Era Batu Bara Redup, Matahari & Angin Jadi Raja Baru Energi Dunia

Peran pembangkit listrik batu bara semakin tergeser. Fakta pahit ini membuat harga batu bara semakin anjlok.

Merujuk Refinitiv, harga batu bara pada perdagangan Senin (6/10/2025) ditutup di posisi U$ 107,15 per ton atau melemah 0,78%.

Pelemahan ini berbanding terbalik dengan penguatan 0,46% pada akhir pekan lalu.

Harga batu bara terus melemah karena permintaan yang semakin sedikit.

Laporan dari lembaga think thank Ember mencatat pembangkit listrik tenaga angin dan surya dunia untuk pertama kalinya menghasilkan listrik lebih banyak daripada pembangkit batu bara tahun ini. Fakta ini adalah sebuah titik balik penting bagi sistem kelistrikan global.

Ember mencatat dalam enam bulan pertama tahun 2025, energi terbarukan tumbuh lebih cepat daripada peningkatan kebutuhan listrik global, yang menyebabkan sedikit penurunan penggunaan batu bara dan gas.

Permintaan listrik global meningkat 2,6% (year on year/YoY) pada paruh Januari-Juni 2025 atau setara dengan tambahan 369 terawatt-jam (TWh). Tenaga surya memenuhi 83% dari peningkatan tersebut, dengan pertumbuhan mencapai 306 TWh atau naik 31% secara tahunan. Dikombinasikan dengan ekspansi tenaga angin yang stabil, energi terbarukan kini mampu memenuhi kenaikan permintaan listrik sekaligus mulai menggantikan bahan bakar fosil.

Produksi listrik dari batu bara turun 0,6% (31 TWh), sementara gas alam turun 0,2% (6 TWh), sehingga total pembangkit berbasis fosil menurun 0,3% (-27 TWh). Akibatnya, emisi sektor ketenagalistrikan global turun 0,2%.

Secara keseluruhan, energi terbarukan memasok 5.072 TWh listrik dalam enam bulan pertama 2025 atau naik dari 4.709 TWh pada periode yang sama tahun sebelumnya. Sebagai perbandingan, batu bara menghasilkan 4.896 TWh, atau turun 31 TWh dari tahun lalu.

Artinya, dunia menghasilkan hampir sepertiga lebih banyak listrik tenaga surya pada paruh Januari-Juni 2025 dibandingkan periode yang sama di 2024.

Produksi listrik global

Foto: Ember – Produksi listrik global

“Tenaga surya dan angin kini tumbuh cukup cepat untuk memenuhi meningkatnya kebutuhan listrik dunia. Ini menandai awal dari pergeseran besar di mana energi bersih mulai mampu mengimbangi pertumbuhan permintaan,” kata MaÅ‚gorzata Wiatros-Motyka, analis senior kelistrikan di Ember, dikutip dari website Ember.

Menurut laporan Ember, China dan India menjadi pendorong utama lonjakan energi terbarukan ini, berbeda dengan Amerika Serikat (AS) dan Eropa yang masih lebih bergantung pada bahan bakar fosil.

Sementara itu, laporan terpisah dari International Energy Agency (IEA) memperkirakan kapasitas energi terbarukan global dapat lebih dari dua kali lipat pada akhir dekade ini, dengan 80% tambahan kapasitas energi bersih baru berasal dari tenaga surya., mengatakan:

“Pertumbuhan kapasitas energi terbarukan global dalam beberapa tahun mendatang akan didominasi oleh tenaga surya meski tenaga angin, air, bioenergi, dan panas bumi juga akan turut berkontribusi.” Ujar Direktur Eksekutif IEA, Fatih Birol.

IEA juga menyebut bahwa China akan tetap menjadi pasar pertumbuhan energi terbarukan terbesar di dunia, dengan India muncul sebagai pasar kedua terbesar selama sisa dekade ini.

“Selain pasar yang sudah mapan, tenaga surya juga akan melonjak di negara-negara seperti Arab Saudi, Pakistan, dan beberapa negara Asia Tenggara,” tambah Birol.

Menurut Ember, China menambah kapasitas energi terbarukan lebih banyak daripada gabungan seluruh negara lain di dunia, menyebabkan penggunaan bahan bakar fosil turun 2% pada paruh pertama tahun ini dibandingkan periode yang sama di 2024.

Selama periode yang sama, India meningkatkan kapasitas energi terbarukan lebih dari tiga kali lipat dibandingkan pertumbuhan permintaan listriknya yang memang lebih lemah tahun ini. Penggunaan batu bara dan gasnya pun turun masing-masing 3,1% dan 34%.

Sebaliknya, permintaan listrik di Amerika Serikat meningkat lebih cepat daripada pertumbuhan sektor energinya, menyebabkan produksi listrik dari batu bara naik 17% pada paruh pertama tahun ini.

Di Uni Eropa, permintaan listrik hanya tumbuh sedikit dibandingkan paruh pertama tahun lalu, namun penurunan pembangkitan listrik dari tenaga angin dan air akibat cuaca membuat kenaikan pesat energi surya tidak mampu mencegah peningkatan pembangkitan listrik dari gas dan batu bara, yang masing-masing naik 14% dan 1,1%. CNBC INDONESIA RESEARCH (mae/mae)

Sumber:

– 07/10/2025

Temukan Informasi Terkini

Rajin Akuisisi, Petrosea (PTRO) Optimistis Pendapatan Tembus US$ 1,4 Miliar di 2026

baca selengkapnya

Merdeka Gold Resource Umumkan Cadangan Emas Tambang Pani Naik 150%

baca selengkapnya

Pencarian Korban Longsor Tambang Freeport Selesai, 7 Orang Tewas dan Dievakuasi

baca selengkapnya

Bersama, Kita Majukan Industri Pertambangan!

Jadilah anggota IMA dan nikmati berbagai manfaat, mulai dari seminar, diskusi strategis, hingga kolaborasi industri.

Scroll to Top