Digempur Berita Baik, Harga Batu bara Tetap Terkubur 10 Hari: Ada Apa?

Harga batu bara masih terpuruk hingga tak mampu menguat dalam 10 hari terakhir.

Merujuk Refinitiv, harga batu bara pada perdagangan kemarin, Kamis (14/8/2025) ditutup di US$ 109,75 per ton atau melemah 1,66%. Harga ini adalah yang terendah sejak 27 Juni 2025.

Harga batu bara mencatat kinerja buruk dengan melemah 6,7% dalam 10 hari. Harganya melemah sembilan kali dan stagnan sehari. Ketidakmampuan batu bara untuk menguat selama 10 hari ini adalah yang terburuk sejak November 2024.

Harga batu bara tidak kunjung naik meskipun China terus memberi kabar positif.

Harga batu bara termal domestik China sedang menguat (firm) karena pasokan di beberapa wilayah ketat. Ada gangguan distribusi dari daerah penghasil utama seperti Shanxi dan Inner Mongolia.

Harga batubara termal di China mencapai titik tertinggi dalam lima bulan terakhir, dipicu oleh dua faktor utama.

Cuaca ekstrem atau pembatasan tambang demi keselamatan kerja juga ikut menopang harga. Selain itu, ada peningkatan permintaan listrik akibat musim panas (pendingin udara) atau musim dingin (pemanas).

Sebaliknya, harga batu bara domestik di India stabil. Namun, pelaku pasar meyakini potensi kenaikan harga dalam beberapa pekan mendatang. Pemulihan permintaan dari sektor baja (steel sector), yang menjaga sentimen pasar tetap solid.

Sebagai catatan, China dan India adalah konsumen terbesar batu bara di dunia.

Menurut laporan dari SteelMint yang dikutip oleh BigMint, harga batubara termal asal Afrika Selatan juga meningkat tipis secara week-on-week (w-o-w) meskipun aktivitas perdagangan tetap rendah mengindikasikan permintaan yang lemah.

Sentimen memang naik secara harga, tetapi karena volume transaksi yang terbatas, pasar dinilai masih datar. Diharapkan dalam beberapa hari ke depan akan ada kejelasan lebih lanjut tentang harga. Peningkatan harga memang ada tetapi pasar masih menunjukkan dinamika hati-hati.

Transaksi nyata mungkin tidak banyak berlangsung, sering kali mencerminkan ketidakyakinan atau permintaan yang lemah. Pelaku pasar sedang menunggu sinyal lebih lanjut, bisa dari data impor, pasokan, atau tren harga global untuk menentukan pembelian berikutnya. CNBC INDONESIA RESEARCH (mae/mae)

Sumber:

– 15/08/2025

Temukan Informasi Terkini

Smelter Nikel Merdeka Copper (MDKA) Capai 42% Target Produksi per Semester I-2025

baca selengkapnya

Ekspor Batu Bara RI ke China Bangkit, Tapi B40 Buat Pengusaha Menjerit

baca selengkapnya

Freeport Bawa Angin Segar Buat Smelter Tembaga China

baca selengkapnya

Bersama, Kita Majukan Industri Pertambangan!

Jadilah anggota IMA dan nikmati berbagai manfaat, mulai dari seminar, diskusi strategis, hingga kolaborasi industri.

Scroll to Top