Laba Freeport Indonesia Anjlok 21% ke Rp44,3 T per September 2025

PT Freeport Indonesia (PTFI) mencatat laba bersih sepanjang Januari-September 2025 sebesar US$2,66 miliar atau sekitar Rp44,39 triliun (asumsi kurs Rp16.670 per dolar AS).

Torehan laba PTFI itu anjlok 21,19% dibandingkan dengan posisi pada periode yang sama tahun lalu sebesar US$3,37 miliar atau sekitar Rp56,32 triliun.

Koreksi laba PTFI itu terjadi di tengah penangguhan operasi tambang Grasberg sejak awal September 2025 selepas insiden longsoran lumpur di Grasberg Block Cave (GBC). Tujuh pekerja tewas dalam insiden maut ini.

Berdasarkan laporan keuangan PTFI per September 2025, perseroan mencatat pendapatan sebesar US$7,66 miliar, susut 5,11% dibandingkan dengan pendapatan periode yang sama tahun lalu sebesar US$8,07 miliar.

Sementara itu, PTFI mencatat beban penjualan sebesar US$3,61 miliar, bergerak naik dari posisi beban periode yang sama tahun lalu sebesar US$3,35 miliar.

Bloomberg Technoz telah menghubungi Presiden Direktur PTFI Tony Wenas dan VP Corporate Communications PTFI Katri Krisnati ihwal melorotnya laba bersih perseroan per September tahun ini.

Hanya saja, permohonan konfirmasi kepada Tony dan Katri belum ditanggapi sampai berita ini tayang.

Adapun, total aset dan liabilitas PTFI masing-masing bergerak ke level US$26,74 miliar dan US$9,33 miliar per September 2025.

Pemulihan Grasberg

Sebelumnya, Freeport-McMoRan Inc. (FCX) mengungkapkan akan mempercepat kegiatan pemulihan tambang bawah tanah Grasberg Block Cave (GBC), yang sebelumnya berhenti beroperasi gegara longsor material basah.

Induk usaha PTFI yang berbasis di Arizona, Amerika Serikat (AS) itu menargetkan tambang GBC mulai beroperasi secara bertahap pada kuartal II-2026.

Sementara itu, manajemen FCX menyampaikan dua tambang PTFI yang tidak terdampak longsor, yakni Big Gossan dan Deep Mill Level Zone (DMLZ), sudah mulai produksi sejak akhir Oktober 2025.

“Tim kami berkomitmen untuk memulihkan produksi skala besar dengan biaya rendah di Grasberg secara aman, efisien, dan bertanggung jawab,” kata Presiden dan Chief Executive Officer FCX Kathleen Quirk dalam keterangan tertulisnya, dikutip Rabu (19/11/2025).

“Kami akan terus memprioritaskan keselamatan di atas segalanya saat memulihkan operasi dan bekerja untuk memberikan manfaat bagi para pemangku kepentingan kami,” lanjut Quirk.

Berdasarkan rencana pemulihan bertahap dan peningkatan produksi atau ramp up, FCX memperkirakan produksi tembaga dan emas PTFI dari kawasan mineral Grasberg pada 2026 akan serupa dengan volume perkiraan 2025, yaitu sekitar 1,0 miliar pon tembaga dan 0,9 juta ons emas.

FCX memperkirakan produksi PTFI akan meningkat sepanjang tahun 2026 dan 2027 dengan produksi rata-rata tahunan sekitar 1,6 miliar pon tembaga dan 1,3 juta ons emas untuk periode 2027-2029. (ibn/naw)

Sumber:

– 21/11/2025

Temukan Informasi Terkini

Penjualan Freeport Drop, Setoran ke Negara Tetap Ditarget Rp70 T

baca selengkapnya

ESDM Hitung Formulasi Bea Keluar untuk Komoditas Minerba dan Emas

baca selengkapnya

Petrosea Tuntaskan Akuisisi 60% Saham Scan-Bilt Pte.Ltd

baca selengkapnya

Bersama, Kita Majukan Industri Pertambangan!

Jadilah anggota IMA dan nikmati berbagai manfaat, mulai dari seminar, diskusi strategis, hingga kolaborasi industri.

Scroll to Top