Katanya Pembatasan? Ekspor Rare Earth China Gacor Sentuh Level Tertinggi 5.864,60 Ton

EKSPOR rare earth atau logam tanah jarang China melonjak 23% pada bulan Mei 2025, dibandingkan bulan sebelumnya untuk menyentuh angka tertinggi dalam setahun. Peningkatan ini cukup mengherankan, mengingat Beijing melakukan pembatasan ekspor terhadap beberapa mineral kritis hingga menghentikan beberapa penjualan ke luar negeri.

Bahkan akibat kebijakan China terkait pengiriman mineral langka itu, memicu dampak serius terhadap manufaktur global. Pembatasan ekspor China pada bulan April terhadap beberapa jenis bahan baku mineral langka dan magnet tanah jarang, sampai menghentikan sebagian industri otomotif global.

Ekspor unsur tanah jarang dari semua jenis dari produsen terbesar di dunia itu tercatat meningkat 23% pada bulan Mei dibandingkan April menjadi 5.864,60 ton. Raihan tersebut menjadi angka bulanan tertinggi dalam satu tahun terakhir.

Pembatasan tidak mencakup semua jenis produk tanah jarang yang diekspor oleh China. Data yang dirilis pada hari, Senin (9/6/2025) tidak membedakan di antara mereka, sehingga gambaran lengkap tentang dampak pembatasan ini hanya akan diberikan dalam rilis data yang lebih terperinci yang dijadwalkan pada 20 Juni.

Data yang dirilis bulan lalu menunjukkan ekspor magnet tanah jarang turun setengahnya pada bulan April. Dampaknya beberapa pabrik suku cadang mobil di Eropa terpaksa menghentikan produksi minggu lalu.

Sementara itu perusahaan semikonduktor di benua tersebut memperingatkan, bakal melakukan hal serupa dalam beberapa minggu lagi. Pada lima bulan pertama tahun 2025, ekspor kelompok 17 mineral langka meningkat secara marginal menjadi 24.827 ton dari 24.266,5 ton setahun sebelumnya, menurut data kepabeanan.

China Penguasa Harta Karun Logam Tanah Jarang di Dunia

China merupakan produsen logam tanah jarang teratas dan juga memegang cadangan tanah jarang terbesar. Tidak mengherankan jika China dilabeli penguasa logam tanah jarang, lantaran memiliki cadangan tertinggi sebesar 44 juta metrik ton (MT).

Negara ini juga merupakan produsen tanah jarang terkemuka di dunia pada tahun 2024, usai menghasilkan 270.000 MT. Meskipun sudah memegang posisi teratas, China tetap fokus untuk memastikan bahwa cadangan tanah jarangnya tetap tinggi.

Kembali pada tahun 2012, negara Asia itu sempat menyatakan bahwa cadangannya menurun. Namum kemudian mengumumkan pada tahun 2016 bahwa mereka akan meningkatkan cadangan domestik dengan membangun persediaan komersial dan nasional. (akr)

Sumber: https://ekbis.sindonews.com, 9 Juni 2025

Temukan Informasi Terkini

Laba Sepanjang 2024 Naik 46%, Ini Daftar Program Prioritas MIND ID Sepanjang 2025

baca selengkapnya

Selangkah Lagi UKM Dapat Jatah Tambang, Siapa yang Layak?

baca selengkapnya

PT Gag Nikel Masih Belum Beroperasi di Raja Ampat Meski Tidak Dicabut Izinnya

baca selengkapnya

Bersama, Kita Majukan Industri Pertambangan!

Jadilah anggota IMA dan nikmati berbagai manfaat, mulai dari seminar, diskusi strategis, hingga kolaborasi industri.

Scroll to Top