PT Mineral Industri Indonesia (MIND ID) tengah meminta insentif untuk kegiatan eksplorasi tambang mineral logam kepada pemerintah.
Menurut holding tambang pelat merah itu, insentif pada fase eksplorasi menjadi krusial lantaran risiko bisnis yang relatif besar.
Sementara pemerintah berkepentingan untuk menambah cadangan mineral logam untuk mendorong kegiatan hilirisasi tambang.
“Bagaimana badan usaha melakukan eksplorasi dalam meningkatkan eksplorasi atau cadangan, tentunya memerlukan insentif dari pemerintah supaya menjadi menarik,” kata Division Head of Downstream Strategy, Research & Process Engineering MIND ID Muhidin dalam agenda Minerba Convex 2025, Jakarta, Kamis (16/10/2025).
Muhidin menambahkan absennya insentif untuk badan usaha membuat biaya atau investasi pada kegiatan eksplorasi menjadi kurang menarik.
Alasannya, tingkat risiko pada tahap awal tambang atau eksplorasi menjadi tinggi yang belakangan ikut menekan kinerja keuangan perusahaan.
Selain itu, dia menambahkan, badan usaha yang mengambil risiko pada proses eksplorasi juga tidak otomatis mendapatkan izin usaha pertambangan atau IUP. Padahal, badan usaha telah melewati risiko yang terbilang besar pada tahap eksplorasi tersebut.
“Tata kelola iklim investasi ini menjadi tantangan di hulu [tambang],” kata dia.
Di sisi lain, Muhidin turut menyoroti investasi yang belum optimal pada kegiatan hilirisasi tambang mineral.
Menurut dia, pembangunan smelter berbasis izin usaha industri (IUI) yang belum terintegrasi dengan industri berpotensi menimbulkan ketidaksinkronan antara permintaan dan pasokan bahan baku mineral.
Lalu, dia menilai harmonisasi peraturan perpajakan masih perlu dilakukan utamanya terkait pajak pertambahan nilai (PPn) untuk industri dalam negeri yang menggunakan hasil hilirisasi sumber daya alam (SDA).
“Terakhir terkait fiskal untuk kegiatan hilirisasi fiskal masih menjadi tantangan, bagaimana insentif fiskal bisa mendorong investor melakukan aktivitas-aktivitas hilirisasi,” ucap dia.
Sepanjang 2024, MIND ID menyelesaikan sejumlah proyek strategis seperti Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) Fase I di Mempawah, Smelter Tembaga dan Precious Metal Refinery, serta uji coba konversi batu bara menjadi artificial graphite dan anodized sheet.
Pada 2025, MIND ID memprioritaskan pembangunan SGAR Fase II di Mempawah, fasilitas RKEF dan HPAL di Halmahera Timur, optimalisasi Precious Metal Refinery, pembangunan PLTG di Gresik, serta peningkatan angkutan batu bara Tanjung Enim–Keramasan.
Perusahaan juga mengembangkan tiga proyek nikel strategis di Sulawesi—IGP Pomalaa, IGP Morowali, dan HPAL Sorowako—untuk memperkuat fondasi ekosistem kendaraan listrik nasional. (azr/naw)