Harga Batu Bara Bisa Bangkit Minggu Ini Usai Jatuh Pekan Lalu

Harga batu bara melemah pada perdagangan akhir pekan lalu. Sepanjang minggu, harga si batu hitam juga lesu.

Pada Jumat (15/8/2025), harga batu bara di pasar ICE Newcastle untuk kontrak pengiriman bulan mendatang ditutup di US$ 110,85/ton. Turun tipis 0,05% dibandingkan hari sebelumnya. Namun ini menjadi yang terendah dalam 3 pekan terakhir.

Sepanjang minggu lalu, harga batu bara membukukan koreksi 2,08% secara point-to-point. Meski dalam sebulan terakhir harga masih naik 0,77%.

Lantas bagaimana proyeksi harga batu bara untuk pekan ini? Apakah bisa bangkit atau malah makin terjepit?

Secara teknikal dengan perspektif mingguan (weekly time frame), batu bara sejatinya ada di zona bullish. Terbukti dengan Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 58. RSI di atas 50 menandakan suatu aset sedang dalam posisi bullish.

Akan tetapi, indikator Stochastic RSI ada di 88. Sudah di atas 80 yang berarti jenuh beli (overbought).

Untuk perdagangan minggu ini, harga batu bara berpeluang naik. Target resisten terdekat ada di US$ 112/ton. Jika tertembus, maka US$ 115-117/ton bisa menjadi target berikutnya.

Target paling optimistis atau resisten terjauh adalah US$ 127/ton.

Adapun target support terdekat adalah US$ 109/ton. Penembusan di titik ini bisa menyebabkan harga batu bara longsor menuju US$ 103/ton.

Penyebab Kenaikan Harga Batu Bara

Salah satu sentimen yang bisa menjadi angin segar bagi harga batu bara adalah perkembangan di China. Sebagai negara produsen dan konsumen batu bara terbesar di dunia, apa yang terjadi di China akan sangat menentukan pembentukan harga.

Pada Juli, produksi batu bara China tercatat sedikit di atas 380 juta ton. Turun 3,8% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy). Ini menjadi koreksi pertama dalam lebih dari setahun terakhir.

Pasokan batu bara China yang membludak menjadi faktor utama pemberat laju harga batu bara tahun ini. Pada 2025, produksi batu bara China diperkirakan mencapai 4,82 miliar ton. Jika terwujud, maka ini menjadi rekor tertinggi sepanjang masa.

Padahal permintaan sedang lesu. Ini terlihat dari penurunan produksi baja, industri yang sangat haus energi.

Produksi baja China pada Juli hanya kurang dari 80 juta ton. Turun 4% yoy dan menjadi yang terendah sepanjang 2025.

Dalam 7 bulan pertama 2025, produksi baja China berkurang 3,1% yoy dan menjadi yang terendah sejak 2020.

Penurunan produksi saat permintaan masih lemah bisa menjadi faktor pengungkit harga batu bara. (aji)

Sumber:

– 18/08/2025

Temukan Informasi Terkini

Berita Harian, Senin, 18 Agustus 2025

baca selengkapnya

Harga Batu Bara Acuan Periode II Agustus 2025, Turun 1,5%

baca selengkapnya

Freeport Tiba-tiba Tawarkan 100.000 Ton Konsentrat Tembaga ke Pasar, Ada Apa?

baca selengkapnya

Bersama, Kita Majukan Industri Pertambangan!

Jadilah anggota IMA dan nikmati berbagai manfaat, mulai dari seminar, diskusi strategis, hingga kolaborasi industri.

Scroll to Top