Lanjutkan Proyek Hilirisasi Batu Bara Jadi Gas, Bahlil: Tak Perlu Investor Asing

MENTERI Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyatakan bahwa proyek hilirisasi Dimethyl Ether (DME) di Indonesia kali ini tidak lagi bergantung pada investor asing. Bahlil mengatakan bahwa pemerintah, melalui kebijakan Presiden Prabowo Subianto, akan membiayai proyek ini dengan sumber daya dalam negeri, baik melalui anggaran negara maupun swasta nasional.

“Sekarang, kita tidak butuh investor (asing). Negara semua lewat kebijakan Bapak Presiden memanfaatkan resource dalam negeri, yang kita butuh mereka adalah teknologinya,” kata Bahlil di Istana Negara, Jakarta, Senin (3/3/2025).

DME merupakan bahan bakar alternatif berbasis batu bara kalori rendah yang dirancang sebagai substitusi impor bahan bakar LPG.

Sebelumnya, kata Bahlil, proyek DME sempat mengalami kendala karena investor asing, seperti Air Products dari Amerika Serikat dan juga investor lainnya dari China, mundur dari kerja sama. Namun, kali ini pemerintah memastikan proyek akan berjalan tanpa ketergantungan pada modal asing.

Proyek DME ini akan dikembangkan di beberapa lokasi, termasuk Sumatera Selatan, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Selatan.

Bahlil mengatakan, secara keseluruhan, proyek ini merupakan bagian dari strategi hilirisasi yang mencakup 26 sektor komoditas, mulai dari mineral, minyak dan gas, hingga pertanian dan kehutanan. Selain meningkatkan ketahanan energi, proyek ini juga diharapkan menciptakan lapangan pekerjaan dalam skala besar.

“Yang jelas, investasi ini bertujuan menciptakan lapangan kerja berkualitas, meningkatkan nilai tambah, serta mendorong pertumbuhan ekonomi nasional,” kata Bahlil.

21 Proyek Hilirisasi

Pemerintah terus mempercepat agenda hilirisasi dengan menyiapkan 21 proyek tahap pertama yang akan didanai dengan investasi sebesar 40 miliar dolar AS. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengatakan, beberapa proyek akan mendapatkan pendanaan melalui Danantara.

“Yang tadi kami paparkan kurang lebih sekitar 21 proyek. Pada tahap pertama yang total investasi kurang lebih sekitar 40 miliar dolar AS dan tadi kita sudah melakukan pembahasan secara detail, termasuk di dalamnya adalah nama-nama proyek investasi apa saja yang akan kita lakukan,” ujarnya.

Bahlil menyampaikan bahwa proyek-proyek ini merupakan bagian dari target hilirisasi senilai 618 miliar dolar AS pada tahun 2025. Beberapa proyek utama yang akan didanai mencakup pembangunan fasilitas penyimpanan minyak di Pulau Nipah, Kepulauan Riau, untuk memperkuat ketahanan energi nasional.

Selain itu, pemerintah juga akan membangun kilang minyak berkapasitas 500 ribu barel per hari, serta proyek hilirisasi Dimethyl Ether (DME) berbahan baku batu bara sebagai substitusi impor LPG.

Selain sektor energi, kata Bahlil, hilirisasi juga akan dilakukan pada komoditas lain seperti tembaga, nikel, bauksit hingga alumina, serta sektor pertanian, perikanan, dan kehutanan. Bahlil menegaskan bahwa pendanaan proyek-proyek ini tidak sepenuhnya bergantung pada investasi asing. Misalnya, hilirisasi Dimethyl Ether (DME).

Negara lewat kebijakan Presiden Prabowo Subianto, kata Bahlil, akan memanfaatkan sumber daya dalam negeri. Sedangkan, teknologinya akan memanfaatkan peran asing.

“Salah satu sumber pendanaan yang kita gunakan adalah Danantara,” katanya.

Pemerintah akan terus meningkatkan jumlah proyek hilirisasi dalam tahap berikutnya untuk mencapai target 26 sektor komoditas yang telah diprioritaskan Presiden. Sumber: Antara

Sumber: ekonomi.republika.co.id, 4 Maret 2025

Temukan Informasi Terkini

Laba Sepanjang 2024 Naik 46%, Ini Daftar Program Prioritas MIND ID Sepanjang 2025

baca selengkapnya

Selangkah Lagi UKM Dapat Jatah Tambang, Siapa yang Layak?

baca selengkapnya

PT Gag Nikel Masih Belum Beroperasi di Raja Ampat Meski Tidak Dicabut Izinnya

baca selengkapnya

Bersama, Kita Majukan Industri Pertambangan!

Jadilah anggota IMA dan nikmati berbagai manfaat, mulai dari seminar, diskusi strategis, hingga kolaborasi industri.

Scroll to Top