Pasar Nikel Waswas Demo di RI, Penambang Pastikan Produksi Lancar

Forum Industri Nikel Indonesia (FINI) menilai operasional industri nikel di Indonesia belum terpengaruh secara signifikan oleh demonstrasi yang terjadi belakangan, kendati tidak menampik aksi unjuk rasa itu sempat memberikan rasa khawatir bagi pasar nikel dunia.

Ketua Umum FINI Arif Perdana Kusumah menyebut sejauh ini tidak terdapat perusahaan di bawah naungan asosiasi yang melaporkan adanya gangguan operasional atau penutupan fasilitas produksi nikel akibat situasi tidak kondusif.

“Lokasi-lokasi pusat produksi nikel di Indonesia sampai saat ini men

unjukkan kondisi yang kondusif, mudah-mudahan kondisi tersebut dapat terus dipertahankan,” kata Arif ketika dihubungi, Rabu (3/9/2025).

Arif tidak menampik pasar komoditas dunia sempat khawatir dengan demonstrasi yang terjadi di Tanah Air sebab Indonesia merupakan salah satu produsen nikel terbesar dengan pangsa pasar sekitar 60% dari total produksi global.

“Sehingga memiliki pengaruh signifikan terhadap rantai pasokan nikel dunia,” tegasnya.

Minat Investasi

Di sisi lain, demonstrasi yang terjadi di beberapa daerah tersebut berisiko memengaruhi kepercayaan investor asing terhadap iklim keamanan investasi kedepannya. Terlebih, banyak proyek smelter nikel yang didanai oleh pihak asing.

Dengan begitu, FINI menyarankan pemerintah dan pihak terkait untuk mengembalikan kepercayaan investor asing untuk berinvestasi jangka panjang di Indonesia.

“Kejadian demonstrasi dan kerusuhan yang terjadi di beberapa daerah di Indonesia baru-baru ini dapat dan akan mempengaruhi kepercayaan investor asing terhadap iklim keamanan investasi kedepannya,” pungkas dia.

Dihubungi terpisah, Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI) menilai naiknya harga nikel dunia akibat tersengat sentimen demonstrasi di Indonesia hanya bersifat sementara, seiring meredanya aksi unjuk rasa yang terjadi di sejumlah wilayah.

Dewan Penasihat Pertambangan APNI Djoko Widajatno juga sepakat bahwa aksi demonstrasi tersebut sempat membuat kekhawatiran akan gangguan pasokan nikel di Indonesia sehingga sempat membuat harganya naik.

“Awal kenaikan dipicu oleh sentimen demonstrasi, tetapi efek tersebut relatif bersifat sementara,” kata Djoko ketika dihubungi, Rabu (3/9/2025).

Dari perspektif analis komoditas, Founder Traderindo Wahyu Laksono memandang aksi demonstrasi yang terjadi di Indonesia belum secara signifikan memberikan memberikan sentimen negatif terhadap pasar dan harga nikel dunia.

Wahyu menjelaskan harga nikel dunia bergerak di sekitar US$12.262/ton dan dalam jangka pendek pergerakannya cenderung dalam rentang konsolidasi atau sideway.

Dia mengakui aksi demonstrasi yang terjadi memberikan kekhawatiran akan terjadinya gangguan pasokan nikel dari Indonesia.

Akan tetapi, dia memandang harga nikel dunia memang cenderung bergerak stabil dalam kisaran tertentu atau perlahan mulai naik lagi meskipun aksi demonstrasi tak terjadi di Indonesia.

“[Hal] yang paling terdampak langsung adalah yang terkait langsung dengan produksi, misalnya bencana alam, demo mogok buruh tambang, penghentian sebagian atau seluruh operasional secara sengaja oleh pihak perusahaan, dan lainnya,” kata Wahyu ketika dihubungi, Rabu (3/9/2025).

Lebih lanjut, Wahyu memandang level support nikel berada di rentang US$14.800/ton hingga US$15.000/ton. Jika level tersebut ditembus, harga nikel global bisa turun menuju US$14.000/ton.

Sementara itu, level resistance terdekat berada di US$16.000/ton. Harga nikel global harus menyentuh level tersebut agar tren kenaikan bisa berlanjut.

Adapun, nikel dilego di harga US$15.232/ton pada Rabu (3/9/2025) di London Metal Exchange (LME), terkoreksi 1,34% dari penutupan Selasa.

Menurut data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), sumber daya cadangan nikel Indonesia berupa bijih mencapai 18,55 miliar ton dengan cadangan bijih nikel mencapai 5,32 miliar ton ini terdiri dari 60% saprolit dan 40% limonit. (azr/wdh)

Sumber:

– 03/09/2025

Temukan Informasi Terkini

Berita Harian, Kamis, 04 September 2025

baca selengkapnya

Ekspor Batubara Turun 21,7%, Kementerian ESDM Masih Optimistis PNBP Capai Target

baca selengkapnya

DPR Setujui Anggaran Kementerian ESDM Naik 166% Jadi Rp 21,67 Triliun pada 2026

baca selengkapnya

Bersama, Kita Majukan Industri Pertambangan!

Jadilah anggota IMA dan nikmati berbagai manfaat, mulai dari seminar, diskusi strategis, hingga kolaborasi industri.

Scroll to Top