Harga Batu bara Ambruk 3 Hari Beruntun, China & Jepang Pecah Kongsi

Harga batu bara masih dalam tren pelemahan di tengah menurunnya permintaan.

Merujuk Refintiv, harga batu bara pada perdagangan Selasa (5/8/2025) ditutup di posisi US$ 117,0 per ton, atau turun tipis 0,18%. Pelemahan ini memperpanjang derita batu bara yang sudah melemah tiga hari beruntun dengan pelemahan mencapai 0,34%.

Pelemahan harga batu bara disebabkan oleh turunnya impor batu bara termal Asia.

Data menunjukkan impor batu bara thermal melalui laut turun hampir 8% pada Juli dibandingkan tahun sebelumnya.

Peningkatan pembelian dari Jepang dan Korea Selatan bahkan tidak mampu menutupi penurunan dari dua importir terbesar, China dan India, yang dalam beberapa bulan terakhir telah meningkatkan produksi dan stok domestik mereka.

Data yang dikumpulkan oleh analis komoditas Kpler dan dikutip oleh kolumnis Reuters, Clyde Russell, pada Selasa (5/8/2025), menunjukkan total impor batu bara termal yang umumnya digunakan untuk pembangkit listrik mencapai 70,66 juta metrik ton pada Juli 2025. Jumlah inianjlok 7,8% secara tahunan (year on year/yoy).

Kendati demikian, angkanya naik 12% dibandingkan 63,02 juta ton pada Juni atau secara bulanan (month to month/mtm).

Namun untuk periode Januari-Juli 2025, total impor Asia turun 8,4% menjadi 479,54 juta ton.

Sebagai catatan, Juni menjadi bulan dengan tingkat pengiriman batu bara terendah dalam beberapa tahun di banyak negara importir Asia, terutama Jepang. Impor Jepang mencapai titik terendah sejak data Kpler dicatat pada Januari 2017.

Meskipun terjadi pemulihan pada Juli dari posisi terendah bulan sebelumnya, volume impor masih lebih rendah dibandingkan tahun 2024. Pasalnya, China dan India yang merupakan dua konsumen dan importir batu bara terbesar di dunia terus mengurangi pembelian karena fokus meningkatkan produksi dalam negeri.

Produksi batu bara domestik yang melonjak serta permintaan yang melemah menyebabkan volume impor batu bara China pada Juni mencapai titik terendah dalam dua setengah tahun terakhir.

Menurut data dari Administrasi Umum Bea Cukai China, total impor batu bara China pada Juni 2025 mencapai 33,04 juta ton, turun 26% dibandingkan tahun sebelumnya, dan turun 8% dibandingkan Mei.

Asosiasi industri lokal China Coal Transportation and Distribution Association memperkirakan bahwa pembelian batu bara China sepanjang 2025 akan lebih rendah 50 hingga 100 juta ton dibandingkan 2024.

Penurunan permintaan akibat krisis properti, pertumbuhan industri yang lemah, serta produksi domestik yang meningkat menjadi faktor utama yang menekan impor batu bara di China.

Di sisi lain, di India, dorongan pemerintah untuk meningkatkan produksi batu bara dalam negeri dan mengurangi ketergantungan terhadap impor menjadi penggerak utama penurunan impor dalam beberapa bulan terakhir.

Merujuk Reuters, kenaikan impor secara bulanan di kawasan Asia didorong oleh negara-negara maju di Asia Utara, seperti Jepang, Korea Selatan, dan Taiwan.

Jepang yang tengah dilanda gelombang panas mencatatkan impor batu bara termal sebesar 10 juta ton pada Juli, naik dari 6,16 juta ton pada Juni. Namun, perlu dicatat bahwa bulan Juni merupakan titik terendah impor batu bara termal laut Jepang sejak data Kpler tersedia mulai Januari 2017.

Korea Selatan mengimpor 7,49 juta ton pada Juli, naik dari 5,49 juta ton di bulan sebelumnya, sekaligus tertinggi sejak Agustus tahun lalu.

Taiwan mencatatkan impor 3,91 juta ton pada Juli, naik dari 3,72 juta ton di Juni dan tertinggi sejak November tahun lalu.

Peningkatan impor di Asia Utara mencerminkan tingginya permintaan listrik selama musim panas, serta kemungkinan disebabkan oleh daya saing harga batu bara termal dibandingkan gas alam cair (LNG).

Jepang, Korea Selatan, dan Taiwan umumnya membeli batu bara termal dengan kualitas tinggi yang harganya mengacu pada Newcastle Index di Australia. Menurut lembaga pelaporan harga Argus, indeks mingguan ini naik menjadi US$112,06 per ton pada minggu hingga 1 Agustus.

Harga tersebut telah meningkat 22,4% sejak menyentuh level terendah dalam empat tahun di US$91,58 per ton pada 25 April lalu, mencerminkan meningkatnya permintaan dari Asia Utara. CNBC INDONESIA RESEARCH (mae/mae)

Sumber:

– 06/08/2025

Temukan Informasi Terkini

Berita Harian, 6 Agustus 2025

baca selengkapnya

PNBP Minerba Tembus Rp76,9 Triliun hingga Juli 2025, ESDM Sebut Terbesar dari Batu Bara

baca selengkapnya

Antam Tingkatkan Porsi Penggunaan Energi Bersih

baca selengkapnya

Bersama, Kita Majukan Industri Pertambangan!

Jadilah anggota IMA dan nikmati berbagai manfaat, mulai dari seminar, diskusi strategis, hingga kolaborasi industri.

Scroll to Top