Pakar industri minerba memprediksi kecelakaan maut di tambang El Teniente milik BUMN Cile, Codelco (The National Copper Corporation of Chile), berpotensi mengkerek harga tembaga dunia diatas US$10.000 per ton atau US$6 per pon pada akhir 2025.
Ketua Badan Kejuruan (BK) Pertambangan Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Rizal Kasli menjelaskan kebutuhan tembaga global tahun ini diprediksi sekitar 29 juta ton. Sementara itu, produksinya diestimasikan hanya 28 juta ton.
Dia memandang penutupan tambang milik Codelco berpotensi memperkeruh defisit pasar tembaga dunia, usai adanya penetapan tarif oleh Amerika Serikat (AS) hingga potensi perebutan bijih tembaga oleh smelter di China.
“Harga diperkirakan sampai akhir tahun bisa di atas US$6/pon atau sekitar US$10.000/ton,” kata Rizal ketika dihubungi, Selasa (5/8/2025).
“Pergerakan harga tembaga menunjukkan kenaikan yang dimulai sejak Agustus 2022 dengan harga LME saat ini sekitar US$5,65/pon atau US$9.835/ton.”
Dia menjelaskan dinamika di pasar tembaga terjadi ketika permintaan tembaga untuk industri tengah meningkat. Apalagi, tembaga merupakan komoditas strategis bagi sektor energi bersih yang tengah berkembang pesat.
Dampak Positif
Lebih lanjut, Rizal memprediksi sentimen penyetopan produksi di tambang El Teniente Codelco sebenarnya dapat memberikan dampak positif bagi industri tembaga Tanah Air.
Penyebabnya, produsen tembaga akan menikmati kenaikan harga global sehingga memberikan dampak positif bagi neraca keuangan.
“Apabila terjadi penyetopan produksi di Cile tentu akan berdampak positif bagi produsen tembaga di Indonesia,” ujarnya.
Dihubungi secara terpisah, Analis Komoditas dan Founder Traderindo Wahyu Laksono juga memproyeksikan insiden di tambang Codelco berpotensi mengkerek harga tembaga dunia di atas US$10.000/ton.
Bahkan, dia berpendapat harga tembaga bisa menembus US$12.000/ton dalam beberapa tahun ke depan jika insiden tersebut menyebabkan defisit pasokan tembaga dunia, terutama mengingat kapasitasnya sebagai tambang tembaga bawah tanah terbesar di dunia.
“Tembaga telah berada dalam tren kenaikan jangka panjang yang kuat sejak awal 2021, dengan koreksi yang sehat. Harga saat ini berada di level yang signifikan. Insiden Codelco memberikan dorongan bullish tambahan pada pasar yang sudah memiliki fundamental kuat,” kata Wahyu.
Dalam jangka pendek, penghentian produksi di tambang El Teniente akan menciptakan sentimen bullish di pasar dan para investor akan bereaksi terhadap potensi gangguan pasokan.
Menurut dia, dalam beberapa pekan kedepan harga tembaga akan melonjak ke level US$9.719/ton dengan level resistensi terdekat di sekitar US$10.000/ton hingga US$10.200/ton.
“Akan ada volatilitas yang tinggi. Harga bisa melonjak tajam, tetapi juga bisa terkoreksi cepat jika ada berita klarifikasi dari Codelco mengenai skala dan durasi penghentian produksi, atau jika ada data ekonomi global yang kurang mendukung,” tegasnya.
Raksasa pertambangan Cile, Codelco, bergulat dengan dampak kecelakaan mematikan di salah satu tambang bawah tanah terbesar di dunia miliknya pada Kamis (31/7/2025).
Enam orang tewas dalam runtuhnya terowongan yang dipicu oleh gempa bumi di El Teniente; tambang yang menyumbang lebih dari seperempat produksi tembaga Codelco.
Operasi bawah tanah dihentikan dan — dengan perusahaan meluncurkan penyelidikan atas penyebabnya — tidak jelas berapa lama penghentian ini akan berlangsung atau apakah akan memicu perubahan pada target produksi Codelco.
El Teniente memproduksi 356.000 ton tembaga tahun lalu, menjadikannya tambang tunggal terbesar Codelco. Volume tersebut setara dengan lebih dari sebulan impor tembaga olahan dari China.
Codelco sendiri mencatatkan peningkatan produksi sebesar 9% pada semester I-2025 dibandingkan dengan tahun sebelumnya, menandakan bahwa pemasok tembaga terbesar di dunia ini berada di jalur yang tepat dalam upaya pemulihannya.
Adapun, tembaga dilego di harga US$9.687/ton pagi ini di London Metal Exchange (LME) atau naik 0,59% secara harian. (azr/wdh)