Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan penyelesaian Feasibility Study (FS) 18 proyek hilirisasi bisa selesai secara bertahap dan seluruhnya rampung pada akhir tahun ini.
Ahmad Erani Yustika, Sekjen Kementerian ESDM yang juga Satgas Hilirisasi dan Ketahanan Energi menyatakan masing-masing proyek punya tingkat kesulitan yang berbeda untuk menyelesaikan proyeknya itu. “Mungkin yang misalnya refinery beda dengan storage, storage beda dengan yang alumina, alumina beda dengan silika, mungkin beda-beda ya. Pasti akan ada bertahap pasti ya (penyelesaiannya). Tapi semuanya pasti akan selesai akhir tahun ini lah. Karena harus segera di-eksekusi proyeknya,” jelas Erani, ditemui di Kementerian ESDM, Jumat (19/9).
Lebih lanjut Erani, menuturkan salah satu proyek yang jadi prioritas untuk diselesaikan lebih dulu adalah proyek batu bara menjadi Demithyl Ether (DME) untuk menggantikan LPG.
“Sepertinya (paling diprioritaskan) salah satunya itu DME. Tapi di-check di Danantara juga ya. Karena kan ada kebutuhan bagi kita untuk bisa mengelola produksi gas ya untuk LPG itu. Dan kita ada peluang untuk mensubstitusi LPG itu dari DME. Kalau itu bisa dilakukan kan bisa mengurangi impor gas tadi, LPG tadi,” ungkap Erani.
Proyek coal to DME sebelumnya sempat digarap oleh PT Bukit Asam Tbk (PTBA) beberapa tahun lalu dengan menggandeng Air Product bersama dengan Pertamina. Tapi ditengah jalan proyek itu berhenti lantaran sang pemilik teknologi yakni Air Product justru memilih hengkang dari proyek.
Dari 18 proyek tersebut, 8 proyek hilirisasi di sektor mineral dan batubara, 2 proyek tentang transisi energi, 2 proyek ketahanan energi, 3 proyek hilirisasi pertanian serta 3 proyek hilirisasi kelautan dan perikanan.
Untuk diketahui, berdasarkan kajian awal Satgas Hilirisasi dan Ketahanan Energi Nasional, dari 18 proyek tersebut, proyek hilirisasi minerba menjadi yang terbesar dengan 8 proyek senilai USD20,1 miliar dan potensi menyerap 104.974 tenaga kerja. Proyek di sektor pertanian dan kelautan masing-masing menyerap 23.950 dan 67.100 tenaga kerja.
Sementara itu, proyek transisi energi bernilai USD2,5 miliar dan menyerap 29.652 tenaga kerja. Di sektor ketahanan energi, nilai investasinya mencapai USD14,5 miliar dengan potensi penyerapan 50.960 tenaga kerja. Secara keseluruhan, 18 proyek ini berpotensi menciptakan 276.636 lapangan kerja langsung dan tidak langsung.