EMITEN kontraktor tambang Grup Bakrie, PT Darma Henwa Tbk. (DEWA), tengah tancap gas melakukan ekspansi pada tahun ini. Langkah ini diyakini mampu mendorong profitabilitas dan membuka peluang bagi penguatan sahamnya.
Geliat ekspansi terbaru DEWA ditunjukan dengan langkah investasi pengadaan alat berat. Berdasarkan keterbukaan informasi, pada akhir bulan lalu DEWA mengumumkan investasi strategis dalam bentuk pengadaan alat berat dari PT XCMG Group Indonesia senilai Rp942,21 miliar dan dukungan penyediaan untuk proyek-proyek potensial perseroan di kemudian hari.
Director & Corporate Secretary Darma Henwa Ahmad Hilyadi menjelaskan transaksi tersebut akan berdampak terhadap kegiatan operasional dan kondisi keuangan perseroan.
“Dari sisi operasional, pengadaan unit alat berat baru akan meningkatkan kapasitas produksi internal sehingga meningkatkan efisiensi pelaksanaan proyek,” kata Ahmad Hilyadi di keterbukaan informasi pada beberapa waktu lalu.
Dari sisi keuangan, Ahmad Hilyadi menjelaskan investasi diharapkan akan meningkatkan pendapatan, margin keuntungan, dan memperbaiki struktur biaya dalam jangka menengah hingga panjang.
Sebelumnya, Direktur Darma Henwa Sorimuda Pulungan juga mengatakan perseroan saat ini tengah intens untuk investasi pengadaan alat berat baru untuk meningkatkan kinerja pendapatan mendatang.
Dengan pembelian alat baru ini, kata Sorimuda, pekerjaan yang selama ini diserahkan kepada perusahaan kontraktor tambang lainnya bisa dikurangi.
“Pekerjaan kami di BUMI [Bumi Resources] yang dulu sebagian kami subkontrakkan ke mining services company yang lain sekarang ingin kami kerjakan lebih banyak porsinya,” kata Sorimuda.
Sorimuda mengatakan sebagian besar belanja modal (capital expenditure/capex) DEWA tahun ini pun bakal dialihkan untuk pembelian alat berat baru dan perawatannya.
DEWA pun telah ancang-ancang sejak tahun lalu untuk membiayai langkah ekspansinya itu. DEWA misalnya telah menandatangani perjanjian fasilitas kredit sindikasi pada pertengahan tahun lalu dengan PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA), PT Bank Papua, PT Bank Oke Indonesia Tbk. (DNAR), PT Bank Jtrust Indonesia Tbk. (BCIC) dan PT Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Tengah.
Total pinjaman sindikasi lima bank itu kepada DEWA mencapai Rp2,6 triliun. Sorimuda mengatakan pinjaman itu baru mulai diserap tahun ini sebagai capex perseroan.
Sebelumnya, DEWA juga menggelar penambahan modal tanpa memberikan hak memesan efek terlebih dahulu (PMTHMETD) atau private placement dengan menerbitkan secara kumulatif 18,8 miliar saham baru di harga pelaksanaan Rp75 per saham.
Private placement DEWA itu bertujuan untuk mengkonversi utang Rp1,41 triliun kepada tiga kreditur, yakni PT Madhani Talatah Nusantara (MTN) dengan hak tagih senilai Rp756,99 miliar, PT Andhesti Tungkas Pratama (ATP) sebesar Rp358,92 miliar, dan utang kepada PT Antareja Mahada Makmur sebesar Rp296,6 miliar.
Setelah private placement, MTN bakal memegang 24,8% saham DEWA dengan kepemilikan sekitar 10,09 miliar saham. Selanjutnya, ATP bakal memegang 11,8% atau sekitar 4,78 miliar saham dan AMM menghimpit 9,7% atau sekitar 3,95 miliar saham DEWA.
Sementara itu, Goldwace Capital Limited memegang kepemilikan 9,4%, Zurich Asset International memegang 6,2% dan masyarakat mencapai 38,2%.
Adapun, seiring dengan langkah ekspansi, kinerja laba DEWA pada awal tahun ini pun melonjak. DEWA telah mencatatkan laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp68,89 miliar pada kuartal I/2025, melesat 763,1% secara tahunan (year on year/yoy) dibandingkan laba pada periode yang sama tahun sebelumnya Rp7,98 miliar.
Pendapatan DEWA pun naik 9,08% yoy menjadi Rp1,58 triliun pada kuartal I/2025, dibandingkan Rp1,45 triliun pada kuartal I/2024.
Prospek Saham DEWA
Gerak saham DEWA pun tercatat kinclong pada 2025. Harga saham DEWA telah naik 10,18% dalam sepekan perdagangan terakhir ditutup di level Rp184 per lembar pada perdagangan Kamis (5/6/2025).
Harga saham DEWA juga telah melesat 65,77% sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd) atau sejak perdagangan perdana 2025.
Analis Samuel Sekuritas Indonesia Juan Harahap dan Fadhlan Banny dalam risetnya menilai transformasi besar sedang berlangsung di DEWA.
“DEWA sedang menjalani transformasi besar saat beralih ke model bisnis kontrak internal yang lebih besar, membuka jalan bagi perluasan margin besar-besaran dan pertumbuhan EPS [earning per share],” kata Juan dan Fadhlan dalam risetnya.
Penambahan alat berat baru di DEWA dinilai akan memberikan dorongan bagi margin EBITDA. Pada 2025, margin EBITDA DEWA diproyeksikan menjadi 26,5%, naik dari 2024 sebesar 14,2%.
Pada 2024, DEWA juga menjalani perbaikan neraca utama melalui konversi utang menjadi ekuitas melalui private placement. Langkah tersebut dinilai membantu memulihkan rasio lancar DEWA dan mengurangi rasio utang terhadap ekuitas.
Samuel Sekuritas pun merekomendasikan buy untuk DEWA dengan target harga di level Rp350 per lembar.
Di sisi lain, terdapat tantangan bagi DEWA di antaranya gangguan cuaca hingga keterlambatan ketersediaan peralatan berat.
Investment Analyst Stockbit Sekuritas Hendriko Gani dalam risetnya menilai kinerja laba DEWA yang cemerlang pada kuartal I/2025 didukung oleh ekspansi seluruh margin laba.
“Kami memperkirakan margin laba DEWA dapat terus naik ke depannya seiring inisiatif peningkatan kapasitas operasional dan transformasi model bisnis dari subcontractor heavy menjadi in-house execution,” tulis Hendriko.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca. Editor : Ibad Durrohman
Sumber: https://market.bisnis.com, 9 Juni 2025