Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mendorong Danantara Indonesia untuk segera melakukan eksekusi proyek hilirisasi batu bara menjadi gas dimethyl ether (DME). Adapun, proyek DME ini merupakan salah satu dari 18 proyek hilirisasi nasional, dengan perkiraan memerlukan investasi lebih dari Rp 600 triliun.
Wakil Menteri ESDM Yuliot Tanjung mengungkapkan, proyek DME ini telah melalui tahapan pra-feasibility study (studi pra-kelayakan). Di mana hal tersebut merupakan tahapan awal dari analisis kelayakan suatu proyek yang dilakukan sebelum studi kelayakan penuh (feasibility study).
Untuk selanjutnya, Danantara akan menilai dan menentukan apakah proyek DME dapat dilanjutkan ke tahap berikutnya.
“Dari Kementerian ESDM sudah menyampaikan pra-FSnya ke Danantara. Itu nanti akan dilihat kembali sampai detail FS dievalusi oleh Danantara,” ungkap Yuliot saat ditemui di Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (7/11/2025).
Wamen ESDM berharap Danantara untuk segera melakukan feasibility study, yang kemudian proyek tersebut dapat segera dieksekusi secepatnya. Adapun, feasibility study ini mencakup perizinan.
Sebagai informasi, proyek DME adalah proyek hilirisasi batu bara menjadi gas dimetil eter yang bertujuan sebagai pengganti LPG di Indonesia untuk mengurangi ketergantungan impor gas. Adapun, proyek ini memanfaatkan batu bara kalori rendah yang tidak terpakai.
Seperti diberitakan sebelumnya, Presiden Prabowo Subianto pada Kamis (6/11/2025) melakukan rapat dengan sejumlah Menteri di Istana Negara. Salah satu Menteri yang hadir yakni Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia, yang juga menjabat sebagai Ketua Satuan Tugas Percepatan Hilirisasi dan Ketahanan Energi.
Bahlil mengatakan, berdasarkan arahan Presiden, percepatan hilirisasi mencakup sektor perikanan, pertanian, energi, dan mineral batu bara.
“Arahan beliau terkait 18 proyek yang telah menyelesaikan pra-FS dan dibicarakan dengan Danantara, tadi juga dengan Pak Rosan, ditargetkan rampung tahun ini sehingga pada 2026 pekerjaan di lapangan dapat langsung berjalan,” ujarnya.
Menurut Bahlil, percepatan 18 proyek tersebut yang nilai investasinya mencapai Rp 600 triliun akan mendorong pertumbuhan ekonomi, membuka lapangan kerja, serta menghasilkan produk yang dapat menggantikan impor. Salah satunya berkaitan dengan pengembangan dimethyl ether (DME). Editor: Natasha Khairunisa Amani
