PT FREEPORT Indonesia (PTFI) yang 51,2 persen sahamnya telah dimiliki pemerintah sejak 2018, merupakan industri tambang tembaga terintegrasi hulu hilir. PTFI mendorong Indonesia menjadi salah satu pemain utama mineral tembaga di dunia.
Hasil analisis lembaga dunia seperti Wood MacKenzie menyebutkan, tembaga merupakan masa depan produk tambang mineral dunia. Kebutuhan tembaga dunia untuk keperluan pengantar listrik, mencapai 65 persen.
Wood MacKenzie juga mengungkap, sejak 2014, permintaan tembaga sudah jauh lebih tinggi dibanding dengan suplai dunia.
Permintaan tembaga diprediksi melampaui pasokan yang ada pada 2026 dan seterusnya, sehingga harganya akan melonjak. Apalagi, energi baru terbarukan dan kendaraan listrik kini menjadi tren global yang terus digencarkan.
Kebutuhan tembaga untuk kendaraan listrik empat kali lipat lebih besar dibanding kendaraan berbahan bakar fosil. Sembilan unsur komposisi baterai kendaraan listrik, salah satunya adalah tembaga. Kebutuhannya mencapai 10,8 persen per baterai.
“Tembaga harus menjadi perhatian kita. Indonesia punya potensi menjadi pemain utama dalam hilirisasi hasil tambang di masa depan,” kata Presiden Direktur PTFI Tony Wenas dalam kuliah umum bertema “Pertambangan yang Terintegrasi Hulu ke Hilir Menuju Indonesia Emas” di Aula Fakultas Ekonomi Universitas Sriwijaya, Indralaya, Ogan Ilir, Sumatera Selatan, Senin (3/2/2025).
Saat ini, cadangan tembaga Indonesia berada di peringkat kesepuluh dunia, dengan rincian bijih 2.845 miliar ton dan logam 42.657 ton. Hal ini terjadi karena eksplorasi tembaga Indonesia terhitung minim dalam 20 tahun terakhir. Padahal, dua dekade sebelumnya, cadangan tembaga Indonesia berada di peringkat lima dunia.
“Kalau eksplorasi ditingkatkan, potensi cadangan tembaga Indonesia bisa lebih dari saat ini,” ujar Tony.
Sadar tembaga akan memberikan keuntungan besar di masa datang, PTFI jelas tidak tinggal diam.
PTFI optimistis bisa memproduksi sekitar 1 juta ton katoda tembaga per tahun, jika dua smelter anyar di kawasan Gresik, Jawa Timur bisa beroperasi penuh pada tahun 2025.
Angka 1 juta itu bisa naik menjadi 1,5 juta bila produksi tembaga PTFI digabung dengan tembaga yang dihasilkan PT Amman Mineral. Kolaborasi ini bisa mengantar Indonesia menjadi produsen tembaga nomor empat dunia.
Hilirisasi yang terus digencarkan pemerintah, merupakan proses pengolahan bahan mentah menjadi produk yang lebih bernilai tambah.
Hilirisasi tak hanya memberikan pemasukan yang lebih tinggi bagi negara, tetapi juga menciptakan lebih banyak lapangan kerja dan mendorong kemandirian bangsa. Serta menciptakan ekosistem industri yang berkelanjutan.
Hakekat ini disadari betul oleh China. Makanya, meski tak memiliki kekayaan alam berupa bahan baku tembaga alias mengimpor dari Chile, China sukses menjadi produsen katoda tembaga terbesar dunia, dengan angka produksi 12,5 juta ton per tahun.
Sebaliknya, Chile yang menjadi produsen tembaga terbesar dunia hanya menghasilkan 2 juta ton katoda tembaga per tahun. Kenapa? Karena Chile mengekspor sebagian besar tembaganya dalam bentuk mentah, terutama ke China.
Sementara China, memproduksi katoda tembaga dari konsentrat tembaga yang diimpor dari Chile.
Dalam konteks ini, Tony sangat yakin, Indonesia mampu bersaing memasok tembaga dunia.
“Karena Indonesia tidak hanya memiliki cadangan bahan baku yang besar, tetapi juga mampu memproduksi katoda tembaga dalam jumlah yang cukup besar,” terang Tony.
Perlu diketahui, lokasi tambang PTFI di dataran tinggi Tembagapura, Kabupaten Mimika, Provinsi Papua Tengah menyimpan 3 miliar ton sumber daya bijih tembaga yang mengandung emas dan perak.
Kalau bisa dioptimalkan, sumber daya bijih tembaga itu bisa menambah umur tambang hingga 20 tahun ke depan.
Sumber: rm.id, 11 Februari 2025