PT ANEKA Tambang Tbk (ANTM) atau Antam buka suara ihwal hengkangnya LG Energy Solution Ltd (LGES) dari Proyek Titan, yang digadang-gadang bisa mengantar Indonesia sebagai hub baterai kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) global.
Corporate Secretary Antam Syarif Faisal Alkadrie memastikan perginya LGES dari proyek kongsi dengan Indonesia Battery Corporation (IBC) itu tidak akan memutuskan misi pengembangan ekosistem baterai EV yang sedang dipacu pemerintah.
“Proyek pengembangan baterai listrik di Indonesia melibatkan multistakeholders, termasuk Antam sebagai penyedia bahan baku nikel,” ujarnya saat dimintai konfirmasi, Selasa (22/4/2025).
“Hingga saat ini, Antam tetap berkomitmen pada rencana strategis pengembangan hilirisasi nikel, termasuk kolaborasi dengan mitra potensial lainnya.”
Faisal pun meyakini Indonesia akan tetap menjadi tujuan utama investasi baterai EV karena kekayaan nikel dan dukungan kebijakan yang diberikan pemerintah.
Dia menggarisbawahi investor asing lain, seperti China Ningbo Contemporary Brun Lygend Co Ltd (CBL), masih maju jalan menggarap proyek baterai serupa dengan yang ditinggalkan oleh LGES.
“Beberapa investor lain seperti CBL masih aktif menggarap proyek serupa. Kami akan terus memantau perkembangan dan berkoordinasi dengan pemangku kepentingan terkait,” ujarnya.
Sekadar kilas balik, pada 14 April 2022, Antam terlibat dalam Framework Agreement untuk membangun proyek baterai EV terintegrasi bersama IBC, CBL, dan konsorsium LGES.
Kerja sama keempatnya merupakan tindak lanjut dari pelaksanaan prastudi kelayakan secara bersama. Kesepakatan itu merupakan cikal-bakal pembentukan perusahaan patungan atau joint venture (JV) di setiap rantai nilai baterai EV antara ANTM, CBL, LGES, dan IBC.
Pada Deember 2023, Antam akhirnya resmi berkongsi dengan CBL untuk proyek baterai tersebut. Kerja sama itu dilakukan dengan jual beli saham anak usaha Antam, yakni PT Sumberdaya Arindo dan PT Feni Haltim.
Sementara itu, CBL juga melakukan transaksi kerja sama itu melalui anak perusahaannya, Hong Kong CBL Limited (HKCBL).
Selain dengan CBL, Antam menjalin kerja sama patungan untuk mulai membangun ekosistem hulu untuk pabrik baterai dengan raksasa baterai China, Contemporary Amperex Technology Co Ltd (CATL).
Awal Mei tahun lalu, Antam sempat membeberkan sumber pendanaan yang tengah disiapkan perseroan untuk membiayai proyek ekosistem baterai EV, termasuk yang akan dikembangkan bersama CATL.
Chief Operating Officer (COO) Antam I Dewa Wirantaya mengatakan, secara bertahap, perseroan menyiapkan dana sekitar US$80 juta.
“Gradual, tahun ini perkiraan kami [kebutuhan dana untuk proyek baterai tersebut] sekitar US$80 juta untuk Antam, karena kan baru desain dasarnya, baru persiapan,” ujarnya saat ditemui usai RUPS ANTM, Rabu (8/5/2024).
Dana tersebut, lanjut Dewa, disiapkan dari dana internal perseroan. Adapun, pendanaan eksternal akan didapatkan melalui perhimpunan bank milik negara (Himbara), tetapi dia tidak menyebutkan berapa nominal yang diajukan.
“Himbara kan untuk pendanaan di rasio 60% funding-nya. Semuanya dalam proses, belum menyebut range-nya. Di BNP Paribas juga sedang proses. Lagi progres, saya belum bisa menyebut angkanya,” ujarnya.
Meski demikian, dia memastikan proyek baterai EV tersebut akan menggunakan 60% pendanaan pihak ketiga dari pinjaman perbankan, sedangkan 40% sisanya dari ekuitas perusahaan.
Lebih lanjut, Dewa mengatakan dalam proyek tersebut, pembagian kepemilikan sahamnya terdiri atas 51% ANTM; dan 49% HKCBL, anak usaha CBL.
“Lalu strukturnya untuk proyek [smelter] RKEF sama HPAL, Antam 30% dan 70% mitra kami [CBL]. Nah, di hilirnya itu Antam tidak masuk langsung, tetapi melalui IBC, di mana IBC itu punya porsi 30%, sisanya 70% CBL. Jadi Antam bagian 25% dari 30% itu,” tuturnya.
Pabrik baterai bersama CATL tersebut masih belum dibangun, tetapi proyek serupa dengan LGES saat itu diklaimnya sudah mulai berjalan. Rencananya, ekosistem baterai tersebut akan dikembangkan bersama Antam dari hulu hingga hilir.
“Dia [CATL] akan bangun pabrik prekursor di Batang. Untuk yang sama LG, kami sedang restrukturisasi kepemilikan, dalam progres, memang agak terlambat, tetapi dia [pembangunan pabrik di] hilirnya lebih cepat. IBC masuk di sana,” kata Dewa.
— Dengan asistensi Mis Fransiska Dewi dan Sultan Ibnu Affan (wdh)
Sumber: bloombergtechnoz.com, 22 April 2025