Isu Penurunan RKAB 2026, Harga Nikel hingga Batu Bara Bisa Naik

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mensinyalir volume produksi tambang dalam rencana kerja dan anggaran biaya (RKAB) 2026 bakal turun dari tahun ini. Hal tersebut dinilai akan membawa dampak signifikan ke pasar komoditas; khususnya batu bara, tembaga, dan nikel.

Analis komoditas dan founder Traderindo Wahyu Laksono mengatakan potensi penurunan RKAB 2026 —baik karena inisiatif pemerintah untuk nikel dan batu bara, maupun karena kendala produksi tembaga PT Freeport Indonesia (PTFI)— memiliki tujuan yang sama; yakni mengurangi pasokan yang beredar untuk menciptakan keseimbangan pasar yang lebih baik.

Kondisi tersebut, lanjutnya, berpotensi menguatkan harga masing-masing komoditas tambang anadalan Indonesia itu.

“Pengurangan RKAB merupakan upaya untuk mengendalikan suplai yang selama ini dinilai berlebihan [oversupply] di pasar global, yang berakibat pada tekanan harga,” kata Wahyu saat dihubungi, Kamis (13/11/2025).

Nikel 

Bagi pasar nikel, potensi pengurangan kuota produksi nikel 2026 oleh Kementerian ESDM sebagian besar bertujuan untuk mendongkrak harga yang telah anjlok signifikan akibat kelebihan pasokan global. Indonesia menjadi kontributor utama karena menyediakan lebih dari separuh produksi nikel dunia.

Jika pemotongan kuota benar-benar substansial atau mengurangi kuota bijih nikel secara drastis, pasar bisa merespons dengan kenaikan harga nikel karena suplai global dari sumber terbesar akan berkurang.

Kebijakan tersebut, kata Wahyu, merupakan upaya penyeimbangan antara volume produksi dan daya serap industri. Terutama di tengah permintaan yang melambat, misalnya dari China dan tantangan geopolitik.

Namun demikian, perubahan kebijakan ini juga menimbulkan ketidakpastian bagi pelaku industri. Khususnya jika kebijakan durasi RKAB dikembalikan dari 3 tahun menjadi 1 tahun, karena dapat mempersulit perencanaan jangka panjang, perbankan, dan investasi.

Wahyu memproyeksikan harga nikel tahun depan di rentang US$14.000-US$16.000 per ton. Pasar diprediksi tetap menghadapi surplus karena banyaknya proyek hilirisasi di Indonesia yang akan beroperasi penuh.

Batu Bara

Indonesia merupakan salah satu eksportir batu bara terbesar dunia atau menyumbang sekitar 40%-50% ekspor global. Produksi yang terlalu tinggi dalam beberapa tahun terakhir telah diidentifikasi sebagai salah satu pemicu anjloknya harga global.

Dengan mengurangi kuota RKAB, kata Wahyu, pemerintah bertujuan untuk mengikis volume ekspor yang berlebihan dan diharapkan dapat menstabilkan atau bahkan menaikkan harga batu bara di pasar internasional.

“Perubahan durasi RKAB menjadi tahunan agar pemerintah dapat mengontrol produksi lebih cepat dan merespons kondisi pasar secara real-time, sehingga mencegah oversupply yang ekstrem,” tuturnya.

Jika harga kembali stabil atau menguat, dampak positifnya adalah peningkatan penerimaan negara dari pajak dan royalti.

Menurutnya, harga batu bara telah jauh turun dari puncaknya pada 2022. Namun, tahun depan harga diramal stabil di rentang US$100-US$120 per ton.

“Pengurangan RKAB ditujukan untuk menjaga stabilitas harga ini,” imbuhnya.

Tembaga

Sinyal penurunan pengajuan RKAB oleh Freeport Indonesia atau yang mengoperasikan salah satu tambang tembaga terbesar dunia, Grasberg akan sangat dipengaruhi oleh penyebab utama pengurangan kuota tersebut.

Wahyu berpandangan gangguan produksi di Grasberg telah menyebabkan revisi tajam proyeksi pasokan tembaga global.

“Beberapa analisis memprediksi neraca tembaga global untuk tahun depan berpotensi berbalik dari surplus menjadi defisit akibat berkurangnya produksi dari Freeport,” ujarnya.

Meskipun demikian, tembaga adalah komoditas krusial untuk transisi energi hijau seperti kendaraan listrik, jaringan listrik, dan energi terbarukan. Pengurangan pasokan signifikan dari tambang besar seperti Grasberg cenderung akan memicu lonjakan harga tembaga di London Metal Exchange (LME).

Menurutnya, pemulihan penuh produksi Freeport memerlukan waktu hingga beberapa tahun, yang dapat menjaga pasar tembaga tetap ketat dan mendorong harga bertahan tinggi untuk periode yang lebih lama.

Wahyu meramal harga tembaga akan stabil di level tinggi, berpotensi menuju US$12.000-US$15.000 per ton pada 2026.

Sebelumnya, Kementerian ESDM memberikan sinyal akan memangkas target produksi batu bara dalam RKAB 2026 menjadi di bawah 700 juta ton, atau lebih rendah dari tahun ini yang ditetapkan sebanyak 735 juta ton.

Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara (Dirjen Minerba) Kementerian ESDM Tri Winarno mengungkapkan kementerian masih mengevaluasi RKAB yang diajukan perusahaan batu  bara serta mengevaluasi kinerja produksi dan ekspor komoditas tersebut.

Bagaimanapun, dia memberikan sinyal bahwa target produksi batu bara Indonesia pada 2026 akan berada di rentang 600-700 juta ton sebab terdapat penurunan kinerja ekspor pada tahun ini.

“Iya, otomatis kita menyesuaikan. Sedang kita lakukan evaluasi,” kata Tri awal pekan ini. “Di bawah itu, mungkin dibawah [700 juta ton].”

Sementara itu, Indonesia juga membatasi penerbitan izin investasi dan Izin Usaha Industri (IUI) bagi smelter nikel sebab pasokan nikel dunia dan Tanah Air sudah mencapai level berlebih atau oversupply.

Dengan begitu, Kementerian ESDM juga berencana menyesuaikan target produksi dan kuota produksi nikel 2026.

Dalam kaitan itu, Kementerian ESDM membuka peluang memangkas produksi nikel dalam RKAB 2026 menjadi dibawah besaran tahun ini sebesar 319 juta ton.

“Kalau moratorium untuk itu, karena kita oversupply untuk itu, ya kita dukung lah kalau itu,” kata Tri kepada awak media, di Kementerian ESDM, Senin (10/11/2025).

Pokoknya yang lebih-lebih tinggi kita evaluasi lah. Kan over 300.000-an ton, Bisa jadi [dibawah 300.000 ton],” tegas Tri. (mfd/wdh)

Sumber:

– 13/11/2025

Temukan Informasi Terkini

Produksi Batu Bara RI Sampai Akhir 2025 Diramal Turun ke 750 Juta Ton

baca selengkapnya

Ada Proyek Besar, PTBA Dapat Pinjaman Rp 3,56 Triliun dari Bank Himbara

baca selengkapnya

Freeport Dapat Izin ESDM Operasikan Kembali Tambang DMLZ dan Big Gossan di Grasberg

baca selengkapnya

Bersama, Kita Majukan Industri Pertambangan!

Jadilah anggota IMA dan nikmati berbagai manfaat, mulai dari seminar, diskusi strategis, hingga kolaborasi industri.

Scroll to Top