MENTERI Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia memastikan perang antara India dan Pakistan tidak bakal mengoreksi kinerja ekspor batu bara Tanah Air.
Bahlil mengklaim permintaan batu bara dari India sampai saat ini relatif stabil. Selain itu, Bahlil mengatakan, kinerja ekspor batu bara sampai kuartal I-2025 tetap terjaga.
“Enggak ada, pasti mereka butuh batu bara kita kan, enggak ada masalah,” kata Bahlil ditemui di Kementerian ESDM, Kamis (8/5/2025).
Bahlil menepis kekhawatiran Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir yang menyebutkan konflik geopolitik tersebut akan berdampak terhadap kinerja ekspor batu bara Indonesia.
“Kalau kita melihat di sini belum ada terganggu apa-apa,” ujarnya.
Sebelumnya, Erick Thohir meminta semua pihak untuk tetap waspada terhadap situasi geopolitik dunia karena adanya konflik antara India dan Pakistan.
Erick menyebut konflik tersebut akan memberikan dampak terhadap kinerja ekspor komoditas unggulan Indonesia, seperti batu bara dan sawit lantaran India dan Pakistan merupakan negara mitra dagang Indonesia.
“Bila sampai sesuatu yang tidak diharapkan, artinya mungkin akan ada impact mengenai perdagangan untuk kelapa sawit dan batu bara,” ucap Erick di Kementerian BUMN, Senin (5/5/2025).
Diketahui, India-Pakistan saat ini tengah terlibat konflik setelah terjadi serangan mematikan terhadap turis di Kashmir pada 22 April. Setidaknya hingga saat ini terdapat 43 orang tewas, dengan 32 dari Pakistan dan 12 orang dari India.
Badan Pusat Statistik (BPS) bulan lalu melaporkan kinerja ekspor batu bara pada Maret 2025 sebesar US$1,97 miliar. Angka ini anjlok sebesar 5,54% dibandingkan bulan sebelumnya.
“Nilai ekspor batu bara turun 5,54% secara bulanan dan turun 23,14% secara tahunan,” papar Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers, Senin (21/4/2025).
Komoditas dengan kode HS 2701 itu memberikan pangsa sebesar 9,03% dari total ekspor nonmigas Indonesia pada Maret 2025 senilai 30,01%.
Amalia mengatakan, pada Maret 2025 tiga besar negara tujuan ekspor Indonesia adalah China, Amerika Serikat (AS), dan India.
Nilai ekspor nonmigas ketiga negara ini memberikan pangsa pasar sekitar 42,37% dari total ekspor nonmigas Indonesia pada Maret 2025.
Dia memerinci, nilai ekspor nonmigas ke China tercatat US$5,20 miliar atau naik sebesar 21,50% dibandingkan Februari 2025.
Sementara itu, nilai ekspor nonmigas ke India tercatat US$1,41 miliar atau turun sebesar 14,54% dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
“Nilai ekspor nonmigas ke Amerika Serikat tercatat US$2,63 miliar atau naik sebesar 12,08% dibandingkan dengan bulan lalu,” jelas Amalia.
Rusia Jadi Ancaman
Dalam perkembangan terbaru, Plt Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI) Gita Mahyarani menyebut ekspor batu bara tidak hanya diadang oleh faktor permintaan dari pasar utama—seperti China dan India — yang kian tergerus.
Namun, penambang kini dihadapkan pada persaingan dari Rusia yang makin agresif masuk ke pasar Asia setelah Moskwa dilarang mengekspor ke Eropa. Negeri Beruang Merah disebut kian getol memasok ke China, yang selama ini menjadi pasar andalan batu bara RI.
“Rusia menawarkan harga lebih kompetitif, memperketat persaingan dengan batu bara Indonesia,” ujarnya saat dihubungi, Selasa (6/5/2025).
Untuk diketahui, pada Maret, impor batu bara Rusia oleh China naik 6% secara anual menjadi 7,33 juta ton.
Namun, China juga menaikkan pembelian batu bara dari pemasok lain seperti Australia dan Mongolia. Adapun, Indonesia masih menjadi penyuplai utama batu bara ke Negeri Panda. (mfd/naw)
Sumber: https://www.bloombergtechnoz.com, 8 Mei 2025