Antam (ANTM) Siap Beraksi, termasuk Akuisisi Tambang Emas

PT ANEKA Tambang Tbk (ANTM) atau Antam mencatat rekor penjualan emas tertinggi sebanyak 43,78 ton pada 2024 atau melonjak 67,5% yoy. Pertumbuhan penjualan emas Antam diperkirakan berlanjut pada 2025.

Kemitraan dengan PT Freeport Indonesia yang akan memasok hingga 30 ton emas diharapkan dapat mengurangi ketergantungan impor, menekan biaya, dan meningkatkan margin sebesar 1-2%.

“Itu secara langsung bakal meningkatkan profitabilitas,” tulis analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Rizkia Darmawan dan Wilbert Arifin dalam risetnya.

Antam (ANTM) juga berencana meningkatkan pemanfaatan fasilitas pemurnian emas yang saat ini sebesar 15% dari total kapasitas 100 ton. Untuk mendukung rencana tersebut, Antam tengah menjajaki akuisisi tambang emas, seiring dengan mendekatnya akhir siklus tambang Pongkor pada 2025.

Emiten berkode saham ANTM tersebut juga sedang mempertimbangkan pengembangan produk emas digital untuk memperkuat segmen emasnya.

Sementara itu, di segmen nikel, ANTM akan memprioritaskan penjualan bijih dibandingkan produksi feronikel (FeNi), mengingat harga nikel yang melemah. Produksi bijih nikel tahun ini ditargetkan sebanyak 15 juta ton.

Meski demikian, tingginya permintaan domestik dan potensi pembatasan pasokan dari Filipina serta pengurangan kuota RKAB di Indonesia dapat mendorong kenaikan harga bijih, yang berpotensi menguntungkan profitabilitas ANTM.

“Kami memperkirakan hasil kinerja yang kuat pada 2024 dan 2025, didorong oleh harga emas yang tinggi dan margin yang membaik berkat kemitraan dengan Freeport,” jelas Rizkia.

Dividen dan Target Harga Saham 

Tahun ini, ANTM mengalokasikan belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar Rp 7 triliun untuk pengembangan supply chain baterai kendaraan listrik (EV) dengan Contemporary Amperex Technology Co Ltd (CATL), serta penyelesaian proyek refinery SGAR.

Dengan berbagai faktor yang ada, Mirae Asset Sekuritas menegaskan kembali target harga saham Antam (ANTM) sebesar Rp 1.900. Target harga tersebut berdasarkan estimasi EV/EBITDA 2025 sebesar 8,3 kali atau setara standar deviasi (SD) -0,5 dari rata-rata lima tahun.

Mirae Asset Sekuritas juga mengungkapkan bahwa sejumlah anak usaha MIND ID tengah memasuki fase capital intensive, termasuk ANTM. Selain ANTM, yaitu PT Vale Indonesia Tbk (INCO), PT Bukit Asam Tbk (PTBA), dan PT Timah Tbk (TINS).

INCO, ANTM, PTBA, dan TINS berkomitmen pada proyek smelter bernilai tambah (value-added), pertambangan, dan pengolahan. Total belanja modal ANTM, INCO, dan PTBA pada 2025 diperkirakan mencapai Rp 17,2 triliun.

Lantas, dengan rencana investasi yang besar, bagaimana nasib dividen ANTM?

“Dengan proyek-proyek capital-intensive yang sedang berjalan, rasio pembayaran dividen diperkirakan tetap moderat, meskipun ANTM berpotensi mempertahankan payout ratio lebih tinggi (>70%). Sedangkan prospek dividen PTBA berpotensi lebih terbatas,” pungkas Mirae Asset Sekuritas. Editor: Jauhari Mahardhika

Sumber: investor.id, 18 Februari 2025

Temukan Informasi Terkini

Laba Sepanjang 2024 Naik 46%, Ini Daftar Program Prioritas MIND ID Sepanjang 2025

baca selengkapnya

Selangkah Lagi UKM Dapat Jatah Tambang, Siapa yang Layak?

baca selengkapnya

PT Gag Nikel Masih Belum Beroperasi di Raja Ampat Meski Tidak Dicabut Izinnya

baca selengkapnya

Bersama, Kita Majukan Industri Pertambangan!

Jadilah anggota IMA dan nikmati berbagai manfaat, mulai dari seminar, diskusi strategis, hingga kolaborasi industri.

Scroll to Top