Industri Hilir Nikel RI Paling Terganggu Efek Domino Tarif Trump

INDUSTRI baterai yang ada di lini hilir dalam sektor nikel nasional berisiko paling terdampak kebijakan tarif resiprokal Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, meskipun komoditas tersebut tidak dikenakan bea masuk tambahan sebesar 32%.

Dewan Penasihat Pertambangan Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI) Djoko Widajatno mengatakan dampak tarif AS terhadap sektor pernikelan sebenarnya akan sangat tergantung dari mitra dagang utama Indonesia.

Penyebabnya, sebagian besar produk nikel Indonesia tidak langsung masuk ke AS, melainkan ke China.

Akan tetapi, jika China diganjar tarif lebih tinggi oleh AS, raksasa Asia Timur tersebut rawan menurunkan permintaan impor terhadap produk olahan nikel dari Indonesia.

“Maka dampaknya tetap terasa secara tidak langsung,” kata Djoko saat dihubungi, Jumat (11/4/2025). 

Djoko memerinci produk seperti prekursor baterai, baterai kendaraan listrik atau electric vehicle (EV), hingga baja nirkarat atau stainless steel —di mana nikel menjadi salah satu bahan baku terpentingnya— rentan terpapar tarif Trump.

Hal tersebut pada akhirnya membuat produk hilir nikel, khususnya baterai, menjadi kurang kompetitif di pasar AS. 

Untuk itu, APNI menilai pelaku industri hilir nikel bisa mempertimbangkan opsi untuk mencari pangsa pasar ekspor yang lebih bervariasi. 

“Namun ini bisa juga menjadi pemicu untuk meningkatkan [serapan] pasar domestik dan regional, serta mendorong diversifikasi pasar nikel ke India, Uni Eropa, dan lainnya,” ujar Djoko. 

Sisi Hulu

Dari sisi hulu, atau tambang bijih nikel, Djoko menyebut tarif AS tidak akan berdampak secara langsung. Jika tarif diberlakukan pada produk olahan seperti feronikel, nickel matte, atau baterai; permintaan bijih nikel dari negara konsumen yakni China —yang banyak mengolahnya untuk ekspor— bisa menurun.

Akan tetapi, karena Indonesia sudah melarang ekspor bijih nikel sejak 2020, sehingga dampaknya cenderung dirasakan oleh smelter lokal atau mitra hilir.

“Jika negara seperti AS memperluas tarif ke bahan mentah, rencana ekspansi atau investasi perusahaan di hulu bisa terpengaruh. Akan tetapi, ini jarang terjadi karena AS lebih fokus ke produk bernilai tambah,” ujar Djoko.

Adapun, dari lini antara atau tingkat smelter, dampak tarif Trump juga akan dirasakan cukup signifikan oleh perusahaan-perusahaan peleburan dan pengolahan atau smelter nikel di Tanah Air.

Djoko menuturkan produk seperti feronikel, nickel pig iron (NPI), dan nickel matte yang diekspor ke negara yang terkena tariff —langsung ataupun lewat mitra seperti China— akan kehilangan daya saing harga.

Kondisi itu juga bisa mengurangi permintaan ekspor, menyebabkan kelebihan pasokan di dalam negeri, menekan harga jual lokal, dan memperlambat pembangunan smelter baru karena menurunnya insentif ekonomi.

Harga berjangka nikel di London Metal Exchange (LME) turun sebanyak 0,68% hari ini menjadi US$14.084/ton dari hari sebelumnya. Angka tersebut terpelanting sangat jauh dari rekor tertinggi nikel di atas US$20.000/ton pada kisaran 2022-2023.

Di sisi lain, pemerintah justru meyakini situasi perang tarif yang digaungkan AS tidak akan berdampak pada sektor pertambangan, khususnya nikel, di Indonesia. Terlebih, AS bukan negara utama tujuan ekspor nikel dan derivatifnya bagi RI.

“Kalau minerba kayaknya enggak terlalu ini. Nikel [yang diekspor ke AS] cuma sedikit, tidak terlalu. Pasar nikel ke sana sedikit. Porsinya kecil,” kata Dirjen Mineral dan Batu Bara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tri Winarno, ditemui Rabu (9/4/2025).

Untuk diketahui, AS resmi mengganjar bea masuk tambahan sebesar 32% terhadap berbagai komoditas ekspor Indonesia yang dijual ke Negeri Paman Sam. Tarif itu belum termasuk tarif dasar 10% yang dikenakan AS kepada 180 mitra dagang mereka.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto sebelumnya menegaskan Indonesia telah melakukan komunikasi dengan United States Trade Representative (USTR) untuk membahas soal tarif resiprokal Trump. (mfd/wdh)

Sumber: bloombergtechnoz.com, 11 April 2025

Temukan Informasi Terkini

Laba Sepanjang 2024 Naik 46%, Ini Daftar Program Prioritas MIND ID Sepanjang 2025

baca selengkapnya

Selangkah Lagi UKM Dapat Jatah Tambang, Siapa yang Layak?

baca selengkapnya

PT Gag Nikel Masih Belum Beroperasi di Raja Ampat Meski Tidak Dicabut Izinnya

baca selengkapnya

Bersama, Kita Majukan Industri Pertambangan!

Jadilah anggota IMA dan nikmati berbagai manfaat, mulai dari seminar, diskusi strategis, hingga kolaborasi industri.

Scroll to Top