Pakar industri minerba memprediksi PT Freeport Indonesia (PTFI) hanya mampu mengoperasikan satu smelter pengolahan konsentrat tembaga, meskipun perusahaan sudah mengoperasikan tambang Big Gossan dan Deep Mill Level Zone (DMLZ) di kompleks Grasberg.
Ketua Umum Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi) Sudirman Widhy Hartono berpendapat produksi dua tambang bawah tanah tersebut terbilang lebih kecil jika dibandingkan produksi bijih dari tambang bawah tanah Grasberg Block Cave (GBC)—yang stop produksi sementara gegara longsor.
“Sehingga untuk memasok konsentrat tembaga bagi kedua smelter Freeport [Manyar dan PT Smelting] masih belum cukup jika hanya dipasok oleh produksi konsentrat tembaga dari tambang DMLZ dan Big Gossan saja,” kata Sudirman ketika dihubungi, Selasa (4/11/2025).
Dia menjelaskan bahwa pada kondisi normal, produksi harian tambang GBC bisa mencapai 140.000 ton bijih per hari, DMLZ sekitar 70.000 ton bijih per hari, dan Big Gossan sebesar 7.000 ton bijih per hari. Dia mengkalkulasi, total produksi tambang Freeport sekitar 215.000-220.000 ton bijih per hari.
Dengan tingkat produksi bijih tembaga harian sebesar itu, lanjut dia, Freeport menargetkan produksi konsentrat tembaga sekitar 3,7 juta ton hingga 4 juta ton per tahun.
Sementara itu, kapasitas produksi smelter Manyar sekitar 1,7 juta ton konsentrat tembaga, sehingga konsentrat tembaga dari DMLZ dan Big Gossan diprediksi mencukupi untuk memenuhi kebutuhan smelter Freeport tersebut.
Akan tetapi, Freeport juga memiliki smelter lainnya —yakni PT Smelting— dengan kapasitas sekitar 1,3 juta ton konsentrat tembaga. Dia memprediksi bijih yang dihasilkan DMLZ dan Big Gossan tak akan mencukupi jika turut harus dipasok ke smelter PT Smelting.
Untuk diketahui, PTFI ingin membuka kembali kegiatan operasi di area Big Gossan dan Deep Mill Level Zone (DMLZ), bagian dari Grasberg yang tidak terdampak longsoran lumpur.
Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara (Minerba) Kementerian ESDM Tri Winarno mengatakan kementeriannya membuka peluang untuk membuka kembali kegiatan operasi PTFI pada dua area tambang Grasberg tersebut.
“Iya, sementara mereka mau propose, itu kan enggak ada pengaruh dari situ, ya? Mau propose untuk produksi di situ,” kata Tri kepada awak media, di Minahasa, Rabu (29/10/2025).
Menurut Tri, izin operasional terbatas tersebut bisa diberikan lantaran tak terdapat permasalahan yang terjadi di dua tambang bawah tanah milik Freeport tersebut.
“Kalau misalnya di daerah yang tidak ada pengaruh kan, masak enggak kita kasih?,” ungkap Tri.
Di sisi lain, Tri mengatakan Freeport masih mengevaluasi insiden longsoran lumpur yang terjadi di tambang bawah tanah GBC. Tri menegaskan Kementerian ESDM belum memperbolehkan kembali tambang tersebut beroperasi.
Dia menjelaskan, Kementerian ESDM baru akan mengizinkan kembali tambang bawah tanah GBC beroperasi setelah Freeport bisa meyakinkan kementeriannya agar kejadian serupa tak terjadi kembali.
“Kalau perbaikan ya oke. Akan tetapi, yakinkan kami bahwa tidak akan terjadi kejadian yang serupa di situ,” tegas dia.
Presiden Direktur PTFI Tony Wenas baru-baru ini mengatakan operasi smelter perseroan di kawasan industri JIIPE, Manyar, Gresik, Jawa Timur ikut terhenti imbas penangguhan tambang Grasberg.
Dia menerangkan berhentinya operasi smelter di Gresik itu disebabkan karena kekosongan pasokan konsentrat tembaga setelah operasi tambang Grasberg ditangguhkan akibat insiden longsor di Grasberg Block Cave (GBC).
“Sekarang operasionalnya [smelter] bisa dikatakan berhenti karena konsentratnya enggak ada,” kata Tony di Jakarta, Sabtu (11/10/2025).
Untuk diketahui, smelter pertama milik Freeport yakni PT Smelting yang dibangun pada 1996 bersama konsorsium Jepang dan dioperasikan oleh Mitsubishi. PT Smelting terletak di Gresik, Jawa Timur dan menjadi smelter tembaga pertama di Tanah Air.
PT Smelting disebut mampu mengolah 1.00.000 ton konsentrat tembaga menjadi 300.000 ton katoda tembaga setiap tahunnya untuk memenuhi kebutuhan produksi di dalam maupun luar negeri.
Selanjutnya, Freeport memiliki smelter katoda tembaga di kawasan industri Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE), Manyar, Gresik, Jawa Timur. Pembangunan dimulai pada Oktober 2021, tetapi tertunda akibat pandemi Covid-19 sebelum akhirnya diresmikan pada Kamis (27/6/2024).
Smelter kedua PTFI ini merupakan smelter katoda tembaga dengan desain single line terbesar di dunia dan dirancang untuk mampu memurnikan konsentrat tembaga dengan kapasitas produksi hingga 1,7 juta ton setelah beroperasi penuh.
Fasilitas ini dilengkapi unit refinery, unit pemurnian logam mulia, unit oksigen, unit asam sulfat, dan unit desalinasi serta unit effluent and wastewater treatment plant untuk mendukung pemanfaatan maksimal bahan baku, produk samping maupun limbah agar dapat mencapai high efficiency smelting and refining process.
Hanya berselang tiga pekan sejak diresmikan, smelter tembaga kedua Freeport tersebut mengalami insiden kebakaran hingga harus menjalani proses perbaikan dan penyetopan sementara produksi.
Akibat kejadian itu, Freeport diizinkan untuk melanjutkan ekspor konsentrat tembaga pada 2025. Izin ekspor konsentrat tembaga Freeport diberikan selama enam bulan yakni sejak 17 Maret 2025 hingga 16 September 2025. (azr/wdh)
