Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan kinerja ekspor batu bara sepanjang Januari sampai Agustus 2025 minus 20,99% ke level US$15,82 miliar atau sekitar Rp261,9 triliun (asumsi kurs Rp16.555 per dolar AS).
Torehan kinerja ekspor komoditas emas hitam itu terpaut lebar dari capaian sepanjang periode yang sama tahun sebelumnya di level US$20,13 miliar.
Deputi Bidang Statistik BPS M. Habibullah mengatakan koreksi nilai ekspor batu bara itu ikut dibarengi dengan susutnya pengiriman batu bara secara volume sepanjang Januari sampai Agustus tahun ini.
“Nilai ekspor batu bara turun 20,99% secara kumulatif,” kata Habibullah dalam konferensi pers secara daring, Selasa (14/10/2025).
Adapun, kinerja ekspor batu bara secara volume terkoreksi 5,16% ke level 251,13 juta ton sampai periode yang berakhir Agustus 2025, lebih rendah dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 264,78 juta ton.
Sementara itu rata-rata unit nilai ekspor batu bara juga susut 16,62% ke level US$63,48 per ton, lebih rendah dari posisi tahun sebelumnya di level US$76,14 per ton.
Kendati demikian, kinerja ekspor komoditas nonmigas unggulan Indonesia lainnya seperti besi dan baja serta CPO dan turunnya kompak mencatatkan penguatan.
Ekspor besi dan baja lompat 10,24% ke level US$18,29 miliar dari posisi tahun sebelumnya di angka US$16,59 miliar.
Selain itu, kinerja ekspor CPO dan turunannya ikut menguat 35,23% ke level US$16,66 miliar, dari posisi periode tahun sebelumnya di angka US$12,32 miliar.
“Tiga besar negara tujuan ekspor adalah China, Amerika Serikat dan India, nilai ekspor ketiga negara ini mencapai 41,82% dari total ekspor nonmigas Indonesia,” kata Habibullah.
Menurut data BPS sampai Agustus 2025, ekspor bahan bakar mineral dengan kode HS 27 ke China mencapai US$5,91 miliar dan India mencapai US$3,69 miliar.
Adapun, BPS mencatat kinerja nilai ekspor Indonesia sepanjang Januari-Agustus 2025 tercatat US$185,13 miliar atau naik 7,72% dibanding periode yang sama tahun lalu.
Nilai ekspor migas tercatat US$9,04 miliar atau turun 14,14%. Sementara itu, nilai ekspor non-migas naik 9,15% menjadi US$176,09 miliar.
Secara keseluruhan, BPS mencatat neraca perdagangan barang Indonesia mengalami surplus sebesar US$5,49 miliar per Agustus 2025.
Kinerja neraca perdagangan kali ini lebih tinggi dibanding proyeksi konsensus pasar yang memperkirakan surplus neraca perdagangan hanya akan berada di level US$4 miliar.
“Penyumbang surplus yakni komoditas lemak dan minyak hewani/nabati, bahan bakar mineral serta besi dan baja,” ujar Habibullah.
Pada saat yang sama, neraca perdagangan komoditas migas tercatat defisit US$1,66 miliar dengan komoditas penyumbang defisit adalah minyak mentah dan hasil minyak. (naw)