Meski Harga Emas Masih Berkilau, Emiten Nikel dan Batu Bara (INCO, AADI) Jadi Jagoan Analis

Harga emasdan logam yang masih bertahan di tren positif membuat analis menilai momentum sektor komoditas tetap terjaga, meski sebagian saham sudah mencerminkan ekspektasi bullish.

Tim Analis BRI Danareksa Sekuritas dalam risetnya menilai kendati logam mulia masih berkilau emiten nikel hingga batu bara layak mendapat perhatian.

Dari beberapa emiten dalam cakupan BRI Danareksa Sekurita, mereka menyoroti PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) sebagai alternatif menarik didukung dengan ekspektasi pemulihan harga nikel di LME serta peningkatan pay ability nickel matte yang akan menopang kinerja laba di semester II/2025.

“Kami juga menilai saat ini waktu yang tepat untuk mulai membangun eksposur di sektor batu bara, seiring dengan tren destocking musiman persediaan yang berjalan sesuai jalur serta harga batu bara yang mulai stabil di level biaya,” tulis BRI Danareksa Sekuritas dalam riset dikutip Minggu (5/10/2025).

Untuk sektor batu bara, pilihan utama BRI Danareksa Sekuritas adalah emiten milik konglomerat Garibaldi Thohir, PT Adaro Andalan Indonesia Tbk. (AADI) lantaran di topang oleh rekam jejak operasional yang kuat.

Berdasarkan data RTI Business, saham AADI hingga akhir pekan perdagangan melemah 1,97% ke level Rp7.450 per saham dengan kapitalisasi pasar mencapai Rp58,01 triliun. Dari sisi valuasi, AADI menunjukkan posisi yang cukup menarik.

Rasio harga terhadap laba (PER) tercatat hanya 4,17x, jauh di bawah rata-rata sektor energi yang biasanya berada di kisaran 8–12 kali. Hal ini mengindikasikan saham AADI tergolong undervalued.

Sementara itu, rasio harga terhadap nilai buku (PBVR) berada di level 1,06x, menandakan harga saham diperdagangkan hampir sebanding dengan nilai bukunya. Dengan kata lain, valuasi AADI saat ini relatif wajar, bahkan cenderung atraktif, terutama untuk emiten berkapitalisasi besar. Sementara emiten nikel INCO dari sisi valuasi, PBV sekitar 1x mengindikasikan harga

saat ini relatif seimbang dengan nilai bukunya. Namun, PER yang cukup tinggi (56x) menandakan valuasi premium, sehingga investor perlu memperhitungkan prospek pertumbuhan laba di masa depan, terutama sejalan dengan pemulihan harga nikel global dan proyek hilirisasi yang sedang berjalan. Editor : Asteria Desi Kartika Sari

Sumber:

– 05/10/2025

Temukan Informasi Terkini

Divestasi 12% Saham PTFI Belum Jamin RI Bisa Kendalikan Freeport

baca selengkapnya

ESDM Kaji Kebijakan Ekspor Emas Imbas Antam Masih Impor 30 Ton per Tahun

baca selengkapnya

Pemegang Saham Mini Merdeka Gold (EMAS) Ganti Pengendali, Ini Ramalan Harga Baru

baca selengkapnya

Bersama, Kita Majukan Industri Pertambangan!

Jadilah anggota IMA dan nikmati berbagai manfaat, mulai dari seminar, diskusi strategis, hingga kolaborasi industri.

Scroll to Top