Emiten batu bara, PT Indo Tambangraya Megah Tbk. (ITMG), tengah melirik peluang akuisisi sejumlah tambang mineral kritis di Indonesia.
Direktur Utama ITMG Mulianto mengatakan minat perseroan untuk mengakuisisi tambang mineral kritis itu berkaitan dengan upaya masuk ke dalam rantai pasok bahan baku elektrifikasi mendatang.
“Saya kira banyak aset-aset yang kita sedang kaji, terutama di critical mining,” kata Mulianto saat public expose, Rabu (10/9/2025).
Sejumlah mineral kritis yang belakangan menarik perhatian ITMG itu di antaranya nikel, bauksit hingga tembaga. Selain itu, Mulianto menambahkan, perseroannya turut mengkaji peluang akuisisi tambang emas.
Sebelumnya, emiten batu bara yang dikendalikan Grup Banpu itu lebih dahulu mengakuisisi 9,62% saham perusahaan tambang nikel terdaftar di Bursa Efek Indonesia, PT Adhi Kartiko Pratama Tbk. (NICE) dengan nilai Rp256,23 miliar.
NICE memiliki cadangan nikel sebanyak 83,5 juta ton basah dengan sumber daya nikel mencapai 152,2 juta ton basah. Adapun, sampai akhir tahun 2024, produksi dan penjualan nikel dari NICE masing-masing sebesar 1,8 juta ton basah dan 1,7 juta ton basah.
Hanya saja, Mulianto menambahkan, rencana akuisisi aset tambang mineral kritis lainnya masih dalam tahap kajian awal. Dia memastikan tambang mineral kritis yang menjadi incaran ITMG berada di Indonesia.
“Untuk pertanyaan apakah yang dicari itu dalam negeri dan luar negeri, untuk ITMG kita akan fokus ke dalam Indonesia,” kata dia.
Di sisi lain, ITMG mencatatkan koreksi laba mencapai 29,51% sepanjang semester I-2025 akibat anjloknya harga batu bara. Saat itu, ITMG mencatat laba sebesar US90,98 juta, lebih rendah dari periode tahun sebelumnya di angka US$129,07 juta.
Adapun, pelemahan laba sejalan dengan penurunan pendapatan bersih sebesar 12,40% menjadi US$919,42 juta dari sebelumnya US$1,05 miliar pada semester I-2024.
Mayoritas pendapatan berasal dari penjualan batu bara ke pihak ketiga senilai US$897,16 juta. Selain itu, perusahaan juga mencatat penjualan ke pihak berelasi sebesar US$10,77 juta serta pendapatan jasa ke pihak ketiga senilai US$2,26 juta.
Meskipun pendapatan menyusut, ITMG berhasil menekan beberapa pos beban. Beban pokok pendapatan tercatat US$694,70 juta atau turun 10,28% dari US$774,29 juta pada periode yang sama tahun sebelumnya. Beban penjualan juga terkoreksi 2,31% menjadi US$81,16 juta.
Hingga 30 Juni 2025, total aset ITMG mencapai US$2,39 miliar, sedikit menurun 0,83% dibandingkan dengan posisi akhir 2024 sebesar US$2,41 miliar. Sementara itu, liabilitas tercatat US$516,38 juta dan ekuitas US$1,87 miliar. (naw/wdh)