Cara Harita Nickel Lindungi Sumber Mata Air Warga Sekitar Tambang

Harita Nickel telah menerapkan sistem pengelolaan air yang komprehensif dan canggih

Harita Nickel di Pulau Obi, Halmahera Selatan, memastikan keberlanjutan lingkungan, terutama dalam pengelolaan sumber daya air yang vital. Hal tersebut disampaikan Pakar Lingkungan Tri Edhi Budhi Soesilo yang melakukan kajian lapangan pada Juni 2025 lalu. Mereka menilai Harita Nickel telah melakukan mitigasi risiko lingkungan dengan baik.

Laporan tersebut menyoroti bahwa Harita Nickel telah menerapkan sistem pengelolaan air yang komprehensif dan canggih, mencakup perlindungan sumber air utama masyarakat hingga pengendalian air di area operasional industri. Langkah-langkah yang dianggap menegaskan praktik pertambangan bertanggung jawab yang dijalankan Harita Nickel.

“Harita Nickel mengintegrasikan efisiensi industri dengan kepedulian lingkungan. Pendekatan ini layak menjadi acuan praktik pertambangan berkelanjutan di Indonesia,” kata Edhi, Selasa (11/11/2025).

Meskipun Mata Air Kawasi, yang merupakan sumber air utama bagi masyarakat Desa Kawasi, berada di luar wilayah operasional perusahaan, Harita Nickel tetap menunjukkan tanggung jawab lingkungan dan sosial.

Perusahaan secara rutin memeriksa kualitas air di mata air tersebut. Selain itu, Harita Nickel juga telah berinvestasi dalam pembangunan fasilitas pengolahan dan penyaluran air bersih untuk warga.

Langkah ini memastikan masyarakat tetap mendapat pasokan air bersih yang aman, sekaligus mengurangi beban langsung pada debit mata air alami. Para peneliti menilai bahwa tindakan ini merupakan upaya proaktif perusahaan dalam memastikan keberlanjutan akses air bagi komunitas lokal.

Sistem Pemantauan Mutu Ketat

Selain melindungi mata air masyarakat Kawasi, Harita Nickel juga menggunakan Danau Karo sebagai cadangan air utama industri dengan sistem pemantauan mutu yang ketat. Danau ini memiliki kapasitas air yang sangat besar, jauh melebihi kebutuhan harian pabrik, menjadikannya cadangan air yang kuat untuk segala kondisi.

Komitmen perusahaan dalam perlindungan air diperkuat dengan adopsi teknologi ramah lingkungan untuk mengelola limbah padat sisa pengolahan (disebut tailing). Harita Nickel menggunakan metode Dry Stack Tailing Facility (DSTF).

Dalam metode DSTF, tailing tidak dibuang dalam bentuk lumpur basah seperti metode lama, melainkan dikeringkan hingga menjadi seperti kue padat dengan kadar air sangat rendah (di bawah 35%) menggunakan alat filter press.

Fasilitas ini secara signifikan mengurangi risiko lumpur beracun mencemari air permukaan dan air tanah di Pulau Obi. Lebih lanjut, air sisa proses pabrik diolah kembali di Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) untuk memastikan hasil produksinya sesuai dengan baku mutu yang ditetapkan.

Harita Nickel (NCKL) Kantongi Pendapatan Rp 22,4 Triliun hingga September 2025

Sebelumnya, PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) atau Harita Nickel mencatatkan kinerja positif sepanjang Januai-September 2025. Perusahaan telah berhasil meraup pendapatan sebesar Rp 22,40 triliun di periode tersebut.

Head of Investor Relations Harita Nickel, Lukito Gozali menerangkan capaian ini jadi hasil efisiensi berkelanjutan dan optimalisasi fasilitas High Pressure Acid Leach (HPAL) serta Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF). Keduanya beroperasi stabil di Pulau Obi, Halmahera Selatan, sekaligus langkah strategis menuju penambahan kapasitas produksi melalui pembangunan smelter baru.

Saat ini, perusahaan melanjutkan pembangunan fasilitas RKEF ke-3 (KPS) dengan kapasitas produksi hingga 185.000 ton kandungan nikel dalam feronikel per tahun.

“Hingga Oktober 2025, progres fase kedua telah mencapai 91%, sementara fase ketiga mencapai 44%. Fasilitas ini akan memperkuat kontribusi Harita Nickel terhadap hilirisasi industri nikel nasional serta memperkuat daya saing perusahaan,” tutur Lukito dalam keterangan resmi, Sabtu (1/11/2025).

Harita Nickel kini menjadi perusahaan pertama di Indonesia yang menjalani audit penuh Initiative for Responsible Mining Assurance (IRMA), standar global paling komprehensif dalam penilaian keberlanjutan di sektor pertambangan.

Pasang Panel Surya

Prosesnya saat ini berada pada tahap peninjauan, dan mencakup lebih dari 30.000 pekerja serta kontraktor di seluruh rantai operasional perusahaan, menjadikannya audit IRMA dengan cakupan tenaga kerja terbesar di dunia.

“Partisipasi dalam audit IRMA menjadi langkah penting untuk memastikan seluruh proses bisnis kami berjalan sejalan dengan standar global dan memberi manfaat bagi masyarakat,” tambah Lukito.

Sebagai bagian dari langkah menuju transisi energi bersih, Harita Nickel mempercepat pemasangan panel surya berkapasitas 40 MWp di Pulau Obi, Halmahera Selatan, Maluku Utara.

Hingga Oktober 2025, progres konstruksi mencapai 38%, dengan instalasi tersebar di atap area tempat tinggal karyawan dan di atap fasilitas produksi.

Proyek ini diharapkan dapat mengurangi emisi karbon dan meningkatkan efisiensi energi di kawasan industri nikel.

Sumber:

– 11/11/2025

Temukan Informasi Terkini

Harga Emas Solid, Merdeka Copper (MDKA) & Bumi Resources (BRMS) Kebut Ekspansi

baca selengkapnya

Rapor Kinerja Indo Tambang (ITMG), Laba Turun & Produksi Naik

baca selengkapnya

PNBP Sektor ESDM Baru Capai Rp 200,66 Triliun, 78,74% dari Target APBN 2025

baca selengkapnya

Bersama, Kita Majukan Industri Pertambangan!

Jadilah anggota IMA dan nikmati berbagai manfaat, mulai dari seminar, diskusi strategis, hingga kolaborasi industri.

Scroll to Top