Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebut, PT Freeport Indonesia (PTFI) berencana untuk mengoperasikan tambangnya di Grasberg, Papua Tengah, yang tak terdampak insiden luncuran material basah.
Direktur Jenderal Minerba Kementerian ESDM Tri Winarno mengatakan, pihaknya pun tengah mempertimbangkan untuk mengizinkan kembali operasi tambang Freeport yang tak terdampak longsor di daerah tersebut.
“Iya, sementara mereka mau propose, itu kan enggak ada pengaruh dari situ, ya. Mau propose untuk produksi di situ,” kata Tri kepada wartawan, dikutip Kamis (30/10/2025).
Adapun, produksi tambang bawah tanah (underground) di area Grasberg Block Cave (GBC) masih terhenti akibat longsor pada 8 September 2025.
Tak hanya itu, terdapat dua tambang bawah tanah lainnya yakni Deep Mill Level Zone dan Big Gossan, juga tidak berproduksi pascainsiden meskipun kedua tambang itu tidak terdampak longsoran.
“Freeport sudah melakukan evaluasi terhadap ini. Nah, untuk sementara, untuk yang daerah yang kemarin ada kecelakaan, sementara masih belum boleh dilakukan kegiatan. Kira-kira gitulah, operasi produksi,” ujar Tri.
Menurut dia, apabila perbaikan wilayah kerja Grasberg telah selesai, Freeport masih perlu meyakinkan pemerintah bahwa kejadian tersebut tidak akan terjadi lagi.
“Perbaikan ya oke. Tapi yakinkan kami bahwa tidak akan terjadi kejadian yang serupa di situ,” jelasnya.
Sebelumnya, Freeport-McMoRan Inc (FCX), induk PT Freeport Indonesia (PTFI), melaporkan bahwa insiden luncuran material basah dari bekas tambang terbuka Grasberg ke GBC pada 8 September 2025 membuat operasi penambangan dihentikan sementara. Penghentian ini untuk memprioritaskan proses evakuasi tujuh anggota tim yang menjadi korban serta penyelidikan penyebab utama insiden.
Freeport menyatakan bahwa proses evakuasi korban telah selesai pada 5 Oktober 2025 dan proses investigasi hampir rampung. Kajian terkait dampak kerusakan yang dilakukan pararel dengan kegiatan pembersihan lumpur diperkirakan akan selesai pada akhir 2025.
FCX dan PTFI, bersama para ahli eksternal, sedang menyelesaikan penyelidikan terhadap penyebab utama insiden luncuran lumpur di GBC serta mengidentifikasi langkah-langkah yang diperlukan untuk mencegah kejadian serupa di masa depan.
Secara paralel, bekerja sama dengan otoritas pemerintah Indonesia, rencana produksi ke depan sedang dievaluasi dan penilaian kerusakan sedang diselesaikan. Setelah penilaian kerusakan rampung, PTFI akan melakukan evaluasi terhadap nilai buku sejumlah aset yang terdampak untuk menentukan kemungkinan penghapusan nilainya (write-off).
Adapun, cebakan bijih GBC mewakili 50% dari estimasi cadangan terbukti dan terkira PTFI per 31 Desember 2024, serta sekitar 70% dari proyeksi produksi tembaga dan emas PTFI hingga 2029.
Freeport memperkirakan bahwa tambang Big Gossan dan Deep Mill Level Zone (DMLZ) yang tidak terdampak dapat memulai kembali operasinya pada kuartal IV/2025.
Diikuti oleh pemulihan dan peningkatan produksi bertahap tambang bawah tanah GBC sepanjang 2026.
Berdasarkan skenario pemulihan bertahap ini, yang masih bergantung pada banyak faktor dan dapat berubah, produksi PTFI pada 2026 diproyeksikan sekitar 35% lebih rendah dibandingkan estimasi sebelum insiden. Adapun, estimasi sebelumnya sekitar 1,7 miliar pound tembaga dan 1,6 juta ounce emas. Editor : Denis Riantiza Meilanova

 
															