakuisisi 100% kepemilikan proyek tambang emas Doup dari PT J Resources Asia Pasifik Tbk. (PSAB), dengan penyelesaian transaksi diharapkan pada 23 Desember 2025.

Proyek Doup diperkirakan dapat menghasilkan 140.000 hingga 155.000 ounce emas per tahun saat mulai beroperasi pada 2028, yang berpotensi meningkatkan kontribusi segmen tambang emas terhadap laba UNTR hingga sekitar 40%. Saat ini, Proyek Doup belum dimasukkan dalam proyeksi keuangan UNTR karena transaksi belum rampung.

Namun riset tersebut menghitung, dengan asumsi produksi 140.000 ounce dan laba bersih US$1.600 per ounce (dengan harga emas US$3.600/ounce dan biaya total US$2.000/ounce), proyek ini berpotensi menghasilkan laba bersih lebih dari US$220 juta per tahun.

“Artinya, UNTR bisa mencatat sekitar Rp8 triliun laba dari emas pada 2028, atau sekitar 40% dari total laba jika bisnis lain tetap stabil,” tulis riset tersebut.

Emiten berikutnya, Merdeka Copper Gold sepanjang semester I/2025 menorehkan penurunan pendapatan 21,87% YoY menjadi US$854,5 juta. Di tengah koreksi ini, operasi emas menopang pendapatan perseroan dengan penjualan yang naik 15% YoY menjadi 59.535 ounce.

Analis Maybank Sekuritas, Hasan Barakawan dan Jeffresenberg Chenlim dalam risetnya yang terbit 30 September 2025 memproyeksi dalam jangka panjang segmen tambang emas akan berkontribusi lebih besar seiring dengan target berproduksinya proyek Emas Pani pada kuartal I 2026. Saat ini, progres proyek tersebut telah mencapai 67%.

Meskipun pendapatan semester I/2025 koreksi, Maybank Sekuritas meramal pendapatan Merdeka Copper Gold sepanjang 2025 tumbuh menjadi US$2,5 miliar dibanding pendapatan 2024 sebesar US$2,23 miliar. Sejalan dengan kenaikan itu, rugi bersih perseroan diproyeksi mengecil jadi US$8,3 juta dibanding rugi bersih 2024 mencapai US$58,4 juta.

Selanjutnya, keuangan MDKA diramal akan positif pada 2026 dan 2027, masing-masing diproyeksikan laba bersih mencapai US$185,8 juta dan US$194,9 juta.

“Kami mempertahankan proyeksi laba 2025-2027 dengan ekspektasi pemulihan mulai kuartal IV 2025. Tahun depan diperkirakan menjadi titik balik penting bagi MDKA, seiring beroperasinya proyek Pani dan peningkatan kapasitas proyek Acid Iron Metal (AIM),” ujarnya dalam riset.

Emiten selanjutnya, Antam membukukan pertumbuhan penjualan sebesar 154,51% YoY menjadi Rp59,01 triliun sepanjang semester I/2025. Dari total penjualan ini, segmen emas berkontribusi paling besar mencapai Rp49,53 triliun. Kinerja apik di sisi top line membuat laba bersih Antam melompat 202,89% YoY menjadi Rp4,70 triliun.

Analis J.P Morgan, Benny Kurniawan dalam risetnya memproyeksi kinerja keuangan Antam akan berlanjut hingga akhir tahun. Penjualan perseroan ditaksir akan meningkat dari Rp69,19 triliun pada 2024 menjadi Rp92,28 triliun pada 2025. Laba bersih juga ditaksir naik signifikan dari Rp3,64 triliun pada 2024 menjadi Rp6,43 triliun di 2025. Dalam jangka panjang, penjualan Antam pada 2027 ditaksir melonjak mencapai Rp122,81 triliun, dan laba bersih menebal menjadi Rp10,44 triliun.

Walau secara keseluruhan kinerja keuangan akan membaik, Benny mencatat lini emas Antam akan menghadapi tantangan besar hingga 2026. Perseroan ditaksir akan mengalami penurunan signifikan pada volume penjualan emas di kuartal IV/2025 dan hingga semester pertama 2026.

“Tanpa pasokan emas dari Freeport, ANTM harus mengandalkan pasokan dari penambang emas skala kecil serta pengecer emas. Kami memperkirakan bahwa setiap perubahan 100.000 ounce (3 ton) pada volume emas akan mempengaruhi laba bersih sepanjang 2026 sekitar 3,2%,” ujarnya dalam riset.

Sedangkan untuk emiten yang memproduksi emas sebagai produk sampingan, Amman Mineral Internasional sepanjang semester I/2025 membukukan penjualan bersih sebesar US$182,59 juta, turun dibanding penjualan semester I/2024 sebesar US$1,54 miliar. Penurunan signifikan tersebut membuat perseroan menorehkan rugi bersih sebesar US$146 juta sepanjang enam bulan pertama 2025. Perseroan menargetkan produksi konsentrat tembaga 430.000 metrik ton pada 2025, yang diharapkan dapat menghasilkan 228 juta pound tembaga dan 90.000 ounce emas.

Analis Ajaib Sekuritas, Rizal Rafly menjelaskan kebijakan larangan konsentrat tembaga menjadi tantangan keuangan perseroan. Sepanjang semester I/2025, AMMN memproduksi 191.657 dry metric ton (dmt) konsentrat atau setara dengan 89 juta pon tembaga dan sekitar 60.000 ounce emas serta 19.805 ton katoda. Di mana baru 18.522 ton yang terjual imbas larangan ekspor.

Kinerja keuangan yang lemah di semester I itu diproyeksi akan berlanjut hingga akhir tahun. Ajaib Sekuritas memproyeksi penjualan AMMN sepanjang 2025 turun menjadi US$1,12 miliar dibanding US$2,66 miliar pada 2024. Rugi bersih juga diproyeksi tetap dicatatkan perusahaan dengan nilai sebesar US$160 juta. Namun, dalam jangka panjang penjualan AMMN pada 2026 ditaksir akan menjadi US$2,76 miliar, dibarengi dengan laba bersih sebesar Rp231 juta.

“Potensi kenaikan berasal dari percepatan operasional smelter, harga tembaga dan emas yang lebih tinggi, serta eksekusi proyek yang lebih lancar. Risiko utama meliputi keterlambatan operasional, peningkatan biaya, perubahan regulasi, dan fluktuasi harga komoditas,” ujar Rizal.

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca. Editor : Ibad Durrohman

Sumber:

– 20/10/2025

Temukan Informasi Terkini

Berita Harian, Senin, 20 Oktober 2025

baca selengkapnya

Harga Batu Bara Acuan Periode Kedua Oktober 2025 Naik Jadi US$ 109,74 per Ton

baca selengkapnya

Antam Sambut Positif Kebijakan DMO Emas untuk Jaga Ketersediaan Nasional

baca selengkapnya

Bersama, Kita Majukan Industri Pertambangan!

Jadilah anggota IMA dan nikmati berbagai manfaat, mulai dari seminar, diskusi strategis, hingga kolaborasi industri.

Scroll to Top