Ketat Jalankan Praktek ESG – Agincourt Resources Buktikan Pertambangan Bukan Ancaman

Menjadi negara dengan potensi sumber daya alam yang berlimpah, mulai kandungan nikel, batu bara hingga emas menjadi berkah untuk pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan rakyatnya. Namun dibalik potensi industri tambang tersebut, masih menghadapkan tantangan soal limbah yang belum ditangani serius. Bila ini tidak ditangani, Indonesia dapat menghadapi risiko yang lebih besar. Pasalnya, ada banyak sekali daerah di Indonesia yang menjadi daerah tambang. Beragam jenis mineral pun ada di Indonesia, seperti tambang emas dan tambang yang aktif beroperasi pun masih banyak jumlahnya.

Oleh karena itu, praktek bisnis berkelanjutan dengan menerapkan prinsip environmental, social, and governance (ESG) menjadi keniscayaan untuk menekan risiko bisnis. Apalagi, pertambangan selama ini seringkali dikaitkan dengan kerusakan lingkungan, seperti deforestasi, pencemaran air dan udara, serta degradasi lahan.

Maka tak heran, transisi menuju pertambangan hijau atau Green mining bukan lagi pilihan, melainkan keharusan. Ya, konsep “Green Mining” atau pertambangan ramah lingkungan dinilai menjadi solusi untuk menyeimbangkan kebutuhan eksploitasi sumber daya alam dengan kelestarian lingkungan, serta pengembangan pertambangan berkelanjutan. Dimana prinsip green mining mengedepankan teknologi yang ramah lingkungan dalam mengelola limbah, pemulihan lahan bekas tambang, dan pengurangan emisi karbon dalam proses pengolahan.

Begitu besar dampaknya praktek green mining di industri pertambangan, mendorong Menteri ESDM Bahlil Lahadalia mendukung konsep green mining dengan mendorong hilirisasi industri yang ramah lingkungan untuk menghasilkan produk bernilai tambah yang dapat diterima pasar internasional. “Konsep ini merupakan upaya pemerintah untuk mengoptimalkan sumber daya mineral dan sekaligus memastikan keselamatan kerja dan keberlanjutan lingkungan dalam kegiatan pertambangan di Indonesia,”ujarnya.

Disampaikan Bahlil, pertambangan sejatinya tidak boleh menjadi kutukan bagi lingkungan dan masyarakat. Maka praktek green mining membuktikan bahwa pertambangan bisa memberikan manfaat tanpa meninggalkan mudharat. Di dalam konsep green mining memberikan pedoman bagi sektor pertambangan bahwa pembangunan berkelanjutan masa depan harus tercapai dan green mining membantu untuk mengatur operasional secara sedemikian rupa sehingga aman, tidak menimbulkan bahaya bagi penduduk lokal dan lingkungan. Salah satu fungsi utama green mining juga yakni membantu memulihkan area pertambangan agar memberikan manfaat berkelanjutan khususnya untuk pemanfaatan penggunaan lahan lainnya.

Apalagi, pertambangan mineral, seperti emas masih memegang peran penting bagi Indonesia mengingat melimpahnya sumber daya yang dimiliki. Selain untuk memenuhi kebutuhan energi dalam negeri, mineral dan batubara juga menjadi penopang target pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, hilirisasi, penggunaan energi hijau dan pengembangan teknologi bersih pada penambangan minerba mesti terus dilakukan.

Memahami bahwa aktivitas operasional pertambangan harus mampu memberikan dampak yang signifikan dalam pembangunan masa depan, namun tetap menjaga keberlangsungan lingkungan menjadi komitmen PT Agincourt Resources (PTAR) yang jugta cicit usaha dari PT Astra Internasional Tbk.

Perusahaan pertambangan emas yang mengelola Tambang Emas Martabe di Tapanuli Selatan ini begitu ketat menjalankan praktek ESG dalam bisnisnya. Asal tahu saja, tambang Martabe menunjukkan bahwa potensi emas di Indonesia tidak hanya terkonsentrasi di pulau-pulau besar, tetapi juga tersebar di pulau Sumatera.

Eksplorasi dan pengembangan tambang emas di Tapanuli Selatan perlu dilakukan secara bertanggung jawab dan berkelanjutan untuk memastikan manfaat ekonomi yang berkelanjutan bagi masyarakat setempat. Perseroan menyakini dalam menjalankan bisnis tidak hanya menjadi untung semata, tetapi menjaga keseimbangan dengan mewariskan lingkungan yang sehat untuk anak cucu.

Senior Manager Environment, Health & Safety PT Agincourt Resources, Hari Ananto mengatakan, perseroan dalam menjalankan praktek ESG mengintegrasikan pada tiga hal, yakni portfolio, people, dan public contribution. Terkait portfolio, pihaknya memperkuat perusahaan secara finansial dan membawa kebermanfaatan secara berkelanjutan bagi para pemangku kepentingan. Termasuk di antaranya manajemen risiko iklim dan manajemen emisi gas rumah kaca.

Sementara pada people (orang), Agincourt mengedepankan keberagaman dan inklusivitas. ”Dari semua pekerja, 76 persen di antaranya adalah pekerja lokal. Kemudian, dalam keragaman jender, sekitar 23 persen karyawan kami adalah perempuan,” ujar Hari.

Adapun dalam orientasi kontribusi publik, Agincourt mengajak masyarakat sekitar untuk berkontribusi dalam operasional. Salah satunya dalam pemantauan kualitas air. Sebulan sekali, perwakilan dari 15 desa di sekitar tambang ikut memantau air dari hulu hingga ke sejumlah titik di sungai tempat membuang air sisa proses.

Dalam tiga bulan sekali, hasil pemantauan tersebut dibuka dan disampaikan kepada seluruh masyarakat. ”Jadi, mulai dari pengambilan sampai pengantaran ke laboratorium, kami mengajak mereka semua,” kata Hari.

Dalam upaya menjaga keanekaragaman hayati di sekitar area tambang, Agincourt juga membangun pusat riset (research center). Fasilitas tersebut diperuntukkan bagi para peneliti, baik flora maupun fauna, yang melakukan studi terkait apakah ada dampak yang terjadi akibat operasional pertambangan. ESG pada akhirnya tidak akan bisa dilepaskan dari operasional perusahaan pertambangan. Implementasi ESG bukan sebatas perihal memenuhi kewajiban. ”ESG adalah investasi untuk masa depan,” ucap Hari.

Manfaatkan Limbah

Selain itu dalam pengeloaan limbah, perseroan berhasil mengolah 155,25 ton minyak pelumas bekas dengan teknologi hypobaric fraction separator sehingga mampu menekan Global Warming Potential (GWP) hingga 441.975,09 ton CO2ek. Keberhasilan ini mengantarkan PTAR meraih Gold Award kategori Eco-Hazard Innovation pada ajang Eco-Tech Pioneer and Sustainability Award (EPSA) 2025 yang digelar Universitas Diponegoro, Semarang.

Rahmat Lubis, General Manager Operations & Deputy Director Operations PT Agincourt Resources menuturkan, pihaknya selalu menerapkan proses penambangan dan pengolahan emas yang lebih hemat energi melalui berbagai inovasi di bagian sistem maupun alat produksi. Bahkan, bahan yang sudah tidak digunakan lagi dalam operasi dimanfaatkan kembali untuk kegiatan lain, misalnya limbah minyak pelumas bekas yang awalnya dikirim ke TPS LB3 saat ini sudah dikelola secara mandiri.

Penghargaan EPSA ini merupakan apresiasi atas komitmen PTAR dalam memperkuat penerapan lingkungan, sosial, dan tata kelola dalam mendukung upaya pemerintah terhadap emisi net-zero. Target kami yakni 30% pengurangan gas rumah kaca pada tahun 2030 dari baseline 2019.“Inovasi pengelolaan lingkungan akan terus kami lakukan dengan mengacu pada peraturan pemerintah dan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG),” kata Rahmat.

Program “Utilisasi Hypobaric Fraction Separator untuk Pemanfaatan Minyak Pelumas Bekas” memungkinkan pemanfaatan minyak pelumas bekas hingga 80% sebagai substitusi bahan bakar minyak pada bahan peledak menggantikan bahan bakar diesel.

Melalui teknologi pemanasan, filtrasi, pemisahan fraksi bertekanan rendah, hingga pendinginan, minyak pelumas bekas berhasil dimurnikan menjadi bahan yang aman digunakan.“Selain mampu mengurangi dampak lingkungan, inovasi ini dapat menciptakan efisiensi berkat penerapan praktik circular economy. Inovasi ini merupakan kontribusi kami dalam mendukung pencapaian SDG’s ke-12 tentang konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab,”ujar Rahmat.

Kata Wijayanto Wakil Rektor IV Riset, Inovasi, Kerja Sama dan Komunikasi Publik Universitas Diponegoro, EPSA bukan sekadar ajang apresiasi, tetapi simbol sinergi menuju pembangunan hijau dan berkelanjutan. Menurutnya, tantangan besar yang dihadapi dunia saat ini adalah disinformasi dan kerusakan lingkungan. Jika tidak ditangani serius, hal tersebut berpotensi membawa dampak buruk bagi peradaban.

Sementara Sustainability dan Risk Assurance Leader PWC Indonesia Yuliana Sudjono menuturkan, investor kini kian peduli terhadap implementasi aspek ESG. Sebelum memutuskan berinvestasi di suatu perusahaan, mereka akan memperhatikan terlebih dahulu sejauh mana ESG telah diimplementasikan.

Aspek ESG semakin penting karena akan memengaruhi persepsi investor. ”Sebab, aspek lingkungan, sosial, dan tata kelola pada akhirnya akan berdampak pada performa perusahaan,” ujar Yuliana.

Apabila hal itu tidak diantisipasi, terdapat potensi bencana yang dapat menimbulkan kerugian perusahaan. Misalnya, kerusakan aset dan terhambatnya operasional perusahaan yang bisa berujung pada menurunnya pendapatan perusahaan. Investor pun akan melihat dampak seperti apa yang berpotensi muncul beberapa tahun ke depan. (bani)

Sumber:

– 12/11/2025

Temukan Informasi Terkini

Harga Emas Solid, Merdeka Copper (MDKA) & Bumi Resources (BRMS) Kebut Ekspansi

baca selengkapnya

Rapor Kinerja Indo Tambang (ITMG), Laba Turun & Produksi Naik

baca selengkapnya

PNBP Sektor ESDM Baru Capai Rp 200,66 Triliun, 78,74% dari Target APBN 2025

baca selengkapnya

Bersama, Kita Majukan Industri Pertambangan!

Jadilah anggota IMA dan nikmati berbagai manfaat, mulai dari seminar, diskusi strategis, hingga kolaborasi industri.

Scroll to Top