Anggota holding Industri Pertambangan Indonesia (MIND ID), PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) atau Antam membukukan lonjakan laba bersih sebesar 240% pada semester pertama 2025 dibandingkan periode sama tahun lalu.
Emiten tambang ini meraih laba periode berjalan senilai Rp5,14 triliun, melesat dibandingkan Rp1,51 triliun pada semester I-2024.
Sejalan dengan itu, Antam juga mencatatkan pertumbuhan Earnings Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization (EBITDA) sebesar Rp7,11 triliun atau naik 194% dari periode sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp2,42 triliun.
Manajemen menyebut, capaian tersebut terutama ditopang pertumbuhan penjualan komoditas emas dan nikel, seiring strategi perusahaan memperkuat basis pelanggan domestik.
Emas Jadi Penopang Utama
Segmen emas menjadi kontributor terbesar penjualan Antam. Pada semester I-2025, penjualan emas tercatat Rp49,54 triliun, tumbuh 163% dibandingkan Rp18,83 triliun pada periode sama 2024. Produk emas menyumbang 84% terhadap total penjualan Antam.
Pertumbuhan ini didorong oleh kondisi geoekonomi dan geopolitik global yang menopang harga emas dunia, serta strategi bisnis perseroan yang dinilai efektif.
Bahkan, Antam kembali mencetak rekor penjualan emas triwulanan tertinggi sepanjang sejarah pada kuartal II-2025.
Analisis Pasar
Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori Ekky Topan menilai, lonjakan kinerja Antam tidak hanya disokong oleh reli harga emas dunia, tetapi juga efisiensi operasional.
“Kinerja solid tersebut mencerminkan efisiensi operasional dan peningkatan harga jual rata-rata, seiring dengan sentimen bullish di pasar komoditas emas,” ujar Ekky dalam keterangannya, Rabu (10/9/2025).
Menurutnya, tren kenaikan harga emas dunia memberikan dukungan fundamental kuat bagi valuasi saham emiten emas, termasuk Antam, yang masih menarik untuk diakumulasi investor dalam jangka pendek hingga menengah.
Sementara itu, Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta Utama menilai, Antam masih berpotensi melanjutkan penguatan kinerja seiring tren positif harga emas global.
“Perseroan berpotensi mendapat keuntungan dari kenaikan average selling price (ASP) emas yang berdampak langsung pada pendapatan dan laba bersih,” kata Nafan.
Ia menambahkan, selain mengandalkan emas, Antam perlu terus mendorong hilirisasi komoditas lain seperti nikel, batu bara, dan tembaga untuk menjaga kinerja jangka panjang.
“Hilirisasi tidak bisa ditinggalkan. Proses pembangunan industri hilir akan memberikan nilai tambah signifikan, sehingga prospek sektor tambang tetap positif di masa depan,” tutupnya.