Pelemahan Harga Batubara Jadi Sentimen Negatif bagi Emiten Pertambangan Batubara

KETIDAKPASTIAN ekonomi global membuat harga batubara terus mengalami koreksi. Kondisi ini tentu tidak menguntungkan bagi emiten-emiten pertambangan batubara.

Dikutip dari situs Trading Economics, harga batubara di pasar global berada di level US$ 97 per ton pada Jumat (21/3). Dalam sebulan terakhir, harga batubara telah terkoreksi 5,13% month to month (mtm). Harga komoditas ini juga anjlok 24,04% year on year (yoy) atau dalam satu tahun terakhir.

Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori Ekky Topan menilai, faktor utama di balik pelemahan harga batubara yang terjadi belakangan ini adalah masalah kelebihan pasokan akibat peningkatan produksi di negara-negara produsen utama seperti China dan Indonesia. Di sisi lain, permintaan batubara di pasar global justru mengalami penurunan, terutama dari negara konsumen besar seperti India dan China.

“Selain itu, tren transisi menuju energi bersih turut memperlemah permintaan batubara dalam jangka panjang,” tutur dia, Jumat (21/3).

Dampak pelemahan harga batubara tercermin dari laporan keuangan emiten-emiten batubara sepanjang 2024 yang mana sebagian besar mengalami penurunan kinerja. Prospek kinerja emiten-emiten batubara pada awal 2025 pun diperkirakan masih negatif, mengingat harga komoditas ini masih bergerak di bawah US$ 120 per ton.

Equity Analyst Indo Premier Sekuritas Dimas Krisna Ramadhani menambahkan, emiten batubara yang mayoritas produknya dijual untuk kebutuhan dalam negeri relatif tidak terlalu terpapar oleh ketidakpastian global.

Dia juga menyebut, harga batubara global pada masa mendatang masih akan bergantung pada perkembangan situasi makroekonomi dan geopolitik internasional. Jika muncul isu yang dapat memicu perlambatan aktivitas ekonomi, maka batubara sebagai komoditas energi berbiaya murah dan paling dibutuhkan tentu akan terdampak.

“Dalam jangka pendek, kami melihat harga batu bara cenderung akan terus tertekan, kecuali ada sentimen yang terjadi secara tiba-tiba yang bisa membuat harga komoditas energi mengalami kenaikan,” ungkap dia, Jumat (21/3).

Untuk saat ini, dia menyarankan investor untuk wait and see saham-saham di sektor batubara lantaran kondisi pasar saham Indonesia secara umum masih tertekan.

Ekky juga tidak menyematkan rekomendasi saham-saham emiten batubara. Walau begitu, dia menyatakan ada beberapa faktor yang berpotensi mendorong kenaikan harga batubara, seperti musim dingin yang lebih ekstrim di berbagai negara hingga kebijakan Pemerintah China yang kembali agresif mengucurkan stimulus energi. 

Faktor-faktor demikian bisa memacu permintaan energi, sehingga harga batubara kembali pulih. Jika itu terjadi, maka emiten-emiten tambang batubara pada akhirnya akan diuntungkan.

Sementara itu, Research Analyst Lotus Andalan Sekuritas Muhammad Thoriq Fadilla merekomendasikan beli saham PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI) di level Rp 6.675 per saham dengan target harga di level Rp 7.150 per saham dan Rp 7.500 per saham, serta stop loss di level Rp 6.400 per saham. Dia juga merekomendasikan buy on weakness saham PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) di level Rp 22.400 per saham dengan target harga di level Rp 23.100 per saham dan stop loss di level Rp 21.875 per saham.

Rekomendasi saham dari Thoriq untuk saham-saham batubara bersifat jangka pendek, mengingat harga komoditas ini masih fluktuatif.

Sumber: investasi.kontan.co.id, 23 Maret 2025

Temukan Informasi Terkini

Laba Bersih Anjlok 32%, Kinerja Vale Tertekan Harga Nikel

baca selengkapnya

Laba Sepanjang 2024 Naik 46%, Ini Daftar Program Prioritas MIND ID Sepanjang 2025

baca selengkapnya

Selangkah Lagi UKM Dapat Jatah Tambang, Siapa yang Layak?

baca selengkapnya

Bersama, Kita Majukan Industri Pertambangan!

Jadilah anggota IMA dan nikmati berbagai manfaat, mulai dari seminar, diskusi strategis, hingga kolaborasi industri.

Scroll to Top