Amman (AMMN) Rugi Rp2,97 Triliun per Kuartal III/2025 Imbas Larangan Ekspor Konsentrat

Emiten tambang tembaga dan emas, PT Amman Mineral Internasional Tbk. (AMMN) membukukan rugi bersih US$178,53 juta hingga kuartal III/2025. Kinerja keuangan ini tertekan oleh larangan ekspor konsentrat dan gangguan operasional smelter milik perseroan.

Berdasarkan laporan keuangan akhir September 2025, Amman mencatat penjualan bersih US$545 juta, jauh lebih rendah dibandingkan dengan US$2,49 miliar pada periode sama tahun lalu. Penurunan ini terjadi akibat perubahan kebijakan yang mewajibkan penjualan dalam bentuk logam jadi, bukan lagi konsentrat.

Dari total penjualan itu, produk katoda tembaga menyumbang sekitar US$389 juta, sedangkan penjualan emas murni yang baru dimulai pada kuartal III/2025 berkontribusi sekitar US$155 juta. Sisanya, sebesar US$1 juta berasal dari penyesuaian harga akhir dan volume penjualan konsentrat tahun sebelumnya.

Presiden Direktur Amman Mineral Arief Sidarto mengatakan tantangan terbesar tahun ini berasal dari proses peningkatan kapasitas atau ramp-up smelter, yang mengalami penghentian operasi sementara pada Juli dan Agustus 2025.

Perbaikan dilakukan pada Flash Converting Furnace dan Pabrik Asam Sulfat yang kompleks dan diperkirakan bakal berlanjut hingga paruh pertama 2026. “Selama proses perbaikan berlangsung, kami tetap mengupayakan operasi parsial secara hati-hati untuk meningkatkan produksi tanpa mengorbankan keselamatan,” ucap Arief dalam keterangan tertulis, Kamis (30/10/2025).

Dengan adanya kendala itu, AMMN mencatat rugi bersih sebesar US$175 juta sepanjang Januari-September 2025. Capaian ini berbalik dibandingkan periode sama tahun sebelumnya yang membukukan laba bersih US$720 juta.

Lebih terperinci, rugi bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk AMMN tercatat US$178,53 juta per kuartal III/2025. Dengan asumsi kurs Rp16.666 per dolar AS, rugi bersih AMMN per kuartal III/2025 setara dengan Rp2,97 triliun.

Arief menyampaikan bahwa seiring dengan berjalannya masa transisi, perseroan akan tetap fokus pada peningkatan efisiensi operasional, optimalisasi biaya, dan percepatan kinerja produksi.

Di sisi operasional, produksi konsentrat Amman tercatat sebanyak 310.143 metrik ton kering atau turun 51% secara tahunan (year on year/YoY).

Produksi tembaga tercatat mencapai 145 juta pon dan emas 75.621 ons. Adapun, produksi katoda tembaga yang baru dimulai pada akhir Maret 2025 mencapai 41.052 ton, sedangkan emas murni dari fasilitas Precious Metal Refinery (PMR) mencapai 44.792 ons dengan produksi dimulai pada Juli 2025.

Amman turut mencatat EBITDA sebesar US$279 juta dengan margin 51%, turun dibanding US$1,47 miliar dengan marjin 59% pada periode sama tahun lalu.

Adapun selama Januari–September 2025, total belanja modal Amman mencapai US$1,06 miliar atau turun 24% dari US$1,39 miliar pada periode yang sama tahun lalu. Penurunan ini menandakan kemajuan menuju penyelesaian proyek ekspansi seperti PLTGU, regasifikasi LNG, dan perluasan pabrik konsentrator.

Arief meyakini prospek pasar tembaga akan tetap positif, didukung oleh defisit pasokan tembaga yang semakin meningkat dalam beberapa tahun mendatang.

“Sementara itu, emas tetap menjadi aset lindung nilai bagi investor dan semakin penting sebagai cadangan devisa bagi bank sentral, terutama di tengah ketidakpastian ekonomi dan geopolitik global saat ini,” pungkasnya. Editor : Ana Noviani

Sumber:

– 31/10/2025

Temukan Informasi Terkini

Berita Harian, Jumat, 31 Oktober 2025

baca selengkapnya

PTBA Bukukan Laba Rp 1,59 Triliun pada Kuartal III-2025

baca selengkapnya

Proyek DME Dianggap Akan Naikkan Emisi, Target Net Zero Emmision Indonesia Terancam

baca selengkapnya

Bersama, Kita Majukan Industri Pertambangan!

Jadilah anggota IMA dan nikmati berbagai manfaat, mulai dari seminar, diskusi strategis, hingga kolaborasi industri.

Scroll to Top