Belum Ada Kabar Baik dari Batu Bara, Harga Ambruk Jelang Tutup Tahun

Harga batu bara belum juga membaik menjelang tutup tahun.

Merujuk Refinitiv, harga batu bara ditutup di posisi US$ 107,6 per ton atau melemah 0,82% pada perdagangan Senin (29/12/2025). Pelemahan ini memperpanjang tren negatif batu bara dengan melemah 1,3% dalam dua hari perdagangan terakhir.

Harga batu bara terus melemah karena tidak ada sentiment positif menjelang akhir tahun.

Pasar batu bara kokas China dibuka minggu ini dalam kondisi lemah, terutama karena minat beli yang lesu dan sentimen negatif yang terus membebani pasar kokas di hilir industri baja. Permintaan yang tidak kuat membuat tekanan penurunan harga tetap dominan.

Permintaan pembelian dari industri hilir (pabrik baja dan produsen kokas) tetap berhati-hati, sehingga volume transaksi di pasar spot rendah dan tidak cukup kuat untuk membalik tren melemah.

Negosiasi harga kokas dengan beberapa pembuat baja disebut berupaya meminta potongan harga kokas untuk keempat kalinya, sebagai respons terhadap tekanan biaya dan margin yang menipis di industri baja.

Tekanan di pasar batu bara kokas berkaitan erat dengan meningkatnya keengganan pembelian di tengah stok yang tetap tinggi dan prospek pemulihan permintaan yang kurang jelas.

Harga batu bara termal di pelabuhan utara China juga masih turun, tetapi penurunannya mulai melambat. Meski inventaris tetap tinggi, beberapa faktor pasar menunjukkan perubahan positif yang memperlambat laju koreksi harga tersebut.

Pasokan mulai mengencang dari wilayah tambang, sehingga ada tekanan berkurang di sisi penawaran.

Permintaan dari pembangkit listrik menunjukkan sedikit kenaikan, memberikan dorongan kecil pada pasar spot dan membuat tekanan jual tidak sedrastis sebelumnya.

Penurunan harga masih terjadi, tetapi para penjual mulai menunjukkan resistensi terhadap diskon lebih dalam, sehingga tren penurunan menjadi lebih moderat.

Intinya pasar batu bara termal China belum pulih sepenuhnya. Tekanan tetap ada karena stok yang besar tetapi muncul sinyal awal stabilisasi karena perpaduan pengetatan pasokan dan permintaan pembangkit yang sedikit meningkat sehingga penurunan harga kini melambat.

Selain dari China, sentiment negatif datang dari Korea Selatan.Korea Selatan berjanji untuk mengurangi ketergantungannya pada pembangkit listrik tenaga batu bara sebagai bagian dari komitmen menekan emisi karbon penyebab perubahan iklim. Namun, ambisi tersebut berseberangan dengan dorongan pemerintahan Presiden Donald Trump yang ingin meningkatkan ekspor gas alam Amerika Serikat.

Dalam perundingan iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) baru-baru ini, Kementerian Iklim, Energi, dan Lingkungan Korea Selatan yang baru dibentuk mengumumkan rencana untuk mempensiunkan sebagian besar pembangkit listrik tenaga batu bara di negara tersebut pada 2040, serta menargetkan penurunan emisi karbon setidaknya setengahnya pada 2035.

Langkah ini menunjukkan bahwa Korea Selatan sebagai salah satu importir batu bara terbesar dunia dengan armada pembangkit batu bara yang juga termasuk terbesar ingin mempercepat transisi menuju energi terbarukan. Selama ini, laju transisi energi terbarukan Korea Selatan tertinggal dibandingkan negara-negara tetangga maupun rata-rata global.

Produksi Coal India Turun

Dari India, hujan berkepanjangan menyebabkan produksi Coal India Ltd (CIL) turun 3,7% selama delapan bulan pertama (April-November) tahun fiskal 2026 (FY26).

Penurunan ini menandai kontraksi pertama produksi batu bara pada periode yang sama dalam enam tahun terakhir, sejak pandemi melanda pada 2020.

Perusahaan yang menyumbang sekitar 80% produksi batu bara India tersebut menyebutkan tantangan pembebasan lahan dan kondisi cuaca buruk sebagai penyebab kekurangan produksi.

CIL memproduksi 453,5 juta ton (MT) batu bara selama April-November FY26, dibandingkan 471 MT pada periode yang sama tahun lalu.

Perlambatan produksi batu bara terjadi di tengah tekanan terhadap kinerja keuangan perusahaan pada tahun fiskal ini. Coal India melaporkan penurunan laba bersih masing-masing sebesar 20% dan 31% pada kuartal pertama dan kedua tahun fiskal 2025-2026.

Turunnya permintaan batu bara dari sektor kelistrikan menjadi faktor utama yang menekan produksi.

Pengiriman batu bara ke sektor pembangkit listrik turun 3,27% selama April-November FY26, menjadi 519 MT dari 537 MT pada periode yang sama tahun lalu. Penyerapan (offtake) batu bara dari CIL pada periode April-November juga turun 2% dibandingkan tahun lalu, mencerminkan penurunan pengangkutan dari tambang. CNBC INDONESIA RESEARCH (mae/mae)

Sumber:

– 30/12/2025

Temukan Informasi Terkini

Berita Harian, Selasa, 30 Desember 2025

baca selengkapnya

Kaleidoskop Minerba 2025: Tekanan Harga Sampai Longsor Grasberg

baca selengkapnya

AMMAN Cetak Zero Fatality Sepanjang 2025, Operasi Tambang Berjalan Tanpa Kematian

baca selengkapnya

Bersama, Kita Majukan Industri Pertambangan!

Jadilah anggota IMA dan nikmati berbagai manfaat, mulai dari seminar, diskusi strategis, hingga kolaborasi industri.

Scroll to Top