DIREKTUR Eksekutif Indonesian Mining Association (IMA), Hendra Sinadia mengungkap bentuk-bentuk nyata hasil dari hilirisasi batu bara. Dewasa ini, pemerintah tengah menggencarkan hilirisasi batu bara guna meningkatkan nilai tambah penambangan salah satu sumber daya mineral yang cukup melimpah di Indonesia tersebut.
Hendra mengungkapkan sampai saat ini, publik masih mempertanyakan bagaimana wujud nyata dari hilirisasi batu bara sehingga memberikan nilai tambah bagi Indonesia.
Hal ini disebut Hendra dikarenakan berdasarkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, yang nomenklaturnya menggunakan peningkatan nilai tambah sehingga menghasilkan kebijakan aturan khusus terhadap batu bara tersebut.
“Kalau di batu bara, secara tradisional, masyarakat lebih banyak mengetahui hilirnya itu menjadi energi listrik. Namun batu bara bisa dimanfaatkan untuk kegunaan lainnya,” jelas Hendra dalam acara Energi Mineral Festival (EMF) 2025 di Hutan Kota by Plataran, Jakarta, Kamis (31/7/2025).
Hendra melanjutkan, batu bara jika diolah lebih lanjut, dapat menjadi produk petrokimia, bahan bakar, gasifikasi, kemudian coal-upgrading dan lainnya. Terkhusus cadangan batu bara untuk energi tenaga kelistrikan, Hendra mengatakan Indonesia masih memiliki usia ratusan tahun ke depan.
“IMA pernah merilis bahwa dalam hal sumber daya kita yang bisa dikonversi menjadi cadangan yang ekonomi, kita masih memiliki ratusan tahun umur tambang batu bara jika hanya menutupi kepentingan dalam negeri,” terang Hendra.
Sementara di tengah gencarnya dorongan global untuk beralih ke energi baru dan terbarukan (EBT), batu bara kerap dicitrakan sebagai sumber energi ‘kotor’ dan menjadi musuh bersama dalam agenda perubahan iklim. Namun, Indonesia menegaskan bahwa batu bara masih memiliki peran penting dan strategis dalam masa transisi energi, terutama dengan langkah hilirisasi dan pemanfaatan teknologi ramah lingkungan.
Hal itu disampaikan Direktur Jenderal Mineral dan Batubara (Minerba) Tri Winarno dalam acara dan waktu yang sama. “Seolah-olah batu bara ini industri yang kotor sekali. Padahal kalau kita lihat ke belakang, revolusi industri Eropa tumbuh dari batubara,” ujan Tri Winarno.
Menurutnya, Indonesia yang memiliki cadangan batubara mencapai 31,5 miliar ton dan sumber daya lebih dari 90 miliar ton masih membutuhkan energi fosil ini sebagai bagian dari bauran energi nasional yang saat ini porsinya sekitar 40%.
Di saat dunia mengkonsumsi antara 8,9 hingga 9,1 miliar ton batubara setiap tahun, dimana China menyerap hampir separuhnya untuk kebutuhan listrik dan industri. Di Indonesia, batubara tak hanya digunakan untuk pembangkit listrik tenaga uap (PLTU), tapi juga mulai diarahkan ke hilirisasi seperti proyek gasifikasi menjadi dimethyl ether (DME), yang digadang-gadang bisa menggantikan LPG impor. Editor: Prisma Ardianto