Lonjakan Perak dan Tembaga Geser Dominasi Emas

Harga perak dan tembaga kian naik menjelang 2026, melampaui kinerja emas. Lonjakan harga logam putih berkilau itu terjadi di tengah kelangkaan pasokan dan derasnya arus dana investor

Melansir Bloomberg pada Senin (8/12/2025), harga perak hampir berlipat ganda sepanjang tahun ini, dengan sebagian besar kenaikan terjadi dalam dua bulan terakhir. Lonjakan tersebut dipicu oleh kelangkaan pasokan bersejarah di pasar acuan London di tengah meroketnya permintaan dari India serta dana bursa berbasis perak (exchange-traded funds/ETF).

Meski tekanan pasokan mulai mereda dalam beberapa pekan terakhir seiring masuknya pasokan baru ke gudang London, keterbatasan suplai masih terlihat di pasar lain. Persediaan perak di China dilaporkan jatuh ke level terendah dalam satu dekade.

Reli perak juga diiringi volatilitas yang lebih tinggi. Analis Marex Group Inc., Ed Meir, menilai pergerakan harga kali ini jauh lebih tajam dibandingkan reli sebelumnya.

“Jika melihat grafiknya, reli kali ini membentuk pergerakan parabola yang lebih curam dibandingkan periode sebelumnya. Pembelian juga jauh lebih terkonsentrasi dan terjadi dalam waktu yang lebih singkat,” ujarnya.

Kinerja perak belakangan melampaui emas. Sejak emas batangan mencetak rekor pada 20 Oktober lalu, pergerakannya cenderung mendatar. Sebaliknya, harga perak melonjak lebih dari 11% ke level tertinggi baru, sementara tembaga naik hampir 9%.

Volatilitas tersirat pada opsi iShares Silver Trust, ETF perak terbesar di dunia, pekan lalu melesat ke level tertinggi sejak awal 2021, ketika perak sempat menjadi sasaran trader saham meme.

Dalam sepekan terakhir, dana hampir US$1 miliar mengalir ke ETF tersebut, melampaui arus masuk pada ETF emas terbesar dan semakin menopang harga spot perak.

Investor Barat yang selama ini relatif kurang mengalokasikan dana pada logam mulia kini berbondong-bondong masuk ke ETF perak. Menurut analis Global X ETFs, Trevor Yates, masih ada ruang besar untuk tambahan arus dana seiring normalisasi alokasi investasi.

Di pasar derivatif, opsi kontrak berjangka perak Comex juga diborong investor untuk melindungi portofolio dari potensi lonjakan volatilitas serta spekulasi kenaikan harga lanjutan. Data CME Group Inc. menunjukkan volume rata-rata lima hari kontrak micro futures saat ini berada di level tertinggi kedua sepanjang tahun, hanya kalah dari periode pertengahan Oktober.

Salah satu gambaran euforia pasar terlihat dari perdagangan opsi berisiko tinggi bergaya “tiket lotre”. Lebih dari 5.000 lot call spread perak Comex Februari dengan strike US$80/US$85 atau setara 25 juta troy ounce berpindah tangan pada Rabu dan Kamis, mencerminkan posisi spekulatif terhadap potensi reli besar di awal tahun depan.

Meski demikian, volatilitas tinggi masih bergantung pada pergerakan harga yang signifikan untuk menopang reli menuju wilayah harga yang belum terjamah. Menurut catatan analis Bloomberg Intelligence, Mike McGlone, per 2 Desember, harga perak diperdagangkan dengan premi 82% dibandingkan rata-rata lima tahun, mendekati deviasi akhir tahun paling ekstrem sejak 1979.

Di sisi lain, arah akhir reli perak dinilai masih sulit dipastikan. Meir menuturkan, ketika grafik harga menembus level seperti sekarang, tidak ada lagi patokan resistensi yang jelas.

“Puncaknya bisa saja di US$85, atau hanya di US$60,” katanya.

Reli Tembaga

Adapun reli harga tembaga, meski lebih didorong faktor fundamental ketimbang spekulasi keuangan, tetap mendapat dukungan kuat dari lonjakan permintaan untuk kebutuhan elektrifikasi, pusat data kecerdasan buatan (AI), serta proyek energi bersih. Para analis menilai kondisi tersebut berpotensi memicu defisit pasokan dalam beberapa tahun mendatang.

Pekan lalu, harga tembaga di London Metal Exchange (LME) melambung ke rekor di atas US$11.600 per ton. Bersamaan dengan itu, volatilitas opsi kontrak Comex Maret di New York naik lebih dari 4 poin, dengan minat terbuka terbesar terkonsentrasi pada opsi beli di atas harga pasar saat ini.

Perdagangan tembaga global turut terguncang sejak Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada Februari mengumumkan rencana pengenaan tarif impor tembaga guna mendorong pasokan domestik AS.

Kebijakan tersebut memicu lonjakan harga kontrak berjangka di New York hingga melampaui harga di LME, sehingga mendorong arus impor besar-besaran ke AS. Sejumlah pedagang besar seperti Mercuria Energy Group Ltd., Trafigura Group, dan Glencore Plc memanfaatkan peluang arbitrase tersebut.

Namun, aliran impor sempat melambat pada akhir Juli setelah Trump secara mengejutkan mengecualikan tembaga kualitas komoditas dari tarif. Dalam beberapa pekan terakhir, perusahaan dagang kembali mempercepat pengiriman setelah Trump menyatakan akan meninjau ulang rencana pengenaan bea masuk untuk tembaga primer tahun depan.

Trader StoneX Financial Inc., Xiaoyu Zhu, menilai risiko penurunan harga tembaga relatif terbatas karena fundamental jangka panjang masih sangat bullish. Gangguan pasokan dari sejumlah tambang utama terjadi di tengah melonjaknya permintaan dari transisi energi dan elektrifikasi global.

Sementara itu, manajer portofolio Pacific Investment Management Co. (PIMCO), Greg Sharenow, menyebut neraca pasokan global semakin ketat akibat berpindahnya material ke AS, dipicu kebijakan tarif aktual maupun potensi penerapannya.

Perbedaan harga yang tinggi antara pasar AS dan acuan global menciptakan insentif bagi pelaku pasar untuk mempertahankan pasokan di AS.

Sebagian dari tekanan pasokan global tersebut, baik pada logam mulia maupun tembaga, didorong oleh aktivitas perdagangan arbitrase. Meski demikian, Sharenow menilai koreksi harga jangka pendek masih mungkin terjadi tanpa mengubah prospek jangka panjang.

“Sangat sulit menilai seberapa tahan lama kondisi ini. Kita bisa melihat koreksi 10% hingga 15% pada masing-masing komoditas, namun hal itu tidak akan mengubah cerita jangka panjangnya,” ujarnya. Editor : Anggara Pernando

Sumber:

– 08/12/2025

Temukan Informasi Terkini

Wajib Pajak Minerba Tumbuh 3% per Tahun, Penerimaan Mineral Logam Tembus Rp45 Triliun

baca selengkapnya

Realisasi DMO Batu Bara Oktober 2025 Capai 180,98 Juta Ton

baca selengkapnya

ESDM-Danantara Finalisasi Kajian 18 Proyek Hilirisasi Pekan Depan

baca selengkapnya

Bersama, Kita Majukan Industri Pertambangan!

Jadilah anggota IMA dan nikmati berbagai manfaat, mulai dari seminar, diskusi strategis, hingga kolaborasi industri.

Scroll to Top