Hingga 15 Juli 2025, penerimaan negara bukan pajak (PNBP) dari sektor mineral dan batubara (minerba) tercatat telah menyumbang Rp71 triliun. Angka ini menempatkan subsektor minerba sebagai penyumbang terbesar PNBP di lingkungan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) pada semester pertama tahun ini.
Hal tersebut disampaikan Direktur Jenderal Mineral dan Batubara (Dirjen Minerba) Kementerian ESDM, Tri Winarno, saat acara Energi & Mineral Festival 2025 di Jakarta, Kamis (31/7/2025).
“Sektor energi dan sumberdaya minerba menyumbang Rp 400 triliun dari pajak, nonpajak untuk keuangan negera. Selain itu menggerakkan 12,5?ri total GDP Indonesia,” ujar Tri dikutip dari keterangan resmi, Senin (4/8).
Meski mencatat angka signifikan, Dirjen Minerba mengakui bahwa terjadi penurunan kinerja PNBP secara tahunan. Penurunan ini dipengaruhi oleh kondisi eksternal, seperti melemahnya harga komoditas global dan penurunan permintaan ekspor mineral dan batubara.
Sebelumnya diketahui, target total PNBP Kementerian ESDM tahun 2025 dari seluruh subsektor mencapai Rp254,49 triliun, meningkat dari target tahun sebelumnya yang berada di angka Rp234,2 triliun.
Dirjen Minerba menekankan bahwa pengelolaan sumber daya mineral dan batubara harus memberikan manfaat optimal bagi seluruh masyarakat. Ia menyoroti pentingnya ketersediaan energi yang merata dan terjangkau, terutama bagi masyarakat di wilayah yang masih minim akses listrik.
Saat ini, masih terdapat sekitar 5.400 desa yang belum sepenuhnya menikmati akses listrik dan beberapa wilayah yang masih tergantung pada bahan bakar minyak.
“Diharapkan pada lima tahun ke depan, listrik bukan lagi menjadi barang mahal dan langka, tapi bisa terjangkau bagi seluruh rakyat Indonesia,” tegasnya.
Saat ini, sekitar 40 persen bauran energi nasional masih bertumpu pada batubara. Meskipun Indonesia tengah mengakselerasi transisi menuju energi baru dan terbarukan (EBT), pemerintah tetap membuka ruang bagi batubara sebagai sumber energi utama, namun dengan pendekatan yang lebih ramah lingkungan, seperti penerapan teknologi carbon capture dan pengembangan pembangkit listrik rendah emisi karbon.
“Harapannya ke depan semakin ramah tetapi tidak meninggalkan sektor yang kita andalkan, batu bara tetap digunakan dengan teknologi yang dapat maju seperti carbon storage, lalu listrik rendah karbon, sehingga betul-betul bisa optimal, dan ke depan masyarakat bisa menikmati energi murah,” ujar Tri.