Di tengah tekanan pasokan logam mulia domestik, PT Merdeka Copper Gold Tbk. (MDKA) masih mengekspor seluruh produksi emasnya ke pasar Asia.
GM Corporate Communication Merdeka Copper Gold Tom Malik mengatakan produksi emas perseroan berasal dari Tambang Emas Tujuh Bukit di Banyuwangi, Jawa Timur.
“MDKA mengirim emas ke PT Logam Mulia anak perusahaan Antam [PT Aneka Tambang Tbk] untuk proses pemurnian. Namun, seluruh produksi emas MDKA saat ini diekspor ke Asia,” ujarnya kepada Bisnis, Senin (13/10/2025).
Berdasarkan laporan keuangan akhir Juni 2025, MDKA meraih pendapatan US$852,66 juta atau turun dari tahun sebelumnya US$1,09 miliar. Pendapatan ini berasal dari penjualan emas, perak, katoda tembaga, nikel matte, dan bijih nikel limonite.
Secara wilayah, penjualan ke Indonesia berkontribusi US$636,28 juta, disusul Hong Kong senilai US$180,94 juta, sementara penjualan ke China mencapai US$25,13 juta.
Kendati demikian, Tom Malik menambahkan bahwa mulai tahun depan, suplai emas perseroan diproyeksikan semakin bertambah seiring beroperasinya Tambang Emas Pani di Gorontalo yang dikelola PT Merdeka Gold Resources Tbk. (EMAS).
Merdeka Gold Resources sebelumnya telah mengumumkan peningkatan cadangan bijih emas atau gold ore reserve untuk tambang emas Pani di Gorontalo menjadi 4,8 juta ons, naik 150% dari sebelumnya 1,9 juta ons.
Cadangan baru tersebut berasal dari kandungan sumber daya mineral yang melebihi 7 juta ons, sehingga menjadikan Pani salah satu deposit emas primer terbesar.
Sementara itu, tekanan terhadap pasokan emas domestik kian meningkat seiring langkah PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) yang mulai mengandalkan impor untuk memenuhi kebutuhan bahan baku produksi emas batangan. Padahal, Indonesia sendiri memiliki potensi produksi emas mencapai sekitar 90 ton per tahun.
Direktur Utama Antam Ahmad Ardianto menuturkan bahwa fundamental bisnis emas Antam diuji oleh keterbatasan pasokan domestik. Dari kebutuhan 45 ton emas per tahun, tambang Pongkor milik perseroan hanya mampu memproduksi sekitar 1 ton.
Emiten tambang anggota MIND ID ini pun bergantung pada buyback emas masyarakat, kerja sama dengan tambang swasta, serta impor dari mitra internasional yang tergabung dalam London Bullion Market Association (LBMA).
Didi, sapaan akrabnya, menjelaskan potensi produksi emas Indonesia sebenarnya dapat mencapai 90 ton per tahun. Namun, banyak perusahaan tambang lebih memilih ekspor atau menjual ke perusahaan perhiasan. Akibatnya, impor tidak dapat terhindarkan.
“Mungkin 30-an ton [impor], sementara produksi dalam negeri kita mencapai 90 ton emas. [Perusahaan tambang emas] ada yang sebagian menjual emas ke perusahaan perhiasan tetapi ada juga yang diekspor,” pungkasnya.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca. Editor : Dwi Nicken Tari