Di Forum Transisi Energi, Bos IMA: Cadangan Batu Bara Kita 500 Tahun!

INDONESIA Mining Association (IMA) dalam Energi Mineral Forum 2025 meminta untuk berhati-hati dalam melakukan transisi energi di Indonesia, yakni dari penggunaan energi berbasis fosil menuju energi baru dan terbarukan (EBT). IMA merekomendasikan tetap mengonsumsi batu bara namun dengan inovasi pemakaian yang rendah emisi.

Ketua IMA, Rachmat Makkasau mengungkapkan, transisi energi menuju pemanfaatan EBT memang sangat positif, lantaran buangan gas emisi yang sangat rendah bahkan nihil. Sehingga hal tersebut sangat baik untuk lingkungan yang lebih bersih.

Namun, terdapat tantangan lain dalam penggunaan EBT, di mana biaya listriknya jauh lebih tinggi daripada energi berbasis bahan bakar minyak (BBM) serta batu bara. Sehingga, listrik berbasis EBT apabila digunakan dalam kegiatan operasional industri atau pabrik, akan membuat membengkaknya biaya operasional produksi.

“Transisi energi kalau tidak hati-hati akan menimbulkan biaya energi yang tinggi, dan akhirnya downstream manufaktur kita belum tentu bisa berhasil,” paparnya dalam acara Energi Mineral Forum 2025 di Kempinski Hotel Jakarta, Senin (26/5/2025).

Dia menjelaskan, fenomena tersebut sebenarnya telah terjadi di kawasan Eropa. Beberapa industri di Benua Biru itu mengalami pukulan imbas perubahan dalam pasokan listrik yang berbasis EBT, yang harganya kurang kompetitif. Eropa memang lebih cepat dalam melakukan transisi energi, namun kurang mempertimbangkan berbagai aspek, khususnya biaya yang mengalir ke sektor industri.

“Faktor utama yang terjadi di Eropa adalah terlalu cepat dalam transisi energi dan menimbulkan biaya energi yang tinggi sehingga mereka punya masalah dengan cost production,” papar Rachmat.

Sebaliknya, lanjut Rachmat, China dan India justru melakukan transisi energi yang sangat baik. Dua negara Asia ini masih bisa memproduksi listrik dengan biaya yang cukup rendah sehingga produk yang dihasilkan dan harga yang dipasarkan cukup baik dan kompetitif.

Dalam kesempatan tersebut, Rachmat justru lebih merekomendasikan melakukan hilirisasi produk-produk pertambangan seperti batu bara, mengingat cadangannya masih melimpah. Tapi, perlu ada inovasi penggunaan batu bara sebagai sumber energi, namun dengan catatan jumlah gas emisi yang dihasilkan tidak terlalu besar layaknya pembakaran batu bara ada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).

“Kita punya batu bara cadangan 500 tahun, kenapa kita tidak melihat mulai membuat program memakai batu bara, tetapi dengan mengurangi emisi serendah-rendahnya,” tandas Rachmat. Editor: Prisma Ardianto

Sumber: https://investor.id, 26 Mei 2025

Temukan Informasi Terkini

Laba Sepanjang 2024 Naik 46%, Ini Daftar Program Prioritas MIND ID Sepanjang 2025

baca selengkapnya

Selangkah Lagi UKM Dapat Jatah Tambang, Siapa yang Layak?

baca selengkapnya

PT Gag Nikel Masih Belum Beroperasi di Raja Ampat Meski Tidak Dicabut Izinnya

baca selengkapnya

Bersama, Kita Majukan Industri Pertambangan!

Jadilah anggota IMA dan nikmati berbagai manfaat, mulai dari seminar, diskusi strategis, hingga kolaborasi industri.

Scroll to Top