Impor komoditas China secara umum meningkat pada September karena pembeli menimbun barang untuk memenuhi lonjakan permintaan industri yang biasanya terjadi selama bulan-bulan musim gugur.
Impor bijih besi, logam tembaga, dan batu bara mencapai level tertingginya tahun ini, sementara kedelai mencapai level terbaiknya dalam empat bulan.
Penurunan dari bulan ke bulan mencakup minyak mentah, bijih tembaga, dan gas alam, meskipun dua komoditas pertama masih berada di atas level tahun sebelumnya.
Impor yang relatif kuat ini terjadi meskipun kondisi ekonomi yang menantang, yang kemungkinan akan memburuk jika eskalasi terbaru dalam ketegangan perdagangan dengan AS mengakibatkan tarif yang lebih tinggi untuk barang-barang China.
Sektor manufaktur China mengalami kontraksi selama enam bulan berturut-turut pada September, meskipun penurunan tersebut diimbangi oleh cuaca yang lebih baik dan peningkatan aktivitas musiman.
Sektor konstruksi dan jasa juga mengalami penurunan.
Impor gas alam berkinerja buruk bulan lalu, turun 6,8% dari Agustus, setelah kargo laut yang lebih mahal merosot di tengah meningkatnya produksi lokal.
Batu bara, di sisi lain, naik 7,6%, diuntungkan oleh pemangkasan produksi domestik yang telah mengangkat harga dan membuat pasokan luar negeri lebih menarik, terutama karena utilitas menimbun persediaan untuk musim dingin.
Impor minyak mentah turun 4,5%. Pasar internasional mengandalkan penimbunan strategis China untuk menopang harga, tetapi upaya itu terhambat pada September karena beberapa kilang milik negara menutup unit untuk pemeliharaan musiman dan perusahaan yang lebih kecil terhambat oleh menipisnya kuota impor.
Impor konsentrat tembaga turun 6,3% karena gangguan tambang, yang terbaru di Grasberg di Indonesia, menghambat pasokan bahan baku peleburan.
Tembaga dan produk mentah mengisi kekosongan tersebut, melonjak 13% karena pembeli beralih ke logam yang sudah diproses. (bbn)
