Anak usaha PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), PT Indominco Mandiri, membidik realisasi produksi batubara sebesar 7,30 juta ton di tahun 2025.
Target ini lebih rendah dibanding realisasi produksi tahun 2023 sebesar 6,46 juta ton dan tahun 2024 mencapai 7,35 juta ton batubara.
Kepala Teknik Tambang PT Indominco Mandiri, Eddy Susanto menjelaskan, target tersebut memang disesuaikan dengan kondisi cadangan yang tersedia di tiga wilayah, yakni Kutai Timur, Kutai Kartanegara, dan Bontang, Kalimantan Timur.
“Saat ini, kondisi cadangan kita itu kan semakin menipis. Makanya kita juga harus manage itu (target produksi),” jelas Eddy kepada Kontan, Rabu (24/9/2025).
Walau begitu, target 7,30 juta tersebut merupakan hasil revisi dari rencana semula yang membidik 6,9 juta ton tahun ini.
Selain karena cadangan yang kian menipis, kata Eddy, pihaknya turut mempertimbangkan upaya teknis tambang yang harus dipenuhi pasca produksi, seperti reklamasi atau pemulihan lingkungan. Bila produksi tinggi, upaya perusahaan untuk mereklamasi pun akan sama tingginya.
Padahal, kontrak batubara atau perjanjian karya pengusahaan pertambangan batubara (PKB2B) perusahaan yang berproduksi sejak tahun 1997 ini akan berakhir pada tahun 2028 mendatang.
“Nanti harapannya at the end kita bisa soft landing (pendaratan mulus) pada saat memasuki fase closure (penutupan tambang),” ucap Eddy.
Adapun pada tahun 2026 dan 2027, PT Indominco Mandiri telah membidik target produksi batubara masing-masing sebesar 8 juta ton dan 7,10 juta ton.
Meski kontrak akan berakhir, Eddy melanjutkan, pihaknya tengah berencana memperpanjang sekaligus memperbarui kontrak dari PKB2B menjadi Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK).
IUPK merupakan wajah baru kontrak pertambangan antar pemerintah dan swasta, mencakup area bekas PKB2B atau wilayah pencadangan negara. Beleid yang mengaturnya yakni UU Nomor 3 Tahun 2020 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara.
“Kenapa? Karena masih ada sisa cadangan gitu ya. Saat ini mungkin sekitar 45-an juta (ton batubara) itu masih ada dan rasanya sih sayang untuk ditinggalkan,” imbuh Eddy.
Hal ini, terang Eddy, sekaligus melanjutkan beberapa proyek underground yang telah dimulai perusahaan.