Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia meminta PT Freeport Indonesia (PTFI) dan PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT), anak usaha PT Amman Mineral Internasional Tbk untuk berunding secara bisnis ke bisnis (B2B). Perundingan itu terkait dengan pasokan konsentrat tembaga.
Freeport saat ini membutuhkan konsentrat untuk diolah di pabrik pemurniannya alias smelter di Gresik, Jawa Timur. Perusahaan sejak September lalu tidak dapat mengolah konsentrat karena tambang bawah tanah di Grasberg Block Cave, Mimika, Papua Tengah, mengalami longsor.
Sedangkan Amman mengalami kondisi kahar di smelter-nya berlokasi di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Pabrik pengolahan ini sempat berhenti beroperasi pada Juli dan Agustus 2025 sehingga hasil tambang mereka diekspor. Untuk menyelesaikan kondisi ini, Bahlil meminta kedua perusahaan untuk bekerja sama.
“Saya minta kepada Amman dan PTFI untuk melakukan komunikasi secara bisnis agar material (Amman) bisa dibeli oleh Freeport untuk diolah di smelter dengan harga keekonomian,” kata Bahlil saat ditemui di kantornya, Jumat (14/11).
Bahlil menyebut hal ini tidak dilakukan sejak awal sebab persoalan ini sebetulnya masuk dalam ranah perusahaan dan harus dibicarakan secara bisnis ke bisnis. Dia menyebut pemerintah disini hanya berfungsi sebagai regulator saja.
Amman Mineral sebelumnya telah mendapatkan surat rekomendasi ekspor konsentrat tembaga dari Kementerian ESDM pada Sabtu (1/11). Karena konsentrat tidak dapat diolah, perusahaan mendapat rekomendasi izin ekspor dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Izin ini berlaku selama enam bulan atau hingga April 2026 dengan total kuota 480 ribu metrik ton kering.
Rekomendasi ekspor ini diberikan pemerintah sebab terjadi kondisi kahar di smelter perusahaan. Amman Mineral menjelaskan, smelter sempat berhenti beroperasi sementara pada Juli dan Agustus 2025 karena perbaikan pada unit Flash Converting Furnace dan Sulfuric Acid Plant.
“Perusahaan yang membangun smelter itu boleh ekspor kalau kondisi kahar, Amman mengajukan ekspor sebelum terjadinya kecelakaan di PTFI. Kami cek, rapat dan terbukti ada kondisi kahar sehingga diberikan izin ekspor 6 bulan sampai perbaikan selesai,” ujarnya.
Peluang dari Amman
PT Amman Mineral Nusa Tenggara membuka peluang menjual hasil tambang berupa konsentrat tembaga ke berbagai pihak, salah satunya ke PT Freeport Indonesia.
“Kami terbuka melakukan penjualan ke siapa saja selama memberikan keuntungan untuk kedua pihak,” kata Presiden Direktur Amman Mineral Nusa Tenggara Rachmat Makkasau saat ditemui usai acara CEO Insight di Hutan Kota Plataran, Jakarta, Selasa (4/11).
Setelah mengantongi izin rekomendasi ini, Rachmat mengatakan, perusahaan akan memaksimalkan ekspor sesuai dengan surat rekomendasi yang dikeluarkan Kementerian ESDM. Saat ini Amman sedang menunggu Kementerian Perdagangan agar menerbitkan surat persetujuan ekspor.
“Mudah-mudahan dalam beberapa hari ke depan (keluar SPE). Begitu keluar kami akan langsung ekspor (konsentrat),” ujarnya. Amman berencana mengekspor konsentrat tembaga ke sejumlah negara, seperti Korea Selatan, Jepang, Cina, Filipina, dan beberapa negara potensi lainnya. Editor: Tia Dwitiani Komalasari
