ESDM Mulai Petakan Proyek Hilirisasi yang Akan Dibiayai Danantara

KEMENTERIAN Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) akan memetakan sejumlah proyek hilirisasi mineral —seperti nikel, bauksit, dan tembaga— yang berpeluang dibiayai oleh Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara).

“Danantara ini fokus hilirisasinya kan harus dipetakan terlebih dahulu. Mana yang nilai tambahnya terbesar, ya nanti kita akan masuk demi cepatnya pengembalian dana yang diinvestasikan,” kata Wakil Menteri ESDM Yuliot Tanjung saat ditemui di Gedung DPD RI, Senin (24/2/2025).

Dia menuturkan saat ini terjadi peningkatan kebutuhan di dalam negeri seperti nikel dan bauksit. Untuk itu, pemerintah akan memperhitungkan nilai tambah bagi masing-masing komoditas mineral, sebelum menentukan proyek mana yang akan menjadi prioritas pendanaan dari Danantara.

Perhitungan tersebut, kata Yuliot, mencakup kecepatan waktu yang dibutuhkan untuk balik modal investasi dari lembaga yang baru disahkan pada 24 Februari 2025 itu. Menurutnya, proyek hilirisasi yang tidak memiliki nilai tambah terlalu tinggi akan cenderung lama untuk balik modal. 

Syarat dan Ketentuan

Terkait dengan syarat dan ketentuan suatu proyek hilirisasi untuk bisa memperoleh pendanaan dari Danantara, Yuliot menyampaikan kriterianya sedang disusun oleh Danantara.

Meskipun berbeda instansi, Yuliot menyatakan, Kementerian ESDM siap untuk membantu proses penyusunan kriteria proyek hilirisasi yang sesuai dengan pendanaan Danantara.

“Ini kan baru pendahuluan, baru peluncuran, jadi nanti kami dari Kementerian ESDM siap untuk mendukung itu,” ucapnya.

Dia menambahkan Kementerian ESDM telah melakukan konsolidasi dengan Kepala Danantara —yang juga Menteri Investasi dan Hilirisasi— Rosan Perkasa Roeslani untuk mengacu pada peta jalan hilirisasi yang telah disiapkan pemerintah.

Dari peta jalan tersebut, nantinya akan dipilah sejumlah proyek yang akan menjadi prioritas untuk dieksekusi dalam waktu dekat.

“Terkait dengan pembiayaan, mungkin itu pembiayaan dari Danantara, ya mungkin juga kerja samanya dengan investor,” imbuhnya.

Pada saat rapat bersama DPD hari ini, Yuliot mengatakan pemerintah menargetkan program hilirisasi ke depannya dapat mendatangkan investasi sekitar US$618 miliar, dengan kontribusi terhadap produk domestik bruto (PDB) mencapai US$235,9 miliar.

Adapun, target ekspor dari program hilirisasi diharapkan mencapai US$857,9 miliar.

Dia mengelaborasi, sebagian besar atau 80% dari proyek hilirisasi yang digagas pemerintah masih berkutat di sektor mineral dan batu bara, sedangkan 10% dari sektor minyak dan gas bumi (migas). Sisanya, hilirisasi akan dikontribusikan dari sektor perkebunan, kelautan dan perikanan, serta kehutanan.

“Jadi kita mengharapkan seluruh program hilirisasi ini juga akan lebih mendorong peningkatan nilai tambah di dalam negeri, terutama yang ada di daerah-daerah,” ujar Yuliot.

Adapun, ketika peresmian Danantara pagi ini, Presiden Prabowo Subianto mengatakan gelombang pertama investasi senilai US$20 miliar dari Danantara akan diprioritaskan untuk 20 proyek strategis.

Sebanyak 20 proyek tersebut tersebar untuk sektor hilirisasi nikel, bauksit, tembaga, pembangunan pusat data, kecerdasan buatan,k ilang minyak, pabrik petrokimia, produksi pangan dan protein, akuakultur, serta energi terbarukan. (wdh)

Sumber: bloombergtechnoz.com, 24 Februari 2025

 

Temukan Informasi Terkini

Laba Sepanjang 2024 Naik 46%, Ini Daftar Program Prioritas MIND ID Sepanjang 2025

baca selengkapnya

Selangkah Lagi UKM Dapat Jatah Tambang, Siapa yang Layak?

baca selengkapnya

PT Gag Nikel Masih Belum Beroperasi di Raja Ampat Meski Tidak Dicabut Izinnya

baca selengkapnya

Bersama, Kita Majukan Industri Pertambangan!

Jadilah anggota IMA dan nikmati berbagai manfaat, mulai dari seminar, diskusi strategis, hingga kolaborasi industri.

Scroll to Top