Harga batu bara menguat pada perdagangan akhir pekan lalu. Namun secara mingguan, harga si batu hitam masih lesu.
Pada Jumat (3/10/2025), harga batu bara di pasar ICE Newcastle untuk kontrak pengiriman bulan mendatang ditutup di US$ 105/ton. Naik 0,14% dari hari sebelumnya.
Harga batu bara berhasil menghijau setelah sempat turun empat hari beruntun. Koreksi empat hari berturut-turut tersebut menyebabkan harga batu bara terpangkas 1,32% sepanjang pekan lalu.
Sejak awal tahun (year-to-date) harga batu bara masih anjlok 16,17%.
Faktor utama yang menyebabkan kejatuhan harga batu bara adalah pasokan melimpah. Pada Januari-Agustus, produksi batu bara termal di China Bambu naik 3% secara tahunan (year-on-year/yoy).
Di Indonesia, produksi batu bara pada akhir 2025 diperkirakan berada di atas 700 juta ton dan sepertinya mencapai target 735 juta ton.
Analisis Teknikal
Lalu bagaimana ‘ramalan’ harga batu bara untuk pekan ini? Apakah bisa bangkit berdiri atau malah kian terkoreksi?
Secara teknikal dengan perspektif mingguan (weekly time frame), batu bara masih tertahan di zona bearish. Tercermin dari Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 48.
RSI di bawah 50 mengindikasikan suatu aset sedang dalam posisi bearish. Namun RSI batu bara belum jauh dari 50 sehingga bisa dikatakan cenderung netral.
Begitu pula dengan indikator Stochastic RSI yang sebesar 46. Juga cenderung netral.
Pekan ini, ada harapan batu bara bisa naik. Target resisten terdekat ada di rentang US$ 107-108/ton.
Jika tertembus, maka ada peluang harga batu bara ‘terbang’ ke level US$ 112-124/ton.
Adapun target support terdekat adalah US$ 104-103/ton. (aji)