Harga Batu bara Turun Tapi Masih Banyak Kabar Bahagia

Harga batu bara melandai pada perdagangan kemarin. Namun, prospek penguatan masih terbuka seiring dengan gelombang panas yang melanda sejumlah kawasan global. Potensi penguatan masih ada ke depan seiring dengan gelombang panas yang melandai dunia.

Merujuk Refintiv, harga batu bara pada perdagangan Senin (4/8/2025) ditutup di posisi US$ 117,2 per ton, atau turun tipis 0,05%.

Meski terkoreksi, faktor fundamental pasar menunjukkan potensi rebound masih kuat dalam waktu dekat.

Sepanjang Juli 2025, harga batu bara rata-rata ada di US$ 112 per ton atau naik 3% lebih dibandingkan Juni 2025.

Penguatan harga batu bara dalam beberapa pekan terakhir didorong oleh kombinasi gangguan pasokan domestik dan lonjakan permintaan musiman di negara-negara utama konsumen energi.

Produksi batu bara di China mengalami hambatan akibat cuaca ekstrem seperti banjir dan hujan deras di provinsi kaya batu bara seperti Shanxi dan Inner Mongolia. Selain itu, adanya pemeriksaan keselamatan tambang dan pembatasan produksi oleh otoritas lokal mempersempit pasokan.

Di sisi lain, musim panas yang ekstrem memicu lonjakan permintaan listrik untuk kebutuhan pendinginan, terutama dari pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). Permintaan tinggi ini menambah tekanan terhadap stok batu bara di pasar.

Gelombang Panas Dongkrak Permintaan

Gelombang panas ekstrem terus melanda berbagai negara pada bulan Agustus, memperparah krisis energi dan mendorong konsumsi bahan bakar fosil seperti batu bara.

Beberapa wilayah yang dilanda gelombang panas Beijing, Tianjin, Chongqing, Henan, Hubei di China, wilayah Delhi, Rajasthan, Uttar Pradesh di India, dan Texas, California, Nevada, Arizona di Amerika Serikat.

Jepang, Italia, Spanyol, Yunani, Kanada, Aljazair, Mesir, Irak, dan Iran juga tengah dilanda gelombag panas.

Dengan kondisi pasokan dalam negeri yang terganggu, China kemungkinan akan meningkatkan impor batu bara dari negara seperti Indonesia, Rusia, dan Mongolia. Namun, ketegangan geopolitik dan kendala logistik global tetap menjadi risiko yang harus diwaspadai.

Pasar Kokas Juga Melonjak

Selain batu bara termal, pasar batu bara metalurgi (coking coal) dan kokas (met coke) juga mengalami lonjakan harga. Permintaan dari industri baja tetap tinggi, bahkan di tengah perlambatan ekonomi global.

Produsen kokas membatasi output karena faktor lingkungan dan kenaikan biaya bahan baku, yang mendorong harga naik tajam. Di sisi lain, proyek infrastruktur di Tiongkok turut memperkuat permintaan baja dan kokas.

Proyeksi Pasar: Tumbuh Stabil Hingga 2035

Pasar batu bara diproyeksikan tetap tumbuh stabil, terutama di kawasan Asia-Pasifik. Volume konsumsi batu bara global diperkirakan mencapai 7.581 juta ton pada akhir tahun 2035, dengan tingkat pertumbuhan tahunan rata-rata (CAGR) sebesar +0,9%.

Dari sisi nilai pasar, proyeksi menunjukkan peningkatan CAGR sebesar +1,2% selama periode 2024-2035, dengan nilai pasar mencapai sekitar US$1.161,9 miliar pada akhir periode. CNBC INDONESIA RESEARCH (mae/mae)

Sumber:

– 05/08/2025

Temukan Informasi Terkini

Tingkatkan Bauran Energi Bersih, Emas Antam (ANTM) Kian Dipercaya Investor

baca selengkapnya

Harita Nickel Fokus ESG dan Efisiensi di Industri Nikel

baca selengkapnya

Timah Diproyeksi Fluktuatif Gegara Rencana RKAB 1 Tahunan di RI

baca selengkapnya

Bersama, Kita Majukan Industri Pertambangan!

Jadilah anggota IMA dan nikmati berbagai manfaat, mulai dari seminar, diskusi strategis, hingga kolaborasi industri.

Scroll to Top