Holding BUMN Industri Pertambangan, PT Mineral Industri Indonesia (Persero) atau MIND ID mencatat laba konsolidasi periode berjalan senilai Rp19,85 triliun pada semester I/2025. Perolehan perusahaan pelat merah tersebut hanya tumbuh satu digit salah satunya disebabkan turunnya perolehan dari PT Freeport Indonesia (PTFI).
Berdasarkan laporan keuangan konsolidasian interim MIND semester I/2025, laba bersih tersebut tumbuh 6,54% year-on-year (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp18,63 triliun.
Dari sisi pendapatan, MIND ID membukukan Rp95,39 triliun pada semester pertama tahun ini atau naik 63,41% yoy dari periode yang sama tahun lalu Rp58,37 triliun.
Namun, beban pokok pendapatan MIND ID meningkat signifikan dari Rp50,39 triliun pada periode pertama tahun lalu menjadi Rp82,32 triliun atau naik 63,32%.
Dengan demikian, laba kotor tercatat naik 63,35% yoy dibandingkan semester pertama tahun lalu Rp7,98 triliun menjadi Rp13,09 triliun semester pertama tahun ini.
Dalam hal ini, bagian laba neto dari Freeport, sebagai kontributor terbesar MIND ID, mengalami penyusutan menjadi Rp15,11 triliun atau turun 15,74% dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp17,96 triliun.
Alhasil, laba periode berjalan MIND ID tumbuh tipis menjadi Rp19,85 triliun atau naik 6,57% dibandingkan 6 bulan pertama tahun lalu senilai Rp18,62 triliun.
Adapun, per 31 Juni 2025, holding BUMN tambang ini memiliki total aset Rp298,16 triliun atau turun dari posisi 31 Maret 2025 lalu dengan total aset senilai Rp302,80 triliun. Namun, total aset per Juni 2025 ini masih lebih tinggi dibandingkan posisi aset per 31 Desember 2024 yang senilai Rp290,23 triliun.
Lebih lanjut, jumlah liabilitas MIND ID per 31 Juni 2025 tercatat mencapai Rp140,82 triliun atau naik dibandingkan per 31 Maret 2025 tercatat mencapai Rp135,15 triliun.
Kenaikan liabilitas salah satunya didorong oleh kenaikan pinjaman bank jangka pendek sebesar Rp10,57 triliun menjadi Rp25,66 triliun per Juni 2025, dibandingkan per Maret 2025 sebesar Rp15,09 triliun.
Selain itu, MIND ID juga mencatatkan utang dividen sebesar Rp18,82 triliun per Juni 2025.
Kinerja Freeport Indonesia
Dalam catatan Bisnis, Freeport Indonesia mencatatkan laba bersih senilai US$1,79 miliar atau sekitar Rp29,15 triliun (asumsi kurs jisdor Rp16.283 per US$) pada semester I/2025. Capaian laba periode tersebut turun 18,43% (year-on-year/yoy) dibandingkan semester I/2024 senilai US$2,20 miliar.
Dalam laporan keuangan unaudited Freeport Indonesia dan entitas anak usahanya, perseroan membukukan pendapatan senilai US$4,98 miliar atau sekitar Rp81,09 triliun dengan beban pokok penjualan US$2,26 miliar atau sekitar Rp36,79 triliun pada semester I/2025.
Alhasil, laba kotor yang diperoleh perseroan sebesar US$2,71 miliar atau sekitar Rp44,13 triliun sepanjang paruh pertama tahun ini. Perusahaan tambang mineral ini juga mencatat laba operasional senilai US$2,65 miliar setelah dikurangi beban umum dan administrasi US$60,7 juta dan beban pemasaran US$998.000.
Bisnis juga mencatat produksi tembaga dan emas Freeport Indonesia anjlok sepanjang semester I/2025. Penurunan produksi ini juga diikuti oleh turunnya penjualan.
Berdasarkan laporan kinerja Freeport-McMoRan Inc (FCX) kuartal II/2025, PTFI memproduksi tembaga 655 juta pound pada Januari-Juni 2025. Angka tersebut turun 29,72% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebanyak 932 juta pound.
Dari sisi penjualan tembaga sepanjang semester pertama tahun ini, tercatat mencapai 733 juta pound atau turun 11,68% dibandingkan periode sama tahun sebelumnya 830 juta pound.
Sementara itu, dari sisi rata-rata harga tembaga terealisasi yakni mencapai US$4,35 per pound atau lebih tinggi dibandingkan tahun lalu US$4,23 per pound.
Lebih lanjut, produksi emas dari PTFI mencapai 595.000 ounce pada semester I/2025 atau anjlok 39,41% dari periode yang sama tahun lalu sebesar 982.000 ounce.
Penjualan juga turun 30,11% dari sebelumnya 920.000 ounce pada semester I/2024 menjadi 643.000 ounce tahun ini. Editor : Denis Riantiza Meilanova