Harga batu bara anjlok bahkan mencetak rekor terburuk tahun ini.
Merujuk Refinitiv, harga batu bara pada perdagangan kemarin, Senin (11/8/2025) ditutup di US$ 111,6 per ton atau melemah 1,71%. Harga ini adalah yang terendah sejak 21 Juli 2025.
Pelemahan ini memperpanjang derita harga batu bara yang ambles 4,9% dalam delapan hari beruntun. Pelemahan selama delapan hari beruntun ini adalah yang terburuk sepanjang tahun ini.
Terakhir kali batu bara melemah selama delapan hari terjadi pada November 2024.
Harga batu bara terus melemah karena melemahnya permintaan di Asia secara keseluruhan meskipun ada kenaikan pembelian batu bara kokas di China.
Dikutip dari sxcoal.com, harga bijih kokas impor dari Mongolia di perbatasan utama China tetap stabil sepanjang pekan lalu, didukung oleh kenaikan harga berjangka (futures) yang mendorong beberapa pelaku pasar menaikkan tawaran mereka.
Meski harga terlihat kuat, volume perdagangan aktual terbilang lemah (tepid). Hal ini menunjukkan bahwa pasar kurang responsif meski secara harga relatif solid.
Kenaikan pada pasar futures menjadi pendorong utama harga tetap tinggi. Namun demikian, permintaan riil dari pabrik-pabrik baja di China tampaknya belum cukup kuat untuk mendorong transaksi secara signifikan.
Harga domestik batubara kokas di China stabil dalam rentang seminggu terakhir. Meskipun pasokan mulai menunjukkan pengetatan, sentimen pasar mengarah pada kehati-hatian karena adanya ketegangan antara produsen kokas dan baja.
China dan India mengalami penurunan impor batubara secara keseluruhan dalam beberapa bulan terakhir, seiring meningkatnya produksi lokal dan kelebihan pasokan di pasar domestik mereka.
Impor batubara termal Asia melalui jalur laut turun hampir 8% pada Juli dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Kenaikan pembelian dari Jepang dan Korea Selatan tidak mampu mengimbangi penurunan dari dua importir terbesar, yaitu China dan India, yang dalam beberapa bulan terakhir telah meningkatkan pasokan dan persediaan domestik mereka.
Data terbaru menunjukkan bahwa produksi batubara di China naik 3,6% pada Juni dibanding bulan sebelumnya, selaras dengan sinyal sebelumnya bahwa China berencana meningkatkan produksi sebesar 1,5% menjadi 4,82 miliar ton tahun ini, setelah mencatat rekor produksi pada 2024.
Dari sisi permintaan, pembangkit listrik berbahan bakar fosil di China turun 4,7% secara tahunan pada kuartal pertama, akibat permintaan listrik yang lebih rendah serta pasokan yang kuat dari sumber energi terbarukan. CNBC INDONESIA RESEARCH (mae/mae)