Harga batu bara jatuh pada Rabu (3/12/2025). Pelemahan ini dipicu jatuhnya harga di pelabuhan China serta melemahnya konsumsi listrik di India yang menekan permintaan batu bara secara signifikan. Kombinasi dua sentimen besar dari Asia ini makin memperdalam nuansa bearish dan membuat pelaku pasar bersikap defensif.
Harga batu bara Newcastle untuk Desember 2025 melemah US$ 0,3 ke level US$ 108,5 per ton. Sedangkan harga batu bara Newcastle Januari 2026 anjlok US$ 1,05 menjadi US$ 109. Sementara itu, Februari 2026 jatuh US$ 0,85 menjadi US$ 110,15 per ton.
Sementara itu, harga batu bara Rotterdam untuk Desember 2025 ambles US$ 1,05 menjadi US$ 98,5. Sedangkan, Januari 2026 jeblok US$ 1,4 menjadi US$ 98,4 dan Februari 2026 turun US$ 1,25 menjadi US$ 98,6.
Dikutip dari Mysteel, tekanan harga batu bara termal di pelabuhan China semakin dalam pada Senin (2/12/2025). Para pedagang diketahui menurunkan harga lebih agresif untuk mendorong minat beli, namun langkah tersebut justru memperburuk sentimen bearish dan membuat pembeli semakin berhati-hati, menurut laporan Mysteel Global.
Mysteel mencatat, harga acuan batu bara 5.500 kcal/kg NAR anjlok Yuan 6 per ton ke Yuan 812 per ton (setara US$ 114,9 per ton) untuk kontrak FOB pelabuhan utara dengan tarif PPN. Ini menjadi penurunan harian terbesar sejak tren melemah dimulai pada 21 November lalu.
Sementara itu, harga batu bara 5.000 kcal/kg NAR dan 4.500 kcal/kg NAR juga ikut terkoreksi, sejalan dengan melemahnya permintaan serta sikap pasar yang kian defensif.
Mysteel menilai, penurunan harga yang terlalu agresif justru memperlebar jarak antara ekspektasi pedagang dan pembeli. Kondisi ini membuat transaksi semakin sepi karena para pelaku industri memilih menunggu stabilisasi harga sebelum kembali masuk ke pasar.
Konsumsi Batu bara India
Sementara itu, Reuters melaporkan, produksi listrik India kembali melemah pada November 2025, menandai penurunan dua bulan beruntun seiring cuaca lebih sejuk dan perlambatan aktivitas industri. Kondisi ini juga menekan konsumsi batu bara, energi utama dalam sistem kelistrikan India.
Menurut data pemerintah yang dihimpun Reuters dari Grid-India, total pembangkitan listrik India pada November tercatat 134,26 miliar kWh, turun sekitar 1% secara tahunan. Penurunan ini melanjutkan kontraksi 6% pada Oktober.
Para analis menilai penurunan ini tidak biasa. Untuk pertama kalinya dalam lima tahun, permintaan listrik India melemah pada bulan November, periode yang lazimnya mencatat kenaikan konsumsi seiring bangkitnya aktivitas industri dan pertanian pascahujan.
“Musim dingin datang lebih cepat dan menekan kebutuhan pendinginan. Sebelumnya, musim panas yang lemah dan monsun awal juga sudah menurunkan konsumsi listrik,” ujar Ankit Jain, Wakil Presiden ICRA. Ia menilai pola musim yang tidak stabil sangat mempengaruhi proyeksi permintaan listrik dan rencana produksi jangka pendek.
Di tengah turunnya konsumsi listrik, pembangkit listrik berbahan bakar batu bara mencatat penurunan tajam. Pada November, produksi listrik dari batu bara merosot 5,8% dibandingkan tahun sebelumnya.
Data Grid-India menunjukkan bahwa pembangkit batu bara, yang biasanya menyumbang sekitar 75% pembangkitan listrik India, mengalami penurunan produksi tahunan di tujuh dari 11 bulan sepanjang 2025, menjadi yang terbanyak sejak 2020. Editor: Indah Handayani
