INDONESIA Mining Association (IMA) atau Asosiasi Pertambangan Indonesia, mengungkapkan sektor pertambangan masih sangat menjanjikan untuk para investor. Hal ini lantaran komoditas mineral dan batu bara merupakan bahan baku utama penunjang industri hijau. Contohnya, seperti nikel dan bauksit yang diperlukan untuk baterai kendaraan listrik.
Direktur Eksekutif IMA, Hendra Sinadia mengungkapkan, seluruh pelaku industri tambang kini telah mengikuti aturan untuk masuk ke dalam program hilirisasi, alias tidak melakukan ekspor barang mentah atau raw material. Saat ini perusahaan-perusahaan tambang, khususnya yang mengeruk komoditas mineral kritis, telah membangun fasilitas pemurnian atau smelter.
Bahkan, beberapa perusahaan tambang di Indonesia juga telah melebarkan sayap bisnisnya ke sektor kendaraan listrik.
“Mereka pelaku usaha sudah mulai bertransformasi antara lain masuk di ekosistem industri bersih,” ungkap Hendra saat ditemui dalam sela-sela acara Energi Mineral Festival 2025 di Hutan Kota Plataran, Jakarta, Kamis (31/7/2025).
“Misalnya nikel, terdapat perusahaan pertambangan yang berinvestasi di proyek aluminium. Ada juga yang kerjasama untuk memproduksi kendaraan motor listrik,” sambungnya.
Dengan demikian, investasi di sektor mineral dan batu bara dapat dikatakan masih sangat menjanjikan. Mengingat Pemerintah tengah menggenjot program hilirisasi, sekaligus mendorong terwujudnya emisi nol bersih (Net Zero Emission/ NZE).
Diketahui, pemerintah telah membuat aturan atau Undang-Undang yang mendorong pelaku industri pertambangan untuk melakukan hilirisasi minerba. Ini diturunkan seperti melalui UU No. 3 Tahun 2020 sebagai pengganti UU No. 4 Tahun 2009.
Hilirisasi industri mineral dan batu bara (minerba) merupakan suatu proses yang dilakukan untuk memberikan nilai tambah dari bahan mentah yang ditambang dari perut bumi sehingga memberikan manfaat ekonomi yang lebih besar dan menciptakan ekosistem industri yang berkelanjutan dan mandiri.
Kebijakan tersebut mendorong perusahaan-perusahaan tambang untuk membangun fasilitas pengolahan atau smelter, di dalam negeri atau bekerja sama dengan pihak lain yang memiliki teknologi pengolahan.
“Jadi transformasi bisnis sudah berjalan, dan bahkan saya bisa sampaikan nilai investasi terbesar itu malah di-drive oleh perusahaan-perusahaan yang berbasis fosil,” pungkasnya. Editor: Grace El Dora