Ekspor Batu Bara Januari-September 2025 Anjlok 20,85%

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan kinerja ekspor batu bara sepanjang Januari sampai September 2025 minus 20,85% ke level US$17,94 miliar atau sekitar Rp298,79 triliun (asumsi kurs Rp16.655 per dolar AS).

Torehan kinerja ekspor komoditas emas hitam itu terpaut lebar dari capaian sepanjang periode yang sama tahun sebelumnya di level US$22,67 miliar.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini mengatakan koreksi nilai ekspor batu bara itu ikut dibarengi dengan susutnya pengiriman batu bara secara volume sepanjang Januari sampai September tahun ini.

“Secara kumulatif ekspor batu bara turun 20,85%,” kata Pudji dalam konferensi pers secara daring, Senin (3/11/2025).

Adapun, kinerja ekspor batu bara secara volume terkoreksi 4,74% ke level 285,23 juta ton sampai periode yang berakhir September 2025, lebih rendah dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 299,41 juta ton.

Pelemahan kinerja ekspor batu bara itu sejalan dengan koreksi ekspor bahan bakar mineral (HS 72) ke China dan India.

Adapun, ekspor bahan bakar mineral ke China anjlok 29,33% menjadi US$6,86 miliar dan ekspor ke India susut 25,42% ke level US$4,12 miliar.

“Nilai ekspor nonmigas China sebesar US$46,47 miliar didominasi besi dan baja,” kata Pudji.

Kendati demikian, kinerja ekspor komoditas nonmigas unggulan Indonesia lainnya seperti besi dan baja serta CPO dan turunnya kompak mencatatkan penguatan.

Ekspor besi dan baja lompat 11,81% ke level US$21,01 miliar dari posisi tahun sebelumnya di angka US$18,79 miliar.

Selain itu, kinerja ekspor CPO dan turunannya melonjak 32,40% ke level US$18,14 miliar, dari posisi periode tahun sebelumnya di angka US$13,70 miliar.

“Nilai ekspor CPO dan turunannya naik 32,40% secara kumulatif,” tuturnya.

Secara keseluruhan, neraca perdagangan barang Indonesia pada September 2025 mengalami surplus sebesar US$4,34 miliar.

Kinerja neraca perdagangan September di bawah ekspektasi seperti yang tergambar dari konsensus pasar yang dihimpun Bloomberg memperkirakan neraca dagang Indonesia pada September akan mencatat surplus US$ 4,47 miliar. Ini merupakan neraca dagang yang terendah sejak Juli 2025.

Pada saat yang sama, neraca perdagangan komoditas migas tercatat defisit US$1,64 miliar dengan komoditas penyumbang defisit adalah minyak mentah dan hasil minyak.

Perluasan Pasar

Sebelumnya, Kementerian ESDM meminta pengusaha menjajaki pasar alternatif di kawasan Asia Tenggara (Asean), menyusul anjloknya ekspor batu bara akibat merosotnya permintaan dari China dan India.

Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara (Minerba) Kementerian ESDM Tri Winarno mengatakan pemerintah telah berkoordinasi dengan Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI) untuk menjajaki kemungkinan pasar baru di Asean.

“Asia itu utamanya untuk Asean coba dijajakin, kita sudah ngomong juga dengan APBI, coba dijajakin misalnya Vietnam, Malaysia, Thailand, terus kemudian Filipina,” kata Tri saat ditemui usai rapat bersama Komisi XII DPR RI, Rabu (3/9/2025).

Tri mengatakan koreksi ekspor batu bara yang cukup dalam tahun ini disebabkan karena permintaan yang susut dari dua importir utama; India dan China.

Menurut Tri, kesempatan ekspor ke pasar alternatif di Asean itu cukup terbuka lebar lantaran sejumlah negara di kawasan masih mengimpor batu bara dari Rusia.

“Kalau misalnya diambil dari Rusia kan dia kejauhan juga transportasi, itu dijajakin seperti apa,” kata Tri.

Dia berharap pengusaha batu bara domestik bisa mulai penetrasi ke pasar baru di kawasan Asean pada sisa tahun ini. (naw)

Sumber:

– 03/11/2025

Temukan Informasi Terkini

Berita Harian, Selasa, 04 November 2025

baca selengkapnya

Harga Batu Bara Acuan (HBA) Awal November 2025 Keok, Tertinggi US$103,75 per Ton

baca selengkapnya

Kantongi Rekomendasi Ekspor, Amman Mineral Dukung Pemulihan Ekonomi NTB

baca selengkapnya

Bersama, Kita Majukan Industri Pertambangan!

Jadilah anggota IMA dan nikmati berbagai manfaat, mulai dari seminar, diskusi strategis, hingga kolaborasi industri.

Scroll to Top